Sabtu, 24 Desember 2011

Ibu

dia adalah denyut nadi dia adalah pahlawan hati dia adalah peringai raga dia adalah obat luka dia adalah sandaran jiwa dia adalah pelipur lara dia adalah denyut nadi kita dia adalah pelipis pandangan kita ibu maaf jika kuterus melukaiin hatimu ku sabit-sabithatimu dengan keris tajam diri bibir ibu maafkan ku cambuyklah aku dalam-dalam Memperingati hari ibu dan untuk ibu-ibu sedunia

Syahdu Abu-Abu

Peri biru terbang nan cantik di tepi jiwa resapan syahdu nyiur ombak paras hati pelerai jiwa pelipisan raga menyambut sakit tiada terduga Putri Asri 24 Desember 2011

Pintu Akhir

Pintu akhir kehidupan kini menghantuiku perisai hidupku sudah hampir pecah rasa sakit yang sangat sangat menyakitkan yang hampir membuat detak jantungku berhenti sakit! sakit! sakit! hanya kata itu yang kusiratkan perih! perih! perih! hanya itu yang kurasa Putri Asry Bandung,kota kembang 23 Desember 2011

Jumat, 23 Desember 2011

kau adlh sglny bgi hdp ak terindah dlm hdup ku,
jngn prnah kw cba untuk mninggalkn ku,
bla kw mninggkn aku ,aku akn terasa skit bla tdk mlhat kmu selmany... <3

Sabtu, 17 Desember 2011

Sebuah Novel Perjalanan Menyapa Mimpi



Berbagai hari menjelang  hari esok  begitu sederhana, ini dunia punya siapa tanyaku. Terlalu bebas untuk berbuat, aku telah jauhdariNya, dunia ini seperti kosong dan hampa, ibarat kotak box kosong maka terserah tuan ingin mengisi apadidalamnya, apresiasikah, ruangbukukah, imajinasi atau budaya. Terserah orang mau menyebutnya apa, tetapiinilah hidupku. Aku bangga bergaya dengan prinsipku. Betapasepi kurasakan seorang diri, hanya pada malam hari para teman berkunjung. Mengobrol tentang makna hari, esok dan nanti. Tentang masa depan. Sore telah mengajakku berkencan dengan mimpi, ah lebih baik aku sapa mimpi sekarang. Lelapkan haus akan mimpi.
Ah tak terasa hujan membangunkan tidurku pada pukul 22.00 wib mala mini, sungguh sepi disemai Guntur malam. Tok…tokkk…tok..yan,.yan…Assalamualaikum…terdengar suara dari luar pintu. Ini pasti rendy tebakanku. Walaikumsalam, eh ren, masuk…
Aku : waduh basah kuyup gini ren?
Rendy : iya yan, tadi dijalan tiba-tiba diguyur hujan, tiba-tibaaja hujan lebat.
Aku : mungkin kau belum mandi, jadi langit tahu..hahaa…sebentar aku buatkan kopi dulu ren.
Rendy : oke bro…
Sembari kubuatkan kopi, aku memikirkan pembahasan mengenai proyek buku yang akan ia kerjakan.
Aku : ngomong-ngomong bagaimana proses bukumu ren?
Rendy : masih dalam tahap pengeditan yan…doakan saja cepat selesai.
Aku : oo begitu, ya..yang penting tetap semangat untuk menyelesaikannya ren, kelak kau akan terkenal dan namamu dijajarkan dengan sekelas penulis nasional.
Rendy : ah kau terlalu memuji yan, aku hanya mencoba menulis saja dan menerbitkannya. Untuk menjadi terkenal itu diluar dari mimpiku.
Aku : ya, menjadi orang terkenal memang tidak harus bermimpi, usaha yang perlu dilakukan. Seorang penulis tidak dapat dikatakn penulis jika karyanyabelum pernah dipublikasikan. Itu yang kutahu.
Rendy : ya benar yan, pembaca akan tahu jika penulis menyebarkan karyanya ke khalayak luas.
Aku : dahulu aku pernah bermimpi menulis tentang mimpi ren.
Rendy : hah…yang benar kau yan? Bagaimana idenya, terdengar menarik ini.jarang kudengar penulis mengangkat mimpinya menjadi tulisan yang selanjutnya diterbitkan. Kalaupun ada pastilah penulis yang sudah besar namanya.
Aku : itulah sebabnya aku ingin mengangkat tema mimpi ini ren. Idenya semua mimpiku kukaitkan kedunia nyata dan masa depan. Jadi seperti medan magnet 3 waktu.
Rendy : wow…brilliant…keren yan. Lanjutkanlah mimpi itu, aku orang pertama yang akan membacanya.
Aku : pasti kawan, aku ingin menuliskannya.

***
Malam semakin larut obrolan mengenai tulisan tidak berhenti samapai mata kami terkantuk-kantuk. Memang seorang seniman selalu haus akan kata-kata. Jika telah mengobrolbisa menghabiskan waktu bberjam-jam. Aku tak sabar menunggu tiga bulan kedepan,kekasihku ulang tahun dan aku berniat memberinya hadiah terindah dalam hidup ini.
Namanya Rani Amalia Busyra, cukup panjang namanya. Aku mengenalnya dari sejak semasa SMP sampai saat ini. Dahulu aku mengira sebatas kekaguman semata akan menjadi persabatan, tetapi aku malu untuk mengenalnya lebih jauh. Maklum aku hanyalah seorang lelaki bodoh dan tidak punya nyali kepada wanita. Tetapi jangan ditanya kalau soal mengobrol dengan sejenis bersama temanku. Hamper setiap harinya kubantai obrolan mereka dan sampai-sampai mereka terdiam kehabisan kata-kata. Anehnya aku takut ke wanita, para teman-temanku malah meminta pendapat mengenai pacarnya ke diriku, dan aku bisa memberinya. Sedangkan aku sendiri tidak dapat mengabulkan masalah ketakutanku sejak dulu untuk dekat dengan wanita bahkan untuk mengutarakan isi hatinya. Siang itu aku bertemu rani, tubuhnya munggil dan imut terlihat. Ia berjalan menuju kelas, aku berdiri didepan kelasku. Selalu kulihat dirinya. Siapa yang tidak mengenal dirinya yang penuh talenta dalam prestasi dan bakatnya. Dia seorang penyanyi dengan suara khas yang kusebut jazz klasik. Sekarang teman-temanku hanya bisa bernyanyi nada pop, itupun kembung aku mendengarnya, maklum sudah biasa kudengar di radio setiap malamnya. Berbeda dengan dirinya, ia mempunyai suara yang khas, suara jazz yang lembut. Mesra kudengar, hal inilah yang diam-diam telah memasuki ruang hatiku, aku menyukainya dengan diam-diam. Sempat juga aku nervous ketika melihat dirinya berjalan dengan teman lelakinya yang tak kutahu entah itu pacarnya atau bukan. Beginilah nasib seorang lelaki yang menyukai secara diam-diam, harus kuat dan pantang menyerah. Ciri khas lainnya yang ada pada dirinya ialah selalu memakai rok panjang, berbeda dengan cewek lainnya yang mekakai rok pendek, bahkan sangat pendek sekali pun ada. Dengan sengaja ingin memamerkan bagian tubuh mereka, hmm.. siapa yang menyukai wanita seperti itu, lelaki cabul mungkin menyukai dan hasrat sementara tidaklah abadi.
Perasaanku padanya untunglah hanya sebatas menyukai, aku belum berani menyatakan hatiku padanya. Biar waktu yang akan menjawabnya nanti. Insyaallah akan ada jalan jika Tuhan berkehendak mempertemukan kami nanti.
***
Kelas 3 SMP semester akhir mendekati kelulusan, aku bersama teman-teman sibuk menyiapkan penampilan pada saat pentas seni perpisahan nanti. Teman-temanku memang menyukai musik tentu mereka akan menampilkan karya mereka.
Aku hanya terbiasa menonton sebagai penikmat acara, ketika mereka membutuhkan pertoonganku aku siap membantu, jika tidak ya sudah aku akan diam duduk manis melihat aksi mereka. Setiap sorenya teman-temanku latihan band untuk mempersiapkan penampilan di hari terakhir perpisahan.
Hari ini aku merasa seorang diri, sangat sepi dan sedih memikirkan nasib, apa aku akan bertemu Rani. Aku hanya bisa berdoa agar kelak aku akan bertemu dirinya lagi. Suasana ramai diruang kelas yang bebas karena guru Bahasa Inggris tidak hadir dikarenakan sakit, riuh membuatku pusing tak karuan. Ihdi,Najmi, Novri mulai dengan canda mereka dipaling pojok belakang. Ah… aku pusing, tak dapat berkonsentrasi mengerjakan soal-soal ini. Nanti juga mereka akan mencontek hasil yang telah kukerjakan, mengapa mereka tidak bisa diam sejenak. Sialan, mau kutegur malas, biarlah…aku mulai berpindah tempat duduk kebaris depan kiri. Nah, disini aku mulai bisa berkonsentrasi mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris.
Sejam telah berlalu, akhirnya tugasku selesai. Yan….yan….terdengar suara dari belakang.
Ihdi : yan, sudah selesai (dengan memainkan alisnya)…aku contek dulu yan..
Aku : sudah di, nih…salinlah, waktu tinggal 30 menit lagi. Cepat kau bereskan di.
Ihdi : siap bos…
Bisanya Cuma mencontek saja, setiap harinya begini. Mau jadi apa bangsa jika negaranya berpaham copy paste. Alamak, regenerasi yang tidak memikirkan masa depan. Yang penting aku tidak seperti mereka, cukup itu saja.

CERPEN SENYAWA


Menanti Kepulangan Bunda

Saat tanganku menggapai teko kaca di pinggir meja makan
sebutir baja mendesing di telinga kiri
Air memercik ke seluruh penjuru ruangan

Serta merta kudekap Jamal yang terperanjat dan mulai menangis kencang
"Sst... Diam, Jagoan..."

Kunyanyikan senandung timang bunda untuknya
Sejenak Jamal terdiam
Bertenang

Satu-dua butir baja menghambur ke mangkuk Jamal
Bubur memercik ke sana kemari
Jamal terisak keras
"Malulah pada bunda kalau menangis"

Kugapai krayon merah yang dimainkan Jamal sambil makan tadi
kukelilingi bibirku dengan goresannya
juga kubuat motif lingkaran pada hidungku
Jamal tertawa kecil
      Ada badut di hadapannya

Pot bunga kesayangan bunda menghamburkan tanah
Mengotori lantai
Jamal mulai berteriak lagi
-Kupersembahkan tarian badut padamu
Aku berdiri sambil menari-nari
Jamal terpana
kemudian terbahak
Keras
"Sst... Peraturan di sini, harus tertawa tanpa suara"

Jamal membekap mulutnya
Tubuhnya masih berguncang tawa

Sekejap jendela dapur berlubang
Pada dadaku tergali lubang
Pada jantungku sesuatu bersarang
Panas

Kutatap Jamal sambil tersenyum
"Jagoan, berbaringlah dan jangan bersuara. Kakak mengantuk sekali, mari kita tidur sambil menunggu bunda pulang"



(Untuk balita-balita cerdas di Gaza)
SASTRA WIRAWAN

SASTRA

Hidup ini keras, yang tidak kreatif akan segera terinjak zaman. Akhirnya kualami juga keadaan seperti ini. Perusahaanku bangkrut karena terlena dengan satu lini produk tanpa variasi dari tahun ke tahun. Dulu memang laris manis, tapi semenjak saingan-saingan bermunculan, pasarannya menurun dan tidak dilirik lagi.

Ketika sadar, semua sudah terlambat. Rekening perusahaan habis terpakai untuk pesangon karyawan dan membayar hutang kepada para pemasok. Rumahku pun disita, karena isi rekening perusahaan tidak cukup menutupi hutang tersebut. Biarlah, ini jadi pelajaran dalam hidupku untuk tidak cepat puas dan terlena akan kejayaan sesaat.

Aku memiliki istri dan seorang anak perempuan. Istriku tidak pernah mengeluh dan berlapang dada dengan keadaan kehidupan kami yang berubah drastis memburuk seperti ini. Terima kasih, Sayang. Anakku berumur 4 tahun dan sedang lucu-lucunya, pemikirannya kritis pula. Maafkan Papa buah hatiku. Papa janji akan segera mengubah keadaan menjadi lebih baik dan memberikan segala yang terbaik untuk membesarkanmu.

Dari lingkungan elit, kami pindah ke pinggiran kota. Ke rumah kontrakan yang hanya punya 4 ruangan; ruang depan, kamar tidur, kamar mandi dan dapur. Yang tersisa dari kejayaan masa lalu adalah sebuah laptop dan sedikit uang di rekening pribadi. Keduanya tidak kumasukkan dalam daftar kekayaan, karena memang dari awal aku menganggap ini adalah hak pribadiku utuh. Mereka tidak berhak mengetahuinya, apalagi mengambilnya

Laptop kupertahankan karena ini merupakan modal utamaku dalam bekerja. Mendesain rencana bisnis dan menulis. Uang di rekening sementara dapat menopang uang makan dan membayar kontrakan selama aku mencari pekerjaan. Maka dari itu hidup kami tidak terlalu terdesak. Syukurlah…

Ah, ternyata aku masih bisa bersyukur, Tuhan.

Pagi sudah benderang. Saatnya aku berdiri dari renunganku di atas sajadah. Kukecup istriku yang sedang menyeduh teh di dapur, kemudian aku duduk di ruang depan, ruang duduk keluarga sekaligus ruang tamu, dan mengetik surat-surat lamaran serta menulis. Ya, menulis.

Pintu depan terbuka lebar, dan udara pagi masuk. Segarnya.


WIRAWAN

Kepalaku pusing! Hidup semakin hari semakin susah. Perusahaan tempatku bekerja bangkrut dan kini aku luntang lantung mencari pekerjaan lagi. Surat lamaran sudah kusebarkan ke banyak perusahaan. Namun sudah lebih satu bulan belum ada satupun panggilan.

Persediaan uang sudah hampir habis, itupun dirampok oleh dua ibu-ibu yang kesetanan dan masuk ke kamar kostku dan membawa lari dompet berisi sisa pesangonku. Ketika kukejar, mereka sudah menghilang di lorong-lorong sempit pemukiman kumuh. Sial! Kalau begini lama-lama aku bisa mati. Tak mungkin aku membebani ibu di kampung dengan meminta kiriman uang, beliau saja sudah susah di sana.

Pagi ini sepi, orang-orang sudah sibuk di tempat pekerjaannya masing-masing, aku berjalan tak tentu arah dipenuhi fikiran kalut. Saat melewati sebuah rumah yang pintunya terbuka, aku melihat seorang bapak-bapak sedang berkonsentrasi pada laptop di hadapannya. Seketika aku membayangkan berapa jumlah uang yang kudapat jika menjual laptop itu. Sangat lumayan.
Kulihat keadaan sekitar, kanan dan kiri.


SASTRA

Seorang pemuda tiba-tiba masuk ke rumah kami. Serta merta ia meninju mukaku dan mengambil laptop yang sedang kupakai. Sambil mengatasi rasa sakit yang berdenyut di kepalaku, kutangkap kakinya, kutarik dan ia terjungkal. Mendengar keributan, anak istriku datang, terkejut dan berteriak.

“Tolooong!!! Toloooong!!! Ada maliiiiiiing!!”

Pemuda itu panik dan kebingungan.


WIRAWAN

Perempuan dan anak ini ribut sekali!
“Hei! Diam!!!”

“Tolooong!!! Toloooong!!! Ada maliiiiiiing!!”

Kesal, kuraih vas bunga, kulempar ke arah perempuan itu dan aku segera berlari.


SASTRA

Vas bunga itu menghantam kening istriku. Ia berteriak kesakitan. Kepalanya bocor dan darah bercucuran. Beberapa orang berdatangan tergesa, namun pemuda itu telah hilang.

Istriku dilarikan ke rumah sakit terdekat. Uang di dompetku habis membayar uang muka rumah sakit. Belum lagi sisanya. Nanti kubayar memakai uang di rekening yang sudah menipis.

Tuhan, aku tahu ini cobaanmu. Namun terasa bertubi. Tunjukkan jalan. Beri aku kekuatan melewatinya.




Indralaya, 6 Januari 2011
Cerita Hari Pada Jalan Terpilih

by Rani Amalia Busyra
@kekasihpuisi

07:00 WIB

“Kak, maaf, sepertinya kita nggak bisa jalan hari ini,” aku berkata penuh nada penyesalan pada Kak Adnan, kekasihku. Kemarin, 6 Januari 2011, genap empat tahun usia hubunganku dan Kak Adnan. Untuk merayakannya kami berencana pergi nonton di bioskop.

“Kenapa, Dedek? Kok tiba-tiba batal gini janjinya?” di seberang telepon suara Kak Adnan terdengar kecewa, namun tetap bernada sabar.

“Dedek tiba-tiba disuruh nyusul Mbak di Bandung. Katanya penting. Baru aja Mama nelpon. Dedek juga bingung. Mendadak banget.” jelasku.

“Ya udah. Lain kali aja kita jalan. Setelah Dedek pulang dari Bandung, ya.” Kak Adnan memaklumi.

“… Iya… Maaf Kak.”

“Ohya, Sayang… Naik pesawat apa nanti?”

“Ngg… Dedek belum beli tiket pesawat, Kak.”

“Hah?! Belum beli?! Serius Dedek mau berangkat sekarang? Beli tiket pada hari keberangkatan biasanya mahal, Sayang.”

“Iya Kak, Dedek tau. Tapi nggak papalah.”

“Kakak antar ke bandara, ya. Kakak telpon Riko dulu. Mau pinjam motor.”

“Iya, Kak. Maafin Dedek ya.”

Nggak papa, Sayangku.”


11:00 WIB

Di bandara kami singgah dari satu loket maskapai ke maskapai lain, menanyakan jadwal keberangkatan dan harga tiket. Benar kata Kak Adnan, harga tiket pada hari penerbangan hampir mencapai dua kali lipat.

“Dek, biar Kakak aja yang bayar. Anggap aja hadiah hari jadi kita.” Bisik Kak Adnan ketika aku menghitung uang yang ada di dompetku. Segera dikeluarkannya uang dari dompet dan dibayarkannya pada petugas di loket.


13:00 WIB

Pesawat berangkat pukul 14:30 WIB, sebentar lagi aku harus check-in. Saat ini kami sedang makan di restoran fastfood di bandara. Kutatapi Kak Adnan yang sedang makan. Kupasati mata, wajah, dan gerak tubuhnya yang sudah empat tahun ini kukenal.

“Dek, habiskan dulu ayamnya. Sebentar lagi kan harus check-in.” segera kualihkan pandanganku ke ayam di piring.



13:30 WIB

“Kak, Dedek masuk dulu ya.”

“Iya Sayang, hati-hati ya. Cepat pulang. Kakak takut nggak kuat nahan rindu.” katanya menggombal.

Aku tersenyum. “Iya, Kak…”


15:40 WIB

Mobil travel yang kunaiki dari Bandara Soekarno – Hatta menuju Bandung berangkat setelah penumpang penuh. Hari gerimis dan jalanan padat.


21:30 WIB

Ugh.. Badanku pegal-pegal. Baru saja travel yang kunaiki sampai di tempat tujuan. Di Jakarta tadi jalanan macet parah. Pukul 18:30 saja kami masih berada di sekitaran Pancoran.

Udah sampe nih. Jemput di depan Telkom ya.. J
21:32 – Delivered

Aku berdiri di depan mesin ATM sambil melihat lalu lalang di jalan. Populasi di daerah Geger Kalong atau biasa disebut Gerlong ini memang didominasi oleh mahasiswa, karena berada dekat dengan empat instansi akademik; UNPAS, UPI, STT Telkom dan ENHAII.

Dari kejauhan, sesosok lelaki berjaket coklat dengan rambut panjang terikat berjalan ke arahku.

“Brrr, dingin sekali malam ini.” katanya sambil bergidik.

“Salah sendiri, pakai celana pendek!”

Dia hanya nyengir.

Kutatap lelaki itu, kemudian kupeluk.

“Aku rindu kamu, Sayang.” bisikku di telinganya.


Indralaya, 7 Januari 2011
10:10 WIB
Rasakan Bedanya, Sayang

by Rani Amalia Busyra
@kekasihpuisi

Ke mana mereka? Mengapa lama sekali belum kembali? Apa enaknya bernyanyi-nyanyi sendirian di room karaoke ini?

Ini sudah kesekian kalinya kekasihku membawa sahabatnya ke acara kencan kami. Cukup sudah aku bersabar karena akhirnya kami malah jalan bertiga. Tapi kali ini sudah tidak dapat kutolerir lagi. Sudah setengah jam lebih, dan mereka belum kembali. Berkali-kali kutelepon tidak diangkat. Ya sudah, apa salahnya keluar beberapa menit untuk mencari.

Kucari mereka ke toilet. Ah, bagaimana caranya ya? Tidak mungkin aku masuk ke toilet laki-laki.

Ketika kebingungan di depan toilet, seorang petugas cleaning service keluar dari sana.
“Ada yang bisa saya bantu, Dek?” tanya petugas cleaning service dengan logat Tegalnya yang kental.
“Saya mencari pacar saya, Mas. Mungkin dia ada di dalam.”
“Wah, nggak ada siapa-siapa di dalam, Dek. Saya dari tadi bersih-bersih di dalam.”
“Oh, begitu. Terima kasih ya mas.”

Kemana lagi harus kucari?

Ketika kupastikan ke dalam room karaoke, mereka belum juga kembali. Ohya, aku teringat loteng Karaoke Place ini. Biasanya kami duduk-duduk di sana, mengobrol dan menatap langit, ketika menunggu giliran jika semua room masih dipakai.

***

Di loteng itu mereka berciuman, berpelukan mesra satu sama lain.
Kekasihku dan sahabatnya, lelaki itu.
Sesaat tubuhku limbung.

Akhirnya mereka sadar ada seseorang selain mereka. Aku.
Mereka mematung.

Kakiku yang gemetar melangkah mendekat.
Kutatap matanya yang ketakutan.
Kusentuh bibirnya dengan jemari kemudian kukecup dalam.

"Bagaimana Sayang? Rasakan bedanya, dan mana yang lebih kamu suka?"

Dia menangis sambil memeluk "Maaf…"



Indralaya, 7 Januari 2011
05:30 WIB
The First Choice

By Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi


Satu milimeter lagi, dan pisau ini merobek pergelanganku. Terdengar bunyi pesan masuk dari telepon genggam yang tergeletak di atas meja belajar.

”April, sedang apa? Kenapa tiba-tiba aku kangen kamu ya? Sepertinya aku merasa kehilangan karena kamu tidak sekelas lagi dengan kami. Maaf, aku jadi aneh seperti ini. Hehe...” sepertinya Kamila sedang kesepian.

Tidak mungkin aku jujur tentang apa yang hampir terjadi ”Sedang ngeprint, Mil. Wah, ternyata ada juga yang kangen padaku, hihi. Sama, aku juga. Sudah lama kita tidak lunch bersama sehabis kuliah.”

***


Empat hari lagi hubungan dengan Julian berumur sembilan bulan. Tak lagi kudapat senyum cinta bahkan kata sayang darinya seperti dulu, seperti saat cinta belum penuh ia dapat. Lima menit yang lalu ia khianati semua janjinya ”Kita tidak perlu lagi melanjutkan hubungan ini. Aku pusing!”

Aku terpaku dengan telepon genggam masih menempel di telinga. Seluruh nafas terbang entah kemana. Tak ada angin, tak ada hujan, semuanya berakhir. Sementara cinta untuknya sedang bermekaran.

”Ini bukan berarti aku meninggalkanmu. Aku ingin beristirahat sebentar. Aku tak akan menghilang. Aku masih ada disekitarmu dan datang saat kau perlu. Percayalah.”

***


”Sekarang tanggal berapa, ya?” tanya Julian sambil menerawang.

”Menurutmu tanggal berapa?”

”Hmmm, seharusnya hubungan kita sudah sepuluh bulan, ya...”

Aku langsung menoleh pada Julian. Apa maksunya membicarakan hal itu?

”Bagaimana jika kita mencoba lagi?”

***


Aku menangis tersedu.

”Jadi kamu menyalahkan aku?!” Julian memandang tajam padaku.

”Tidak, aku hanya merasa sedih. Telepon genggam itu sudah kumiliki selama tiga tahun, amat berharga bagiku.”

”Salahmu juga. Dasar ceroboh! Perhatikan diri dan barang-barang saat di keramaian!”

”Tapi kamu dibelakangku. Aku percaya!”

”Nah! Kamu menyalahkanku, kan?!”

”Bukan begitu...” rasa sedihku membuncah. Aku memang salah tidak waspada sewaktu menaiki jembatan penyeberangan. Tapi ia dibelakangku, dan pastinya bisa melihat jika ada orang yang membuka tasku.

Ketika menoleh ke arahnya, aku naik pitam. Dengan nikmatnya iamendengarkan iPod! Ini sudah keterlaluan! Kutarik headset dari telinganya.

”Bisa tidak, kamu menyesuaikan sikap dengan keadaan?!”

”Oh, begitu. Jadi kamu mau aku bagaimana? Apa yang bisa kuperbuat?! HAH?! Memang, aku tidak pernah bisa mengerti apa maumu. Kita memang tidak cocok. Aku menyesal menyambung hubungan lagi empat hari yang lalu!”

***


Rencana hari ini sudah pasti. Bersantai seharian dirumah dan membuat kue tart berlapis coklat. Lilin angka satu kubeli pagi tadi. Akan kutiup sendiri pukul 6 sore. Saat tepat setahun kutetapkan cinta untuknya. Bukan, ini bukan tentang hubungan. Tapi tentang rasa dan setia yang kuikrarkan dalam hati untuk terus mencintainya.

Sebentar lagi waktunya tiba. Tiba-tiba ia datang. Mengajakku meniup lilin bersama. Tak dapat kutahan air mata.

”Sudah setahun. Aku janji tidak akan membebanimu.”

***


”My gosh... He’s crazy bastard! Jerk!! Apa urusan dia mencela penampilanmu sampai sebegitunya. Memangnya dia siapa? Berlagak seperti orang yang mengerti fashion sedunia! Suruh dia bercermin dulu. Tampangnya saja tidak beres!! Ugh!!

April, apa kamu tidak kasihan pada dirimu? Diremehkan seperti itu! You just have two choices, leave him forever or you hurt yourself forever. If you choose to leave him, you would be hurt and sad just in moment. After that, you can live your life happily without him anymore. But if you choose the 2nd choice, you should be happy, sometimes, by being near him, but the consequences, you’ll be hurt every time.

Coba bayangkan, April; kamu tertusuk pisau dan pisau itu harus kamu cabut dengan rasa teramat sakit, sakit itu hanya sebentar dan lukanya dapat dipastikan sembuh. Atau kau akan biarkan pisau itu terus menancap dengan rasa sakit sedikit demi sedikit dan kau mati perlahan-lahan? I absolutely recommended the 1st choice... Think about it. It’s your life. It’s your choice. Live is about choosing the right choice, and take the risk.

However, you love yourself, don’t you?”

***


Aku harus meninggalkannya selamanya.

***


“Aku merasa hanya sebagai pelengkap. Merasa sendiri. Tidak tahu mengapa aku langsung ingat kamu.”

”Duh, Mil, jangan merasa begitu. Aku juga pernah merasa sendiri. Ambil sisi positifnya saja; tanpa diganggu gosip ini itu kita bisa lebih konsentrasi belajar.” April, sok wise kamu! ”Aku juga bukan teman yang begitu baik. Aku hanya berusaha untuk tidak menimbulkan masalah.”

”Iya, aku juga tidak tahu bagaimana. Aku sudah merasa begitu susah, padahal masalah itu tidak terlalu berat. Aku merasa sendirin, hampa, tidak ada yang peduli apalagi memperhatikan. Bahkan dengan orangtuapun aku tidak begitu dekat. Tapi thanks ya, aku lumayan lega ngobrol dengan kamu. Kamu memang paling bisa menghibur.”

Hah?! Kamu, April?! Kamu bisa membuat Kamila merasa lebih kuat. Kamu yang rapuh seperti ini! Dan Kamila tidak tahu.

”Tidak semua bunga bisa jadi lambang cinta.
Tapi mawar bisa.

Tidak semua burung bisa jadi lambang kedamaian.
Tapi merpati bisa.

Tidak semua logam bisa jadi lambang kekuatan.
Tapi baja bisa.

Tidak semua teman bisa menyempurnakan hidup.
Tapi aku yakin kamu bisa.

Always being my close friend for now and forever.
Without you, everything’s worthless.”

Andai Kamila tahu, dia pasti kecewa dan takkan memberi sajak indah ini. Banyak yang masih sayang dan butuh aku. Aku tidak akan lari dari rasa sakit itu. Pisau ini akan dahaga untuk waktu yang lumayan lama.




Indaralaya, 10 Januari 2011
Teruntuk sebuah kenangan

Satu milimeter lagi dan pisau itu merobek pergelanganku. Terdengar bunyi pesan masuk dari telepon genggam yang tergeletak di atas meja belajar.
”April, sedang apa? Kenapa tiba-tiba aku kangen kamu ya? Sepertinya aku merasa kehilangan karena kamu tidak sekelas lagi dengan kami. Maaf, aku jadi aneh seperti ini. Hehe...” sepertinya Kamila sedang kesepian.
Tidak mungkin aku jujur tentang apa yang hampir terjadi ”Sedang ngeprint, Mil. Wah, ternyata ada juga yang kangen padaku, hihi. Sama, aku juga. Sudah lama kita tidak lunch bersama sehabis kuliah.”

***

Empat hari lagi hubungan dengan Julian berumur sembilan bulan. Tak lagi kudapat senyum cinta bahkan kata sayang darinya seperti dulu, seperti saat cinta belum penuh dia dapat. Lima menit yang lalu dia khianati semua janjinya ”Kita tidak perlu lagi melanjutkan hubungan ini. Aku pusing!!”
Aku terpaku dengan telepon genggam masih menempel di telinga. Seluruh nafas terbang entah kemana. Tak ada angin, tak ada hujan. Dan semuanya berakhir. Sementara cinta untuknya sedang bermekaran.
”Ini bukan berarti aku meninggalkanmu. Aku ingin beristirahat sebentar. Aku tak akan menghilang. Aku masih ada disekitarmu dan datang saat kau perlu. Percayalah.”

***

”Sekarang tanggal berapa, ya?”
”Menurutmu tanggal berapa?”
”Hmmm, seharusnya hubungan kita sudah sepuluh bulan, ya...”
Aku langsung menoleh pada Julian. Apa maksunya membicarakan hal itu? Dan semuanya langsung terjawab.
”Bagaimana jika kita mencoba lagi?”

***
Aku menangis tersedu.
”Jadi kamu menyalahkan aku?!”
”Tidak, aku hanya merasa sedih. Telepon genggam itu sudah kumiliki selama tiga tahun, itu amat berharga bagiku.”
”Salahmu juga. Dasar ceroboh! Perhatikan diri dan barang-barang saat di keramaian!!”
”Tapi kamu dibelakangku. Aku percaya!”
”Nah! Kamu menyalahkanku, kan!”
”Bukan begitu...” rasa sedihku membuncah. Aku memang salah tidak waspada sewaktu menaiki jembatan penyebrangan. Tapi dia dibelakangku, dan pastinya dia bisa melihat jika ada orang yang membuka tasku. Tapi benar, itu bukan salah dia.
Namun, saat menolah ke arahnya, kesabaranku habis. Aku naik pitam. Dia dengan nikmatnya mendengarkan iPod!!! Ini sudah keterlaluan! Kutarik headset dari telinganya.
”Kamu bisa tidak menyesuaikan sikap dengan keadaan?!” rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. Saat aku butuh perhatian dan sedikit kata-kata penenang, dia malah marah dan tidak mengacuhkanku. Sakit rasanya.
”Oh, begitu. Jadi kamu mau aku bagaimana? Apa yang bisa kuperbuat?! HAH! Memang aku tidak pernah bisa mengerti apa maumu. Kita memang tidak cocok. Aku menyesal menyambung hubungan lagi empat hari lalu!!”

***

Rencana hari ini sudah pasti. Bersantai seharian dirumah dan membuat kue tart berlapis coklat. Lilin angka satu kubeli pagi tadi. Akan kutiup sendiri pukul 6 sore. Saat tepat setahun kutetapkan cinta untuknya. Bukan, ini bukan tentang hubungan. Tapi tentang rasa dan setia yang kuikrarkan dalam hati untuk terus mencintainya.
Sebentar lagi waktunya tiba. Tiba-tiba dia datang. Mengajakku meniup lilin bersama. Tak dapat kutahan air mata.
”Sudah setahun. Aku janji tidak akan membebanimu.”
***

”My gosh... He’s crazy bastard! Jerk!! Apa urusan dia mencela penampilanmu sampai sebegitunya. Memangnya dia siapa? Berlagak seperti orang yang mengerti fashion sedunia! Suruh dia bercermin dulu. Tampangnya saja tidak beres!! Ugh!!
April, apa kamu tidak kasihan pada dirimu. Diremehkan seperti itu?! You just have two choices, leave him forever or you hurt yourself forever?! If you choose to leave him, you would be hurt and sad just in moment. After that, you can live your life happily without him anymore. But if you choose the 2nd choice, you should be happy (sometimes) by being near him, but the consequences, you’ll be hurt every time.
Coba bayangkan, April; kamu tertusuk pisau dan pisau itu harus kamu cabut dengan rasa teramat sakit, akan tetapi hanya sebentar. Atau kau akan biarkan pisau itu terus menancap dengan rasa sakit sedikit demi sedikit dan kau mati perlahan-lahan?          I absolutely recommended the 1st choice... Think about it. It’s your life. It’s your choice. Live is about choosing the right choice, and take the risk.
However... You love yourself, don’t you?”

***

Aku harus meninggalkannya selamanya.

***


“Aku merasa hanya sebagai pelengkap. Merasa sendiri. Tidak tahu mengapa aku langsung ingat kamu.”
”Duh, Mil, jangan merasa begitu. Aku juga pernah merasa sendiri. Ambil sisi positifnya saja; tanpa diganggu gosip ini itu kita bisa lebih konsentrasi belajar.” April, sok wise kamu! ”Aku juga bukan teman yang begitu baik. Aku hanya berusaha untuk tidak menimbulkan masalah.”
”Iya, aku juga tidak tahu bagaimana. Aku sudah merasa begitu susah, padahal masalah itu tidak terlalu berat. Aku merasa sendirin, hampa, tidak ada yang peduli apalagi memperhatikan. Bahkan dengan orangtuapun aku tidak begitu dekat. Tapi thanks ya, aku lumayan lega ngobrol dengan kamu. Kamu memang paling bisa menghibur.”
Hah?! Kamu, April?! Kamu bisa membuat Kamila merasa lebih kuat. Kamu yang rapuh seperti ini! Dan Kamila tidak tahu.
”Tidak semua bunga bisa jadi lambang cinta.
Tapi mawar bisa.

Tidak semua burung bisa jadi lambang kedamaian.
Tapi merpati bisa.

Tidak semua logam bisa jadi lambang kekuatan.
Tapi besi bisa.

Tidak semua teman bisa menyempurnakan hidup.
Tapi aku yakin kamu bisa.

Always being my close friend for now and forever.
Without you, everything has no worth.”

Andai Kamila tahu, dia pasti kecewa dan takkan memberi puisi seindah ini. Banyak yang masih sayang dan butuh aku. Aku tidak akan lari dari rasa sakit itu. Pisau ini akan dahaga untuk waktu yang lumayan lama.




RANS BUSYRA
Wed, 26-27/2/08
00.30 AM...
Ugh!!!Ngantuk!!
PECAHAN KACA ITU

by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

Runyam sekali siang ini. Kutinggalkan rumah dengan amarah meluap-luap, ditambah dengan setengah jam membosankan menanti angkot di pinggir jalan, masih di depan gang menuju rumahku. Sangat jarang angkot melewati jalan di depan Asrama Polisi Banjar ini.

Aku sempat menyesal. Kenapa kukembalikan semuanya pada Mama? Saking kesalnya, kulempar kunci motor dan kubanting handphone ke atas meja ruang tamu di mana kami bertengkar hebat tadi. Kalau tidak, mungkin sekarang aku sudah pergi memacu sepeda motor kemanapun aku mau untuk menyegarkan pikiran.

Sekarang aku tidak membawa apa-apa, bahkan dompet pun tidak sempat kuambil karena aku langsung melesat pergi. Untung saja ada satu lembar uang dua puluh ribu di dalam saku, yang rencananya akan dipakai untuk membayar rental alat band bersama teman-teman. Namun, sekarang aku sedang tidak ingin ngeband. Mood-ku hilang karena kejadian tadi. Yang kuingin sekarang yaitu pergi. Pergi sejauh-jauhnya dari rumah. Terutama dari Mama! Akan kemana? Ah, itu akan terpikir nanti setelah sampai di terminal.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya sebuah angkot tua berwarna merah berhenti dan menawarkan tumpangan menuju terminal. Sebenarnya sempat terpikir olehku untuk tidak menaiki angkot itu. Ada tiga alasan. Pertama, penumpang sudah hampir penuh, pasti gerah sekali di dalam sana. Kedua, jalannya lambat sekali, pasti butuh waktu lama untuk sampai di terminal. Yang ketiga, tidak ada musik house yang diputar, hanya bunyi radio yang terdengar. Membosankan. Namun aku tidak bisa bersabar lagi. Cukup sudah menunggu setengah jam lebih. Biarlah aku gerah dan bosan di dalam angkot daripada harus menunggu lebih lama lagi.

Aku kebagian duduk di pojok belakang sebelah kanan. Sungguh sempit. Kaca jendela kubuka lebar-lebar. Angin pun menyapa dan menemani sepanjang perjalanan.

Rasanya melelahkan dan merepotkan tanpa fasilitas-fasilitas yang selama ini mendampingiku. Tidak ada lagi motor hasil modifikasi yang bisa kubawa racing, kubangga-banggakan pada teman-teman, dan kupacu kapan saja dan kemana saja aku mau. Tidak ada lagi handphone yang bisa kupakai untuk SMS-an dengan cewek-cewek yang baru saja berkenalan denganku. Sekarang aku tidak punya apa-apa lagi.

Aku tersadar dari lamunanku. Angkot yang kunaiki berhenti di depan seorang wanita muda yang sedang hamil tua. Dia membawa banyak barang belanjaan. Aku bertanya-tanya dalam hati “Di mana lagi dia akan duduk, sedangkan kami saja sudah bersempit-sempitan?” Ternyata wanita itu juga berpikiran sama dan mengurungkan niatnya untuk menaiki angkot yang kutumpangi ini.

Melihat teriknya matahari di luar, aku merasa kasihan jika wanita itu harus menunggu angkot berikutnya yang akan lewat. Aku tergerak untuk berdiri dan keluar dari angkot, meminta orang-orang bergeser ke dalam agar wanita itu tidak mendapat tempat di pojok. Kemudian kupersilahkan dia duduk di tempat yang tersedia, dan kuangkatkan barang belanjaannya ke dalam angkot. Aku sendiri duduk persis di pintu angkot sambil berpegangan erat pada gagang pintu. Tidak apa-apalah, sebagai laki-laki memang harus bisa ditempatkan dimanapun.

Dalam perjalanan, aku memperhatikan wanita itu. Dilihat dari pakaiannya yang hanya kaos lebar berwarna abu-abu yang agak kumal serta celana lutut berbahan dasar berwarna hitam, dapat ditebak bahwa hidupnya pas-pasan, bahkan mungkin kekurangan. Namun kelihatannya dia baru saja membeli banyak keperluan. Sudah pasti untuk anaknya yang akan lahir nanti. Dapat ditebak karena kantong belanjaannya bermerek nama sebuah swalayan di daerah Banjar yang khusus menjual keperluan bayi.

Wah! Sungguh mewah persiapan untuk bayinya kelak. Mungkin ia dan suaminya harus menabung berbulan-bulan untuk membeli semua barang kebutuhan itu. Biasanya persiapan se-wah itu untuk…
“Anak pertamo yo Kak?” tanyaku. Aku kaget. Kenapa aku menanyakan hal itu kepadanya?
Wanita itu tersenyum ramah dan menjawab, “Iyo.”
Kuberanikan diri untuk bertanya lebih jauh lagi, “Sudah berapo bulan?”
“Sudah tujuh bulan, dak lamo lagi lahir,” dia pun tertawa kecil, kemudian bertanya, “Adek nak kemano ni?”
“Mmm… Nak ke pasar,” aku sempat bingung akan menjawab apa, karena aku sendiri saja tidak tahu akan ke mana. “Kalau Kakak nak kemano? Rumah Kakak di mano?” lanjutku menanyakan.
“Rumah Kakak di dekat SMP 9, sekarang nak baleklah ni. Dak ado orang yang jago rumah,” jawabnya.
“Oo… Rumahnya kosong yo Kak? Bapaknyo sedang kerjolah sekarang ni?” tanyaku lebih santai, rasanya cepat sekali akrab dengan wanita itu.
Tak disangka-sangka, air muka wanita itu berubah. Tampak kesedihan mendalam di matanya. “Bapaknyo duo bulan yang lalu meninggal, Dek. Kecelakaan waktu dio kerjo borongan ngumpulin uang untuk kelahiran anak kami.” ujarnya lirih.
“Maaf yo, Kak…” aku sangat menyesal karena telah membangkitkan kembali dukanya.
“Dak papo, Dek. Semuanya sudah takdir Tuhan,” sungguh tabah getaran suaranya.

Aku terdiam, tak berani lagi berbicara, takut salah bertanya lagi. Kini pikiranku berkecamuk. Kasihan wanita itu, ia harus menjadi orang tua tunggal untuk anaknya. Namun dari matanya tampak bahwa ia bertekad membesarkan anaknya walaupun sulit. Tampak di matanya harapan agar kelak anaknya menjadi orang berguna. Sebesar itukah kasih sayang orang tua, apalagi kasih ibu kepada anaknya? Sungguh luar biasa pengorbanannya. Mustahil sang anak dapat membalasnya.

Aku tersentak! Apa yang kupikirkan saat ini bertolak belakang dengan yang baru saja kulakukan. Hanya kesal karena tidak diperbolehkan ngeband, membuatku bertindak kasar seperti tadi. Tersadar aku betapa hancurnya hati Mama saat aku berteriak-teriak padanya, mengembalikan secara kasar semua fasilitas pemberiannya dan pergi dengan membanting pintu di hadapannya. Sungguh durhaka!

…Jangan meraso segalo sudah membaleh aek nan disusukan.
Kasihnyo anak sepanjang galah. Kasihnyo bundo sepanjang jalan.
Bayang-bayangkanlah di mato Bundo duduk di waktu malam
Oi dah penuh kerut di keningnyo dek dah penat menanggung ragam…
Lagu daerah Jambi itu mengalun dari radio yang sejak tadi dihidupkan di angkot ini. Iramanya mendayu-dayu menggugah perasaan. Hatiku membenarkan. Ibulah orang yang paling tulus kasih sayang dan pengorbanannya di dunia ini. Sangat pantas ibu dipuja sampai setinggi itu.

Aku malu sendiri, malu pada diriku dan pada orang tua. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara laki-laki, aku belum bisa memberikan apa-apa pada orang tua. Nilai rapor pun tidak pernah memuaskan. Namun sudah berani-beraninya berkata kasar dan melawan. Sekarang aku sudah bisa berbangga hati hanya karena menolong seorang ibu hamil? Seharusnya aku malu!

Pikiranku semakin galau. Tanpa terasa air mata menggenang. Cepat-cepat kututupi. Malu kalau laki-laki ketahuan menangis.

Ya sudah, sekarang aku harus memikirkan bagaimana cara meminta maaf pada Mama. Apa yang harus kulakukan? Aku bingung.

Sebentar lagi angkot yang kutumpangi sampai di terminal. Tapi aku belum tahu akan kemana dan mengapa setelah ini. Kutatap bangunan-bangunan di pinggir jalan yang kulewati dan akhirnya mendapatkan ide.

Aku langsung meminta pak supir untuk menghentikan mobil. Kemudian aku turun dan membayar ongkos, sekaligus membayarkan wanita itu. Ia sempat ragu, namun kemudian mengucapkan terima kasih.

Angkot itu berlalu beserta ibu muda yang telah membuka mata hatiku, juga membuat aku tersadar betapa mulianya Mama dan betapa durhakanya aku yang melukai hatinya.

***

Aku baru saja keluar dari sebuah toko bunga segar. Tanganku memegang seikat mawar merah kesukaan Mama. Di kartu ucapannya kutuliskan:
“Sempat mulut berkata kasar
semburkan pecahan-pecahan kaca.
Tusuk hatimu,
Torehkan luka di sana.
Justru di hari yang seharusnya menjadi harimu.

Saat kusadari semua telah terjadi.
Aku tak ingin hanya sesali.
Ingin kukumpulkan pecahan-pecahan kaca itu
Kemudian sembuhkan luka di hatimu.

Terimalah Mama.
Seikat mawar merah
Dan sembah sujud untukmu
Anakmu yang telah melukaimu.
Maafkan aku, Mama
Maafkan aku…”

Teruntuk Sang Kenangan
Kutipan Lagu Daerah Jambi: Kasih Bundo
Kenangan Di Arena Bermain

by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi
“Kenangan Di Arena Bermain”
Sudah lebih satu jam, belum satu huruf pun kutulis setelahnya. Apa? Pikiranku kosong. Bahkan imajinasiku pun tak sampai.
Siang tadi Bu Ana, guru baru yang sombong, menugaskanku membuat tulisan tentang kenangan di arena bermain sebagai hukuman karena aku tertidur di kelas. Memang sederhana, tapi ini diskriminasi. Jangankan arena bermain, pergi taman seberang jalan saja aku belum pernah.
***
Setelah terbahak melihat polah lucu badut buncit yang terjatuh-jatuh dengan konyolnya karena mengejar balon, aku berjalan ke tenda sirkus, menikmati arumanis di tanganku. Ah, tenda ini benderang. Silau.
***
Headline pagi:
Didapati seorang anak panti asuhan berusia sebelas tahun pengidap leukemia meninggal dunia di tempat tidurnya.

SATU TAHUN RINDU
by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi


Sinar mentari menelusup melalui tirai jendela. Bersitnya satu-satu menerobos masuk ke kamar tidurku. Terdengar kicauan burung bermain dengan sisa embun di ranting-ranting pepohonan. Alam begitu ceria, aku terbangun berurai air mata. Mimpi buruk. Tak apa, ini sudah jadi hal biasa. Suamiku pun ikut terbiasa dengan igauan malamku yang berakhir dengan teriakan di akhir tidur.

“Selamat pagi, Sayang. Berjumpakah dengan rindu?” bisiknya setelah mengecup keningku mesra. Kemudian ia beranjak menuju kamar mandi. Aku termangu mencerna mimpi.

“Sayang, nanti siang temani aku ke bakery ya,” aku berkata pada Mas Ardi di pintu depan sebelum ia berangkat kerja. Sejenak keningnya berkerut, namun tak lama kemudian senyum merekah di bibirnya.

“Baik Sayangku, tapi jangan lupa ikut sertakan aku. Saat istirahat kerja aku jemput di rumah.” Jawabnya sambil memelukku erat. Kakiku lunglai, air mataku berderaian di pipi, mengalir membasahi kemeja kerjanya. Ia yang sangat mengerti, sangat kucintai.

***

“Selamat, Pak. Istri anda sedang hamil 2 bulan.” kata dokter diiringi sujud syukur Mas Ardi di lantai klinik. “Ibu, tolong kandungannya dijaga sebaik-baiknya. Hindari stress. Ohya, suami harus siaga ya.” Kami berdua mengangguk sumringah mendengarkan pesan-pesan dari dokter.

***

Sepanjang perjalanan kutatap wajah orang yang kucintai. Segala rasa di hatiku. Bahagia dan uraian air mata.

“Sayang, air mata itu nantinya tersisakah untukku?” Mas Ardi yang sedang menyetir sekilas menatap wajahku. “Nah, kita sampai.” Katanya sambil menginjak perlahan pedal rem.

“MY BAKERY”

“Baik bu, ucapan apa yang harus kami tulis di atasnya?” tanya pelayan bakery itu setelah aku menunjuk satu cake besar.

Kusodorkan secarik kertas yang kusiapkan di rumah tadi.

***

Terasa kontraksi di perutku. Mulas tak terhingga. Aku menggeliat kesakitan.

Mas Ardi tergopoh-gopoh memapahku ke mobil, menghidupkan mesin, kemudian melaju ke Rumah Bersalin terdekat.

Sepanjang perjalanan aku mengerang-erang kesakitan. Keringat mengucur. Aku meremas tangan kiri Mas Ardi sementara ia sibuk menyetir dengan tangan kanannya.

CKIITTT!!!

BRAKKKKK!!!


Melanjutkan hidup tanpa rahim?

***

Satu tahun, Rindu.
Kami sangat mencintaimu.
Maafkan Ayah dan Ibu atas kegagalan kelahiranmu.


Kertas di tangan pelayan bakery bergetar…




Indralaya, 28 Februari 2011
Secarik Kertas Lusuh

by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi


Pada baris kata kutitip harap dan dekap untuk laju masa
Rentangkan hatimu
Sambutlah
Jangan sampai aku memudar termakan waktu...


Entah di mana dan sedang apa.
Kamu yang keberadaannya tak kuketahui, KUTEMUKAN!

Ternyata kamu masih cantik walau telah jadi ibu dari enam orang anak, persis seperti yang kubayangkan. Sampai sekarang masih kuingat kamu yang mengomel-omel protes karena Papa dan Mama tidak mau mencoba mengerti perasaanmu. Semoga saat ini anak-anakmu berbahagia dilahirkan oleh ibu yang mahir membaca darah remaja mereka yang membara, seperti tekadmu dulu.

Aku juga sering tertawa kecil mengingat kamu yang manyun setiap kali mendapati ibu-ibu komplek berbisik-bisik menggosipkan hal-hal tidak masuk akal, bahkan tidak jarang kamu menjadi sasaran. Ya, kamu, seorang remaja pemberontak yang sering mengundang kontroversi. Ah, memang sangat empuk dan nikmat untuk digosipkan. Dan... Hey! Sekarang kamu tidak seperti mereka, kan? Aku yakin kamu masih memegang teguh prinsipmu; Tidak akan mengganggu jika tidak diganggu.

Lalu, rumah tanggamu...
Terwujudkankah mimpimu dinikahi oleh seniman yang kamu cintai itu? Atau jangan-jangan sekarang kamu sudah berkecimpung di dunia seni dengannya. Berkolaborasi dalam inspirasi berdua, dan menarikan goresan-goresan kuas di atas kanvas bersama.

Apakah kamu masih ingat tekadmu untuk selalu menemaninya begadang saat menulis? Menyuguhkan kopi panas di meja kerjanya kemudian duduk menatapi ia yang tenggelam dalam imajinasi. Atau ada kalanya kalian berdua meraja malam, mulai dari bersayang-sayang, membicarakan kehidupan, bertukar fikiran, hingga berdebat di beranda rumah sambil menatapi kelam dan kunang-kunang yang kadang lalu lalang.

Tempat berteduhmu, syahdukah? Sedikit menarik diri kepada sunyi, dikelilingi bunga-bunga dan rerumput yang dipayungi pepohon. Rumah dengan sebuah saung di sampingnya, tempat membagi canda dan gelak tawa bersahutan dengan bunyi rerintik yang memercik membasahi beranda sore. Senja yang tertata begitu apik, bersamanya.

Sesederhana itu mimpi masa depanmu, namun begitu indah. Aku yakin wujud nyatanya menghampirimu.

Pada hari pertemuan kita, aku yang lebih dulu kamu sapa dengan jemari dan matamu, hanya dapat berkata-kata. Tak perlu kamu sahut. Cukuplah tersenyum menatapi paparanku. Aku percaya, kamu masih seperti dirimu yang dulu. Tak berubah. Jangan sampai tak mengenalku. Karena aku adalah dirimu. Lima belas tahun yang lalu.



Inderalaya, 3 Maret 2011
Bermula

by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi


Bergaung irama jejak-jejak kaki kecil di masa lalu
Berlari kesana kemari
ke kanan ke kiri
Memanjat pohon
bersembunyi di gorong-gorong
Melompat dan berguling di atas rerumputan
Berbasah-basah bermain hujan di bawah langit yang tetap biru

Dingin yang berembun
Panas yang berkeringat
Bau matahari merebak
Namun tawa itu lepas
tawa itu bahagia

Semak-semak di kaki pinus ikut bercerita
Arbei merekah masam memikat
Cermai di sela dedurian memerah ruah
Ranting kering bergemeresak
Riak-riak air bercengkrama

Di sana langkah sepi bermula
Menyapa hati
Memekarkan syair-syair jiwa
Rumah Mungil Di Ujung Jalan

by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi


Sosok berjubah putih mendatangiku "Kau ditunggu."
"Siapa?"
"Ikut saja, kau akan tahu. Dia yang selama ini kau cari-cari."

Melangkah canggung, kuikuti sosok itu.
Melewati jalan setapak dengan bunga-bunga kecil di kanan kirinya.

Rumah mungil berdinding putih.
Genteng berwarna merah hati menaunginya.
Kami masuk ke sana.
Hati semakin harap cemas.

"Dia di kamar, temuilah"
Seperti dihipnotis kakiku melangkah menuju satu-satunya kamar di rumah itu.

Di sana kudapati sesosok tubuh kecil duduk terkulai di kursi kayu.
Dadanya berlubang.
Jantung dan paru-parunya terpampang kerontang.
Terinfeksi terkena debu udara.

Tangan-tangan dan kakinya mengkerut dengan jemari yang saling meremas satu sama lain.
Badannya penuh gores cakaran.
Seperti orang sakau yang selalu merasa kesakitan di sekujur tubuhnya tapi tidak tahu bagaimana menghilangkan sakit itu.

Kulit kepala yang tampak di balik rambut tipisnya, penuh kudis.
Tak tahu lagi membedakan nanah mana yang mengalir dari kulit kepala atau dari telinganya.
Pipinya penuh bandar-bandar kecil, seakan terkikis air yang selalu mengalir dari mata bundar sayu itu.

Tapi bibir itu.
Senyum sumringah itu.
Kepadaku.
Seakan-akan aku malaikat penyelamat yang dapat membentuk ulang seluruh bagian tubuhnya.

Terenyuh kudekati ia.
Selangkah demi selangkah, kemudian berlutut menjejeri tingginya.
Ia menggapai memelukku.
Aroma tubuhnya wangi.
Sangat wangi.
Membuat air mataku mengalir tak henti.

"Aku nuranimu," bisiknya mesra.
Gadis Di Tepi Sepi
by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi
kekasihpuisi.webs.com


Jika suatu saat dirimu datang padaku mencari hakikat sepi,
akan kubimbing menelusur gelapnya
cecap rasa hampanya
sentuh tajam dinginnya
hirup wewangian kosongnya
dan dengarkan nyanyian irama heningnya.


Ia di sana. Duduk sendiri di bawah pohon, di tepi kolam sebuah taman, terpaku menatap riak-riak air. Berjam-jam. Tanpa berbuat apa-apa.

Mungkin orang-orang tidak sekalipun menoleh kepadanya. Begitu tenangnya ia, seperti udara, hingga terkadang terasa tiada. Namun tidak denganku. Aku sangat tertarik padanya, pada keheningannya.


***


Kularungkan kakiku tanpa arah pada jalan setapak taman di suatu sore. Pikiran-pikiran begitu hiruk merecoki kepalaku. Hingga bingar.

Aku lelah dengan semua ini! Semua urusan kehidupan yang tak henti mengejar. Entah mengapa tetap kupenuhi walau aku tahu semua itu tak abadi. Aku lelah. Aku lelah!

Sembarang melayang pandang, mataku tertumbuk pada sesosok gadis di kejauhan. Bibirnya bergerak-gerak seperti sedang menyanyi pelan. Terkesiap, kudengar bisik-bisik nyanyiannya terhantarkan oleh angin. Sayup demi sayup irama dan kata-katanya terdengar semakin jelas seakan ia menyanyi di samping telingaku.


Ooo sepi…
Kita kembali bertemu
Ooo sepi…
Pagutlah aku dalam rengkuh kokohmu
Aku di sini…
Aku di sini setia padamu
Ajarkan aku setiap liuk tarimu
Selangkah demi selangkah aku kan mengikutimu
Selalu bawa aku bersamamu

***


Syahdu sepiku terusik sudah oleh sepasang mata menatap lekat
Hitam menjadi abu-abu
Suhu panas melelehkan istana saljuku
Sedikit demi sedikit suara-suara ribut menggedor gendang telingaku
Aku tak ingin berteriak
Sumpah mati aku tak akan memecahkan teriakanku!
Karena kehancuran sepi hanya dapat tertebus kematian


Setelah satu bulan mengamati, hari ini kubulatkan tekad menyapanya. Seperti biasa, ia masih di sana, di tempatnya berdiam diri. Satu-satu kulangkahkan kakiku menujunya. Serasa seluruh gerakan melambat, seperti saat-saat bersejarah. Baru kali ini dapat kulihat ia dari dekat.

Sebilah pisau terhunus di genggamnya...


Dalam pekat kelam kau merasa buta tanpa bisa melihat apa-apa
panik menggapai-gapai ke segala penjuru arah hanya hampa teraba
Maka genggam selalu tanganku, tahankan sengatan beku di sela jemariku
Hirup bebauan kosong yang menguar, hingga kau tak yakin bahwa dirimu sedang bernafas
Maka berdiamlah
Pejamkan matamu
Nikmati saja senandungku hingga terlena
Menuju sepi terdalam.
ORANG KEPERCAYAAN
By Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

“Kali ini apa?”
“Bangkai tikus,” jawab Ji Young, manajerku, sambil mengerenyitkan hidungnya.
Perlahan bau menyengat dari bangkai itu mulai menyebar ke seluruh penjuru ruangan ber-AC tempat penata rias mendandaniku. Sedikit berlari Ji Young membawa keluar paket yang tadinya disangka kiriman dari para fans itu.
Aku menghela nafas, ini sudah kesekian kalinya aku mendapat teror dari para antifans. Memang wajar ada orang yang menyukai selebriti, juga wajar ada yang membenci selebriti, namun untuk satu bulan terakhir ini angka teror yang kualami meningkat pesat. Dari dua kali konser, dua kali pula aku dilempari benda keras dari lautan penonton; lightstick dan kayu umbul-umbul. Belum lagi para penguntit yang membahayakan nyawaku, meracuni makanan dan hampir menabrakku di parkiran, paket teror pun setiap hari kuterima.
Sebenarnya aku tahu penyebab meningkatnya angka antifans-ku, yaitu karena aku memacari seorang selebriti yang digilai banyak wanita, Kim Kyu Jong. Tapi aku tak ingin menyalahkannya, apalagi ketenarannya, orang yang sangat kucintai sejak tiga tahun lalu.
Hubungan yang telah kami sembunyikan dengan rapi selama bertahun-tahun tidak sengaja terbongkar olehku pada fanmeeting bulan lalu. Beritapun menyebar luas melalui seluruh media informasi, cetak maupun elektronik. Tak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki semua kekacauan yang terjadi. Kami semakin disorot dan tak punya lagi tempat bersembunyi. Sungguh, kecerobohan yang fatal.
“Ara, sebentar lagi giliranmu,” Ji Young menyadarkanku dari lamunan.
Kali ini aku tampil sebagai salah satu pengisi acara Music Bank. Aku harus mengesampingkan perasaan galau dan takut untuk tampil sempurna malam ini. Lagi-lagi kutarik nafas panjang dan kuhembuskan perlahan, kemudian aku beranjak dari meja rias menuju backstage.

***

Aku sudah kembali ke ruang rias. Penonton masih terdengar heboh bersorak. Bukan karena penampilanku yang fantastis, tapi karena terjadi hal yang sangat memalukan! Hak sepatuku patah pada pertengahan lagu. Badanku berdebam di atas pentas. Namun untuk menjaga profesionalitas, tetap kulanjutkan penampilanku sambil menahan rasa sakit.
Di depan meja rias aku terdiam. Tim acara sibuk memastikan keadaanku, apakah aku cidera atau tidak.
“Aku baik-baik saja. Nanti jika ada keluhan, Ji Young akan menghubingi kalian,” kataku mengusir mereka secara halus. Yang aku inginkan saat ini adalah menyendiri. Keramaian mereka malah memperburuk perasaanku.
Setelah tim pergi, tinggal aku berdua dengan Ji Young. Dia mengambilkan air dan menyodorkan sebutir pil kepadaku.
“Hancur sudah karirku,” aku mulai terisak.
“Tenang, Ara. Aku tahu kamu bisa bertahan,” Ji Young duduk di sampingku.
Kuputar kursiku menghadapnya. “Tapi ini sudah parah. Pasti semua media akan memberitakan kejadian barusan,” aku mengurut kepalaku yang mulai pusing tidak karuan. Ini tidak seperti biasanya. Aku sudah kenal efek obat penenang yang kukonsumsi selama satu bulan terakhir, namun kali ini berbeda.
“Ji Young, apa kau memberikan obat yang benar? Mengapa kepalaku malah bertambah pusing?”
“Ya, aku memberikan obat yang benar, kok.” Ji Young berusaha meyakinkanku, lalu melanjutkan “Obat yang benar untuk membunuhmu, sama seperti obat yang membunuh tikus tadi.”
“Ji Young... Kamu... Aku percaya padamu...” perutku mual, bumi terasa berputar dalam kecepatan tinggi.
“Ya, kamu boleh mempercayaiku, tapi asal kamu tahu, aku lelah selama ini menangani dan melindungimu. Setiap hari menjadi korban paket busuk yang ditujukan kepadamu. Sebelum aku depresi dan menjadi gila, harus kuakhiri semuanya. Ah, kini aku bisa tenang. Kau pun mingkin bisa lebih tenang di alam sana.” Ji Young tersenyum, yang kulihat semakin memudar. Dan gelap...
Lalu, Sudah Terhapuskankah?
by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi
kekasihpuisi.webs.com


Dari dulu aku percaya
hujan dapat membantu sembuhkan luka yang tak tersembuhkan,
memaafkan kesalahan yang tak termaafkan,
bahkan menghapus dosa yang tak terhapuskan.
Bukankah setelah hujan akan ada pelangi?
Di sanalah hujan mengabadikan pesannya,
bahwa setiap duka pasti terbayarkan oleh bahagia.

Kulangkahkan kaki gontaiku. Kutahan tangisku menjadi isak satu-satu. Mulutku tergagap-gagap menyebut "I..Ibu... Ib..bu..."

Tah kuacuhkan pandangan aneh dari orang-orang yang berteduh di pinggiran toko.
Tak kuhiraukan anak-anak kecil yang sedari tadi mengikutiku menawarkan ojek payung.

Aku basah. Rambutku basah. Mataku basah. Pakaianku basah. Seluruh tubuhku basah. Tak terkecuali hatiku.

Aku terus berjalan hingga hujan selesai membasuh luka di sudut bibir dan menghilangkan rasa panas di pipiku.

Aku terus berjalah hingga hujan membuatku lupa akan keterperanjatanku oleh sebuah tangan yang melayang menghampiri pipi. Tangan yang kurindukan belaiannya, yang kurindukan suapan darinya. Namun tiada. Namun tiada.

Aku akan terus berjalan hingga hujan berhenti mengiringi tangisku, karena aku baru menyadari hujan tak akan mampu menghapuskan dosaku yang tak terhapuskan.

Aku akan terus berjalan hingga bau darah meluruh dari penciumanku. Begitu lekat. Begitu pekat.

Aku akan terus berjalan hingga...

BRAAKKKK!!

***

Koran pagi:
"Sebuah mobil yang dipacu dengan kecepatan tinggi kehilangan kendali di jalan licin. Satu pejalan kaki tewas tertabrak."

"Seorang ibu rumah tangga ditemukan tewas di kamarnya dengan tiga luka tusukan di dada."


Dari dulu aku percaya
hujan dapat membantu sembuhkan luka yang tak tersembuhkan,
memaafkan kesalahan yang tak termaafkan,
bahkan menghapuskan dosa yang tak terhapuskan.
Bukankah setelah hujan akan ada pelangi?
Di sanalah hujan mengabadikan pesannya,
bahwa setiap duka pasti terbayarkan oleh bahagia.

Lupakah engkau?
Tak akan ada pelangi jika tak ada cahaya matahari.




Kota Baru
3 Februari 2011
Hingga Pada Suatu Hari
Oleh Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi
Kekasihpuisi.webs.com



Di ruang itu.
Aku duduk di bangku ujung paling kanan baris kesepuluh.
Menatap layar lebar.
Jika dapat kau lihat, binar mataku serupa kunang-kunang ditingkah cahaya.
Gambar bergerak dengan ukuran besar, efek suara yang membahana.
Menakjubkan.

Itu kisah perkenalanku dengan sahabatku yang bernama bioskop. Dialah yang mengajarkanku berfantasi, membayangkan sebuah cerita dan menuliskannya. Dialah yang mengajarkanku untuk tanpa malu mengeluarkan ekspresi; tawa, tangis, hingga jeritan.

“Ayah! Ayah! Minggu depan kita nonton lagi ya, Yah!”
“Ya anakku, minggu depan kita pilih lagi film yang bagus, tapi kamu harus janji rajin belajar ya.” Ayah mengelus kepalaku.

“Hei teman-teman! Ada film baru nih! Kita nobar yuk!”
Teman-teman bersorak menanggapi ajakanku.

“Sayang, minggu ini kamu mau nonton apa?”
“Nonton bioskop terus, aku bosan!” kekasihku manyun.
“Tenang Sayang, setelahnya kita jalan-jalan ke pasar malam”
“Waah, baiklah! Nanti filmnya kupilih dulu dari koran ya!” kekasihku tersenyum sambil menggamit lenganku.

“Ayah! Ayah! Minggu depan kita nonton lagi ya, Yah!”
“Ya anakku, minggu depan kita pilih lagi film yang bagus, tapi kamu harus janji rajin belajar ya.” Aku mengelus kepala anakku.

Ya, dialah yang mengantarku untuk dewasa tanpa melupakan imajinasi; yang menjadi tempat peristirahatan saat fikiranku lelah akan logika kehidupan.

Bertahun kulewati bersamanya. Usiaku semakin matang, ia pun semakin menua. Tumbuh bersama, itu satu-satunya kesamaan sekaligus paradoks yang membuatku sedih; usia membuat kehidupanku semakin membaik, namun usia membuat keberadaannya semakin tersingkir.

Kini tiba sudah pada hari yang paling tidak kami nantikan. Dari kejauhan kulihat gedung tua itu dengan angkuh menantang buldoser yang berjalan perlahan ke arahnya “Ya! Tantang mereka, kawan! Jangan biarkan mereka membunuh mimpi dan imajinasi!”

“Tenang saja kawan, aku bukan kacang yang melupakan kulitnya, engkau menemaniku bertumbuh, aku pun akan menemanimu rubuh.” Kakiku melangkah satu-satu ke depan. Semakin ke depan. Tangan-tangan menahan tubuhku. Aku berontak melepaskan diri, berlari masuk ke dalam gedung itu.
Semakin ke dalam.
Semakin dalam.

Di ruang itu.
Aku duduk di bangku ujung paling kanan baris kesepuluh.
Menatap layar lebar.
Langit-langit gedung bergetar...




Kota Baru, 1 Februari 2011
Reuni Sepi
by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

Di sini
Bertemu kembali
diriku, bebunga, rumput dan pepohon
ditingkah dentang denting gerimis
Semuanya lengkap seperti kala itu
Kecuali dirimu.

Tetes gerimis semakin ramai, namun aku tak juga bergeming. Aku bersikeras menuliskan bait terakhir sajak di atas selembar kertas yang setengah basah terkena tetesan air, entah gerimis entah air mata. Kulipat kertas itu, kemudian kumasukkan bersama pena ke dalam kantong sebelah kanan jaket buluku. Aku berdiri dari tempat duduk dan menepis butiran-butiran air yang hinggap di bahu.
Lebih kurang setengah jam aku terduduk sendiri merenung di depan Observatorium Boscha, menatapi kupu-kupu lalu-lalang yang kemudian terkejut oleh gerimis dan berterbangan mencari tempat berteduh. Sesekali pandanganku beralih ke kertas dan menuliskan baris demi baris kata yang lewat di kepalaku.
Boscha sunyi.
Ini hari Senin, hari di mana pelayanan Boscha diliburkan untuk para pengunjung yang ingin melihat observatorium. Sesuai dengan suasana yang kuinginkan. Aku bebas berkeliling tanpa terganggu. Berkeliling sambil mengenangmu. Mengenang senyum kita. Mengenang genggam tangan kita.
Seluruh sudut Boscha aku sambangi, tersenyum-senyum kemudian berakhir dengan genangan air mata. Menatap rumah kuno dan mengingat celotehmu tentang gubuk impian kita. Menatap rimbun bougenville dan mengingat janji-janji yang kau ucapkan saat kita duduk berdua di bawahnya kala itu.
Hari menjelang senja. Aku lelah. Semenjak siang seluruh tempat di Setiabudhi telah kujajaki untuk menghilangkan rasa perih di hatiku mengingatmu yang saat ini sedang bertemu dengannya. Entah sedang apa.
Hari menjelang senja. Semoga Boscha menjadi tempat terakhir yang kukunjungi hari ini, kemudian pulang dan tidak lagi mendapati galeri kita yang masih sepi tanpamu.
Hari menjelang senja. Sudahkah dirimu pulang, Sayang? Puaskah hari ini bertemu dengannya? Apakah saat ini engkau sedang tersenyum menungguku di depan pintu?
Aku berjalan melewati pos jaga, kemudian tersenyum mengangguk dan memberi kode pada petugas Satpam bahwa aku akan meninggalkan Boscha. Petugas itu membalas dengan anggukan dan berpesan agar aku berhati-hati dalam perjalanan pulang.
Kularungkan langkah sepanjang perjalanan menurun dari Boscha. Tidak, aku tak ingin menyewa ojek, aku ingin berjalan dan menikmati langkah demi langkah lelah yang menggelayut di kakiku. Tak sebanding dengan lelah hatiku menantimu.
Turun dari angkot Lembang sesampainya di daerah Setiabudhi, hatiku semakin berdebar. Kencang dan menyiksa. Entah karena akan bertemu denganmu sesaat lagi, atau karena tidak siap menemukan galeri kita yang masih kosong tanpa kepulanganmu.
Sepanjang jalan kususun kata demi kata. Menyusun kalimat pembuka, dari mana harus kumulai menceritakan hari ini. Begitu banyak yang ingin kuceritakan padamu, Sayang. Aku sudah pergi ke semua tempat kita pernah menabur kenangan. Ingin kutatap raut wajahmu, Sayang. Adakah nanti dirimu tersenyum mendengar ceritaku?
Langkah demi langkah mendekat. Kunci kugenggam semakin erat.
Aku terhenyak mendapati pintu sunyi tanpa dirimu. Satu per satu harapan meluruh, terhempas berderai berkeping-keping. Kupastikan sudah, dia wanita yang kau pilih untuk mengisi harimu, dan aku yang berada di batas harap cemas akhirnya terlontar jauh dari hatimu.
Gerimis yang sedari tadi terisak akhirnya meraung dan menumpahkan tangisan deras ke bumi. Begitupun aku tersedu dalam hening. Masih terpaku di depan pintu dengan pandangan kabur terdistorsi air mata.












Setiap satu tetes gerimis menyentuh bumi, bertambah satu tetes pula memori dalam wadah kenangan akamu.


Rintik sore ini mengantarku pada kenangan akan kita. Akan bahagia dan airmata

Hujan menderas. Tak cukupkah gerimis kau tawarkan? Aku basah. Tubuhku basah. Hatiku basah. Jiwa gigil dalam dingin. Senyum terpaku dalam beku.
Sebentuk Kehangatan, Dirimu
(Reuni Sepi Bab 2)
by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

Tenang, Cinta
Sebentar lagi kusudahi
Seluruh luka hatimu kulunasi
Cukuplah satu untukku
Dirimu

Serta merta ia menghambur memelukku.
Ah, lagi-lagi kupinta maafmu, Cinta.
“Kak, akhirnya aku sadar, dirimulah lelaki yang paling baik untukku. Maafkan aku,” suaranya teredam ke dadaku, “Aku ingin kita mencoba lagi. Mencoba memperbaiki kegagalan tahun lalu.”
“Ah, Dik, itu sudah setahun berlalu. Tidak ada lagi amarah padamu,” perlahan kulepas pelukannya, “Pasti selama satu tahun ini kamu sudah banyak belajar makna rasa tulus dari bermacam kejadian. Kamu pasti sudah lebih dewasa dan bijak.”
“Jadi, kita bisa membina hubungan cinta lagi?” matanya berbinar menatapku.
“Maaf, Dik. Tidak bisa,” aku menggeleng pelan, “Cinta tidak sesederhana itu, masih banyak hal yang harus dimengerti hati. Tak dapat kujelaskan dengan kata-kata.”
“Ini pasti karena gadis itu!” dia berontak, matanya nanar menatapku, “Apa yang Kakak harapkan dari gadis misterius seperti dia?! Dia hanya membebanimu, Kak!”
“Dik, keinginanmu bersamaku hanya obsesi, hanya karena ketergantunganmu padaku, hanya karena rasa terbiasa,” aku memegang kedua bahunya, “Suatu saat kamu pasti terbiasa tanpaku, dan terbiasa membutuhkan laki-laki selain diriku. Percayalah.”
“Lalu apa artinya genggam tangan sepanjang perjalanan? Apa artinya bahuku yang hangat oleh rangkulanmu tadi?”
Aku terdiam dan menyayangkan kesalahpengartiannya, “Aku bertanggung jawab penuh padamu sepanjang perjalanan hari ini, Dik.”
“Klise!” teriaknya padaku dalam tangis.
“Suatu saat kamu pasti mengerti, Dik,” tak ada lagi yang dapat kujelaskan padanya.
“Besok aku kembali ke Bogor. Ini terakhir kali kita bertemu,” suaranya dipenuhi isak, “Aku tidak ingin melihat Kakak lagi setelah ini!”
Aku hanya bisa diam, menanti isakannya mereda. Sepuluh menit tanpa kata-kata.
Kutepuk bahunya, “Aku pamit, Dik. Semoga mata hatimu membantumu menemukan cinta sejatimu.”
Dalam perjalanan pulang, gerimis menyapaku setitik demi setitik. Kutatap langit sore ini. Awan gelap berarak. Sepertinya akan hujan lebat.
Sebelum pulang, aku harus melunasi hutang kunjungan ke sekretariat Mahacita, kelompok Mapala kenalan baruku. Kupercepat langkah.
Dua puluh menit perjalanan. Penghuni sekretariat Mahacita menyambut. Ramai kami bercerita kisah-kisah seru tentang pendakian. Ya, aku mencintai alam, karena dari sana kudapatkan beragam inspirasi cetusan kata-kata dan goresan warna di atas kanvas-kanvasku.
Senja semakin gelap. Karena mengingatmu, kusudahi obrolan dengan teman-teman pencinta alam. Kutatap layar telepon genggam. Tak ada pesan darimu. Semoga dirimu menunggu dengan tenang di galeri kita, Cinta.
Dalam perjalanan pulang kusempatkan membeli susu murni panas dan makan malam untuk kunikmati nanti, bersamamu.
Tetes demi tetes hujan semakin ramai. Langkahku sedikit berlari dalam perjalanan pulang. Mengingatmu yang sedang menanti, tak kuhiraukan berat ransel yang bercokol di punggung.
Hujan menderas. Kurapatkan jaket dan kupercepat lari. Semoga makan malam kita tak dingin di tanganku.
Sampai sudah.
Air menetes dari sekujur tubuhku. Kuperiksa kantong makan malam kita. Masih hangat.
Aku kembali padamu, Cinta. Apa gerangan yang sedang kau ciptakan di dalam galeri kita?
Kuputar gagang pintu. Terkunci.
Kupanggil-panggil dirimu. Tiada sahutan.
Tidakkah dirimu di dalam sana?
Kuraba bagian atas kusen pintu. Jemariku menyentuh sebatang kunci, dan sebuah benda lagi, kertas.
Hatiku berdebar.
Kubuka lipatan kertas-kertas yang kutemukan. Selebaran peraturan Observatorium Bosscha, dan lembar lainnya yang penuh oleh tulisan tanganmu. Sketsa observatorium dan barisan-barasan kata di sekelilingnya; Sajak-sajak yang bercerita tentang gerimis dan kenangan, tentang air mata yang tertahan, tentang hati yang tergamang di batas rasa.
Kutinggalkan seluruh barang di depan pintu, lalu menghambur ke pelukan hujan. Mencarimu.
Di mana dirimu saat ini, Cinta? Begitu jauh kelana hati kau jalani hari ini. Sungguh keterlaluan diriku menambah panjang catatan luka di hatimu.
Malam menebar kelam. Nafasku tersengal di antara tetes hujan. Seluruh penjuru kusigi. Di mana?
Langkah lemasku terpacak di jalan sepi. Telah jauhkah kau pergi?
Aku terhenti mendapati satu sosok terduduk. Terpuruk. Dirimu. Sayup isak menghampiri telingaku.
Langkah demi langkah mendekat padamu, kuselubungi tubuhmu dengan jaketku.
Terdiam. Wajahmu menoleh menatapku. Ekspresi yang kosong. Walau tersamarkan hujan, kulihat sisa deras air mata di pipimu.
Hatiku tersayat. Ini sosok yang seharusnya kupeluk. Ini sosok yang harus kubelai hatinya. Namun lihat yang terjadi. Lagi-lagi kau menangis karenaku.
Maaf, Cinta. Aku terlambat.
Tubuhmu yang mengeras kaku perlahan mengendur. Satu-satu kau mulai isakmu, kemudian tangis itu tumpah ruah di dadaku.
Menangislah, Cinta. Lampiaskan segala sakitmu. Redam dalam pelukku.
Deras hujan tak henti, namun tak sedikitpun tubuhku menggigil, karena aku memeluk sebentuk kehangatan. Dirimu.


Jambi, 20 Maret 2011
Teruntuk Mahabrata Liwangi


Baca juga:
Reuni Sepi
Huruf-Huruf Hangat
Kepada Sapardi Djoko Damono

Malam ini, kembali
kita berkutat mengulik huruf demi huruf yang masih hangat;
beberapa waktu lalu kita ambil dari bara perapian.

Untuk apa?
Cemooh laron yang sesekali lewat melihat jemari kita melepuh melawan kobar api.
Hanya senyum yang menjawab tanda tanya
karena kata-kata terasa begitu berharga.

Percik hujan yang satu-satu memercik ke kaca jendela,
Angin yang menyusup pelan melewati sela-sela pintu dan ventilasi,
Serta gemeretak kayu bakar yang sekali dua kali melompat dan terpantul pada dinding perapian,
Menemani kita yang saling bertukar seperangkat kata.

Boleh kupinjam kaca matamu, Pak?
Kata-kataku bersemu memerah seakan ingin kembali masuk ke dalam kerongkongan dan tak pernah keluar lagi.

Kembali, hanya senyum yang kau pinjamkan padaku.
Begitu sederhana.
Membuat huruf-huruf hangat tadi terangkai menjadi sepasang bingkai.
Lekat di mataku.


Jambi, 31 Maret 2011
Rani Amalia Busyra








Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Beliau menulis puisi, prosa, cerpen, esei, dan mengerjakan beberapa terjemahan. Banyak puisinya yang dimusikalisasikan, seperti Aku Ingin dan Hujan Bulan Juni.
Bagi saya, kata-kata sederhana dalam larik-larik puisinya terasa tulus dan menghangatkan hati. Bagi saya, membaca puisi-puisi beliau adalah sebuah peristirahatan bagi jiwa, seperti sebuah oasis yang keberadaannya sangat diharapkan di tengah-tengah gurun pasir.







BIODATA PENULIS
Nama    : Rani Amalia Busyra
Lahir     : Padang, 16 November
E-Mail  : rani_restletink@yahoo.com
Twitter  : @kekasihpuisi

Tersayat Tatapan Wanitaku
Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

Entah apa yang ada di dalam pikiran wanitaku. Begitu keras wajahnya menghadangku. Matanya beku menatapku, tak berkedip. Perlahan terbentuk sedikit lengkung di bibirnya. Hatiku bersorak. Sesaat lagi semua lelucon ini pasti berakhir dengan gelak tawa di antara kami. Ini yang paling kunantikan dalam detik-detik ini: Senyum di bibirnya, pertanda bahwa ia sedang tidak serius dan sesaat lagi menghentikan candaannya.
Ketika lengkung tergambar sempurna di bibirnya, entah mengapa wajah yang kutatap malah bertambah gelap. Kupasati ulang seulas senyuman itu. Di mana cerianya? Tiada.
“Kau mencari wanitamu? Maaf, dia telah mati. Tenggelam dalam genangan air mata,” pisau-pisau kecil memberondong dari bibir indahnya. Berterbangan dan bertubi-tubi tertancap di hatiku.
Aku menelan ludah. Kehabisan kata. Dia bukan lagi wanita manisku yang dulu. Tiada lagi rona wajah dan sipu malunya yang tertunduk saat kutatap kedua bola mata indahnya. Tiada pandangan lembutnya yang penuh cinta. Hanya kekelaman bertambah dalam menyorot dari pandangnya.
Sebegitu jauhkah batas kesabarannya terlampaui? Sebegitu dahsyatkah hatinya terhantam rasa sakit? Hingga buyar, mati, dan membusuk.
Kembali kuberanikan diri memasati ombak ganas di lautan matanya. Begitu ramai bayangan berkelebat di dalamnya  seolah menceritakan sesuatu yang tak kutahu apa itu.
Kualihkan pandangku dari matanya, ke rambut poni yang jatuh lemas di keningnya, ke rekah bibirnya yang bergetar, kemudian pada tangan mungilnya yang mengepal erat, hingga sikap tubuhnya yang tegap kaku duduk di hadapanku. Tak dapat kupungkiri, ia semakin memukau di balik bara emosinya. Membuat aku ingin meraihnya, membakar kesendirianku yang hampa.
Benarkah ia seperti ini yang kuinginkan? Tentunya bukan. Di satu sisi aku menginginkan wanita manisku, namun di balik kemanisannya tiada pesona memukau seperti saat ini. Sungguh kontradiktif yang pelik, mengingat rasa-rasaku begitu labil dalam hal ingin-menginginkan.
Ah, wanitaku. Mengapa malam ini kurasakan kau begitu angkuh dan jauh? Padahal hatiku teramat menggebu ingin menggapai memelukmu meleburkan kita menjadi satu, kerinduanku dalam geloramu, kekagumanku dalam anggunmu.
“Kamu serius? Masih menginginkanku?”
Aku terkesiap. Ia tidak sedang membaca pikiranku, kan? Kegelisahanku memuncak, tanpa daya terintimidasi di bawah tatapannya. Seakan ia melepas helai demi helai pakaianku, hingga tak bersisa. Mendadak aku menggigil sendiri.
“Cukup, aku menyerah! Jangan kau siksa aku dengan tatapanmu!” aku takluk sudah. Tertunduk, tak lagi berani menantang sorot matanya.
“Hah, tak kusangka sama seperti malam-malam sebelumnya,” ia tersenyum sinis.
“Kuakui kesalahanku, menghempaskan bertubi-tubi rasa sakit ke hatimu. Namun cukupkanlah! Segalanya dapat kita perbaiki,” kukumpulkan sedikit keberanian berargumen dengannya.
“Terlambat. Hatiku telah mati, jauh sebelum malam-malam kita yang penuh perdebatan,” ucapnya dingin.
“Apa yang dapat kuperbuat untuk memperbaiki keadaan ini? Apa yang kau inginkan agar hatimu puas, HAH?!” nafasku mulai panas, “Lampiaskan seluruh rasa sakitmu yang dulu! Tampar aku! Jangan berhenti sampai terpuaskan segala amarahmu!"
Aku berdiri, tersentak oleh kata-kataku sendiri. Otakku kusut. Pikiranku semakin kalut.
Ia yang juga ikut berdiri, tanpa basa basi melayangkan tangannya ke pipiku. Sangat keras. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Bertubi berkali-kali. Aku tak berdaya, seakan terhipnotis menyodorkan wajahku ke telapak tangannya.
Tiba-tiba tamparan itu berhenti. Sepasang tangan kekar menahan kedua tangannya.
Ah, bukan, tanganku yang ditahan.
Mengapa tanganku yang ditahan?
Dia yang menampar. Bukan aku.
“Sheila, apa yang kau lakukan? Mengapa kau menyakiti dirimu?” suara itu terdengar bergetar di telingaku.
“Mas Raga?” kutatap wajah lelaki itu dalam setengah kesadaran yang berkunang-kunang.
“Sayang, mengapa kau menampar dirimu sendiri?” Mas Raga terisak menggenggam kedua bahuku.
"Bukan, Mas. Mana mungkin aku menampar diriku sendiri. Dia yang menamparku," aku menunjuk wanitaku.
Mana dia? Mana wanitaku tadi? Yang kutemukan hanya sebuah kaca meja rias yang memantulkan bayanganku dan Mas Raga.
Mas Raga membenamkanku ke dalam pelukannya. Erat.


***









Nama      : Rani Amalia Busyra
TTL        : Padang, 16 November
E-Mail     : rani_restletink@yahoo.com
Twitter     : @kekasihpuisi
Tobat Kopi
by Rani Amalia Busyra @kekasihpuisi

"Aduuuh, aduh!"
Bu Asih yang sedang mencuci bayam langsung tergopoh meninggalkan dapur demi mendengar rintihan suaminya. Di kamar, didapatinya Pak Jono berguling-guling di kasur sambil memegangi perut.
"Pak... Pak, kenapa toh?!" Bu Asih meraba-raba perut suaminya. Mencari tahu.
"Sakit, Bu... Perut... Aduh, aduh..." hanya bisa merintih, Pak Jono terlalu kesakitan untuk menjelaskan.
"Perut ya... Sabar ya Pak... Tunggu sebentar," segera Bu Asih kembali ke dapur. Dengan cekatan diaduknya 3 sendok makan tepung sagu ke dalam segelas air putih, dibawanya ke kamar, dan diminumkannya pada suaminya.
Selang beberapa menit, Pak Jono kelihatan sedikit lebih tenang. Bu Asih menyelimutinya dengan kain panjang.
"Kenapa toh Pak, tiba-tiba sakit perut begini?" tanya Bu Asih sambil memijit-mijit kaki suaminya.
"Aku juga ndak tau Bu. Setelah sarapan perutku mules-mules. Waktu ngambil minyak angin di kamar, mulesnya makin menjadi-jadi..." urai Pak Jono.
Bu Asih tertegun. Apa ada yang salah dengan sarapan yang disuguhkannya pada suaminya pagi ini?

***

"Penyebabnya kopi Pak, Bu," kata dokter muda yang memeriksa Pak Jono di Puskesmas. Ya, pagi itu setelah Pak Jono merasa lebih kuat, ia dan istrinya berjalan kaki ke Puskesmas terdekat. Pekerjaannya di kebun ditinggalkannya sementara.
Sedikit mengerutkan kening, Bu Asih berpikir memang pagi ini ia menyuguhkan kopi dan singkong goreng, tapi pada pagi-pagi sebelumnya pun kopi sudah menjadi suguhan rutin untuk sarapan suaminya.
“Tapi biasanya saya juga minum kopi kok, Bu Dokter,” kata Pak Jono yang ternyata satu pikiran dengan istrinya. Bu Asih mengangguk-angguk meyakinkan dokter.
“Justru karena terbiasa itu, Pak. Mengkonsumsi kopi dapat merangsang lambung untuk mengeluarkan asam lambung lebih banyak daripada jumlah normal. Asam lambung yang berlebihan akan menyebabkan penyakit lambung. Saya sarankan Bapak mengurangi konsumsi kopi, tidak lebih dari 2 cangkir sehari, dan jangan mengkonsumsi kopi saat perut kosong,” jelas dokter panjang lebar sambil menulis di secarik kertas.
Pak Jono dan Bu Asih terbengong-bengong kesulitan mencerna istilah-istilah dokter yang bagi mereka asing.
Dokter segera tersadar “Begini, Pak. Banyak minum kopi bisa bikin sakit perut, jadi kopinya dikurangi ya, Pak. Satu hari 2 gelas saja. Kalau belum makan, jangan minum kopi,” jelasnya dengan kata-kata yang lebih sederhana.
Suami istri itu mengangguk-angguk sambil ber-‘Ooo..’ pelan.
Melihat sepasang suami istri lugu di depannya, dokter muda itu tersenyum “Ini resepnya, Pak. Obatnya diminum teratur. Jangan makan yang keras-keras dulu, kalau bisa makan bubur saja. Hindari juga makan yang asam-asam,” pesannya sambil memberikan secarik kertas yang dituliskannya tadi kepada Pak Jono.

Setelah menukar resep
Berjalan pulang
“Syukur ya pak biaya berobatnya ndak mahal. Cuma sepuluh ribu sekaligus obat,” kata Bu Asih lega saat mereka berjalan pulang.
Pak Jono masih bersungut-sungut, kesal karena disuruh mengurangi minum kopi, kopi adalah kesukaannya, butuh/candu malah. Sekarang disuruh mengurangi.“Ibu tahu sendiri toh, kalau minum kopi aku merasa segar gitu lho. Terus disuruh makan bubur, kayak bayi aja”
“Ya ndak apa-apa toh pak. Kita ikuti saja kata bu dokter,” kata bu Asih sambil membimbing suaminya jalan, “Bu dokter baik ya pak. Aku jadi ingat Nani, jadi kangen. Apa kabar ya dia sekarang? Terakhir dia kirim surat satu bulan lalu bilang kalau Bayu sudah pintar ngomong. Aduh, aku jadi kagen pak sama anak dan cucuku itu. Ndak sabar nunggu lebaran. Nunggu mereka mudik dari jakarta.”
“Lah, bu, kok jadi ngawur toh, ayo jangan meleng nanti kesandung.” Kata pak Jono yang merasa gengsi bilang kangen ke anaknya
“Iya pak” kata bu asih sambil terus senyum-senyum “Hmm, jarang-jarang ya pak kita jalan-jalan kaya gini lagi. Jadi ingat pacaran dulu.”
“Jalan-jalan apanya, ini kan karena aku sakit,” kata Pak Jono pura-pura bersungut-sungut menutupi groginya “Aduh, Bu, mau mapah apa gentolan nih? Berat bu,”
“Ndak apa-apa toh pak. Merasa muda lagi, hihi…” kata bu Asih semakin menggelayut manja pada lengan suaminya.
“Malu toh Bu… Malu” Pak Jono gelagapan melihat sekeliling takut ada orang yang melihat dan menertawakan meraka.

***

Hari-hari kembali berjalan seperti biasa.
Sebagian besar masyarakat di desa Buaran/ Krakah, Kabupaten Brebes ini memang bekerja sebagai petani bawang, baik berkebun sendiri, maupun kebun yang diolah bersama beramai-ramai. Sebagai salah satu penghasil bawang terbesar biasanya hasil panen bawang dari desa ini dikirim ke Kabupaten. Pak jono rutin ke kebun bawang merah milik mereka, hasil panennya dijual ke agen, dan uang yang mereka dapat lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan mereka berdua selama tiga bulan sebelum panen berikutnya.
Nani, anak semata wayang Pak Jono dan Bu Asih, ikut suaminya merantau ke Jakarta. Sesekali mereka pulang ketika lebaran atau ketika ada rejeki lebih. Jadilah Pak Jono dan Bu Asih hidup berdua saja di rumah sederhana mereka.

Pak jono menyiasati minum kopi. 2 gelas. Tapi minta gelas besar. Kadang-kadang keluar ke warung kopi untuk minum di sana.
“Pak, ingat tho kata bu dokter, ngopinya dikurangi. Jangan bandel toh pak”
“Yo kan dak mungkin toh bu, duduk ngobrol di warung kopi tapi ndak ngopi. Mau ndak mau toh bu,” kilahnya.
Makan juga bandel. Dibuatkan nasi lunak dan sayur bening di rumah. Makan sayur asem di warteg, ditambah lagi gorengan.
“Bosan Bu, masak nasinya lunak, seperti bayi saja. Aku kan butuh tenaga lebih untuk kerja di kebun.”
Bu Asih Cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar alasan suaminya. Untungnya Pak Jono tidak rewel kalau masalah minum obat, ia meminumnya dengan teratur.

***

Sore hari sepulang bekerja di kebun, Pak Jono duduk bersantai di dipan beranda rumah, tak ketinggalan rokok di sela jari dan kopi di hadapannya. Bu Asih menemaninya sambil membersihkan beras untuk makan malam.
“Aduh…” Pak Jono memegangi perutnya.
“Kenapa Pak?”
“Perih Bu…” wajah Pak Jono semakin terlihat kesakitan.
Seperti mengulang adegan beberapa hari lalu, Bu Asih segera ke dapur membuatkan air tepung sagu dan meminumkannya pada Pak Jono. Namun selang beberapa menit, belum juga sakitnya hilang. Malah pak Jono muntah-muntah, isi perutnya terkuras habis. Mukanya pucat pasi menahan sakit dan mual.
Bu Asih panik dan meminta tolong tetangga untuk mengantarkan pak Jono ke Puskesmas. Seorang tetangga yang mempunyai mobil bak bersedia membantu. Di bak mobil, Pak Jono dibaringkan di atas kasur busa, Bu Asih duduk di sampingnya.
“Lambung Bapak luka, bu.” kata dokter, yang beberapa hari lalu juga memeriksa Pak Jono.
“Luka gimana Bu Dokter,” Bu Asih meminta penjelasan lebih.
“Begini Bu, kemarin itu lambungnya lecet, nah tapi bapak masih saja mengkonsumsi makanan berat, ditambah lagi kopi yang memperparah keadaan lambungnya,” kata dokter sambil menyentuh perut Pak Jono. Kemudian ia melanjutkan “Bapak kehabisan banyak cairan karena muntah, dan belum boleh makan apapun karena menyebabkan ingin muntah lagi. Saya sarankan Bapak dibawa ke Rumah Sakit dan rawat inap di sana.”
“Iya dok, iya dok,” hal yang terpenting bagi Bu Asih adalah kesembuhan suaminya.
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, Bu Asih meneteskan air mata “Pak, tahan ya Pak, kuat ya,” katanya berulang-ulang sambil memijit-mijit tangan dan kaki suaminya.
“Iya, Bapak bisa kuat kok. Jangan cemas, Bu. Hapus air matamu,” kata Pak Jono berusaha menenangkan istrinya. Ia menyesal telah membuat istrinya cemas dan menangis seperti saat ini.
“Bu…” Pak Jono meraih tangan istrinya.
“Ya, Pak?” Bu Asih memandang Pak Jono. Ia tahu ada yang ingin disampaikan oleh suaminya.
“Bapak janji nggak akan minum kopi lagi,”
“Aduh pak, jangan janji, nanti kalau mungkir kualat,”
“Benar, bapak ndak mau minum kopi lagi. Tobat bu.”
“Benar Pak?” Bu Asih menatap lekat mata suaminya.
“Benar Bu. Tobat kopi,” Pak Jono balik menatap. Berusaha meyakinkan.
Bu Asih terkikik “Alah... Tobat Kopi. Sejak kapan ada Tobat Kopi?”
“Sejak Aku bilang barusan,” Pak Jono sambil pura-pura memasang mimik serius, kemudian nyengir tiba-tiba.
“Iya Pak, Iya.. Aku percaya. Lho? Perutnya ndak sakit lagi pak?”
“Ndak begitu sakit lagi seperti tadi. Kenapa ya? Ah… Aku tahu, pasti karena air tepung yang diberikan oleh istriku tercinta ini,”
“Eh, Bapak malah ngegombal. Nanti perutnya nambah sakit. Ayo istirahat dulu. Sebentar lagi sampai,” Bu Asih pura-pura ngomel sambil membenarkan selimut yang tadi dipinjamkan Puskesmas untuk Pak Jono. Wajahnya tersipu.
“Iya, Aku istirahat. Ibu jangan cemas lagi toh,”
Bu Asih tersenyum manis dan menggenggam tangan suaminya. Hari beranjak senja, langit memerah dan burung-burung pulang ke sarangnya. Mobil bak yang mengantar mereka akhirnya memasuki halaman Rumah Sakit.


Indralaya, 5 Maret 2011

Buat nama dokter?
Buat Nama puskesmas?
Buat nama Rumah sakit? Rumah Sakitnya di kabupaten atau desa? Ada dak yang dekat aja?
Bawang, ladang atau kebun?
Sumber teori tentang kopi:
http://tiqahminds.wordpress.com/2009/04/17/dampak-konsumsi-kopi
“Halo, Halo Bandung”, Sebuah Kerinduan Di Balik Irama Bersemangat
Kembali menggali spirit Bandung Lautan Api
Oleh: Rani Amalia Busyra

“Halo, halo Bandung
Ibukota Periangan.
Halo, halo Bandung
Kota kenang-kenangan.
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau.
Sekarang telah menjadi lautan api.
Mari, Bung, rebut kembali!”
(Halo, Halo Bandung – NN)

Sekilas terdengar lagu “Halo, Halo Bandung” adalah sebuah lagu yang membangkitkan semangat. Lagu gembira? Tentunya bukan. Bertolak belakang dengan iramanya, di balik lirik lagu “Halo, Halo Bandung” tersebut tersimpan kepedihan rindu yang teramat sangat terhadap kota Bandung.
“Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau”
Kalimat ini benar-benar mengandung makna harfiah dan sederhana yang dikumandangkan oleh para pejuang yang secara terpaksa meninggalkan Kota Bandung dalam pertempuran melawan tentara Sekutu-NICA.
Menurut pemaparan Dahrun Usman, S.Sos, Guru MI Asih Putera Cimahi melalui Tribun Jabar, hari Senin, 21 Maret 2011, peristiwa tersebut berawal dari masuknya tentara Sekutu ke Kota Bandung pada Oktober 1945. Ketika itu, para pejuang Indonesia di Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan merebut senjata perang dari tentara Jepang. Tetapi Sekutu secara sepihak menduduki beberapa kantor penting dan fasilitas lainnya di kota Bandung. Di samping itu, tentara NICA Belanda juga ikut membonceng kepada Sekutu dengan maksud kembali menguasai kota Bandung.
Tindakan tersebut mambuat para pejuang dari Bandung yang tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) marah dan melakukan perlawanan terhadap Sekutu dan NICA Belanda sekaligus.
Pada tanggal 21 November 1945 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar tentara TKR dan para pejuang mengosongkan Bandung utara dan para pejuang harus menyerahkan senjata kepada Sekutu. Tentu saja perintah ini tidak dihiraukan oleh tentara TKR sehingga menimbulkan bentrokan kedua belah pihak dan sejak saat itu, maka Kota Bandung terbelah menjadi dua; Bandung utara dan selatan.
Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum yang kedua, mereka menuntut agar TKR yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) mengosongkan Bandung bagian selatan. Presiden Soekarno memerintahkan agar TRI dan para pejuang lainnya segera mengosongkan Bandung selatan demi keselamatana rakyat dan pertimbangan politik.
Para pejuang memang mematuhi perintah Presiden Soekarno tersebut, namun sebelum meninggalkan Bandung selatan, mereka membumihanguskan daerah tersebut agar tentara Sekutu dan Belanda tidak bisa memanfaatkan fasilitas kantor dan gedung lainnya. Pembumihangusan yang terjadi pada 24 Maret 1946 ini ternyata pada akhirnya dianggap sebagai salah satu strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia (Wikipedia Indonesia, Bandung Lautan Api).
“Sekarang telah menjadi lautan api. Mari, Bung, rebut kembali.”
Dari dua kalimat terakhir lagu yang sama dapat kita lihat tekad para pejuang yang menganggap pembumihangusan tersebut adalah sebuah langkah mundur untuk selanjutnya maju seribu langkah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ada sebuah pesan moral yang dapat kita petik dari peristiwa ini, yaitu “Pengorbanan”. Para pejuang yakin, dengan strategi yang telah mereka susun sedemikian rupa, termasuk pembumihangusan Bandung selatan, pada akhirnya mereka dapat meraih kemenangan ke depannya untuk Indonesia. Dengan segala bentuk keikhlasan mereka rela membakar tempat tinggal mereka sendiri, meninggalkan lingkungan tercinta tempat mereka bertumbuh dan seluruh kenangannya. Bahkan Indonesia harus rela kehilangan dua orang pemuda gagah berani yaitu Muhammad Toha dan Ramdan, yang gugur demi meledakkan gudang amunisi tentara sekutu. Semua itu direlakan dengan keyakinan bahwa segala bentuk kehilangan dapat tertebus dengan keadaan yang dinamakan Kemerdekaan Mutlak.
Pengorbanan yang tanpa pamrih. Pengorbanan tanpa berharap namanya akan diingat oleh orang-orang setelahnya. Itulah semangat pengorbanan yang berkobar lebih besar daripada lautan api yang berkobar selama tujuh jam dan menyisakan puing-puing bangunan dan tempat tinggal rakyat.
Sudahkah kita berkorban untuk negara? Tidak perlu langsung berfikir pada pengorbanan yang besar. Dimulai dari hal-hal kecil saja.
Relakah mengorbankan sedikit waktu senggang yang biasanya digunakan untuk bermain dan bersenang-senang diisi dengan kegiatan bermanfaat seperti belajar dan berkarya? Relakah sedikit menyumbangkan rasa lelah menggunakan fasilitas kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi demi mengurangi padat kemacetan di jalan raya? Atau bahkan jika berfikir lebih jauh lagi, adalah untuk menghemat penggunaan bahan bakar. Dan masih banyak pengorbanan-pengorbanan kecil lainnya yang dapat kita lakukan untuk masa depan negara tercinta.
“Jangan tanyakan apa yang akan diberikan oleh bangsa kepadamu, tapi tanyakanlah apa yang bisa kau berikan kepada bangsa.”
Tidakkah kata-kata Mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, yang pernah dikutip Presiden Soekarno sebagai potongan pidatonya ini menggelitik nurani kita sebagai pemuda yang diharapkan mengisi masa depan bangsa? Mari kita mulai dengan satu-dua langkah sederhana.
Banyak yang dapat kita lakukan di jaman sekarang dengan aman dan bebas tanpa peperangan, maka pastinya tidak sulit bagi kita untuk memberikan sumbangsih karya dan kegiatan yang bersifat positif dalam bentuk apapun kepada Negara Republik Indonesia.
Pernah juga Presiden Soekarno berkata, “Beri aku sepuluh Pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.”
Menurut pembahasan Erik Permana Putra, Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, kata-kata Presiden Soekarno secara tidak langsung menyatakan bahwa hanya dengan pemuda dan di tangan pemuda sebuah bangsa bisa menjadi besar dan maju. Karena itu, tak salah jika sejak dulu hingga sekarang tampuk harapan selalu dibebankan kepada pemuda. Jika menengok sejarah perjalanan Indonesia sejak era penjajahan hingga reformasi, pemuda selalu menjadi aktor utama dari setiap peristiwa penting dalam perjalanan sejarah bangsa.
Sekarang, mari kita berkaca pada diri sendiri. Dapatkah kita meningkatkan kualitas diri agar menjadi salah satu pemuda yang dapat mengukir sejarah Indonesia dengan suatu prestasi, seperti pemuda-pemuda terdahulu? Atau dapatkah kita mendidik anak-anak kita agar menjadi pemuda yang kedepannya dapat memajukan bangsa? Kembali, mari kita mulai dari hal-hal kecil. Memberi teladan yang baik pada anak-anak tentang makna mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengingatkan para sahabat yang mulai melakukan suatu tindakan yang berpengaruh buruk terhadap lingkungan atau yang tindakannya sudah melenceng dari norma-norma, mencintai produksi dalam negeri, dan memperhatikan serta turut serta dalam upaya melestarikan budaya asli Indonesia serta nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya.
Setelah memaknai seluruh pengorbanan dan perjuangan pahlawan kemerdekaan, mari kembali nyanyikan dengan hati setiap baris lagi “Halo, Halo Bandung” tersebut, kemudian resapi seksama ke dalam sanubari. Semoga rasa haru dan semangat perjuangan merasuk dalam jiwa kita para pemuda Indonesia.

Jambi, 30 Maret 2011

Daftar Pustaka

Biodata Penulis
Nama                                   : Rani Amalia Busyra
Tempat, Tanggal Lahir     : Padang, 16 November
Fakultas / Jurusan             : Ekonomi / Akuntansi
Perguruan Tinggi               : Universitas Sriwijaya

ORGANISASI DAN AKTIVITAS
2010 – sekarang : Sekretaris Taman Baca Pondok Imaji Khatulistiwa
2009 – sekarang : Anggota Ikatan Bujang Gadis Kampus Sumatera Selatan
2007 – sekarang : Anggota BELISARIO, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Sriwijaya
Jenis suara: Mezzo Soprano – Alto

KONTAK
Facebook         : Rani Amalia Busyra
Twitter             : @kekasihpuisi
E-Mail              : rani_restletink@yahoo.com




Date/Time: 19th March 2011 / 10:44:29
Folder: Ucut TulisDream11
----------------------------------------------------------------------
(1)
PLAAKKK!

Aku terkejut bangun dari tidurku. Terasa panas dan berdenyut. Baru saja sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.

"Anak kurang ajar," kudengar mama menggerutu dan keluar dari kamarku. Aku tak tahu tentang apa itu. Kesadaranku belum terkumpul penuh.

(2)
aneh, ini sebuah hal yang baru kualami, tak biasanya mama menamparku setelah ku terkaga dari tidur. ada apa ini, jantungku berdetak sekencang angin menerpa. tak ada penjelasan, hanya kata-kata kurang ajar, apa salahku?

(3)
Setelah sejenak terduduk berfikir, aku bangkit dari kasur dan keluar dari kamarku.

Di mana mama? Aku mencari-cari. Ingin kuminta penjelasan padanya atas tamparan tadi. Tak kutemukan mama di dapur maupun di kamarnya.

(4)
keadaan yang membuatku bingung, dengan lamunanku yang dalm aku berpikir apa salahku hingga cacian mapir didepanku tadi.

tak berapa lama terdengar suara langkah kaki dari depan pintu, siapa itu.

(5)
Dari jendela kulihat ada sesosok lelaki berjalan di halaman depan menuju pintu rumah kami.

Tamu?

Belum sempat satu langkah aku menuju ruang depan untuk membukakan, entah dari mana mama mendahuluiku berjalan menyambut laki-laki itu.

(6)
otakku semakin tak menentu memikirkan kejadian tadi, kenapa tiba-tiba mama hadir tanpa sepengetahuanku. langsung saja membukakan pintu itu. siapa tamu itu, aku penasaran dengan sikap mama.
kuintip dari sudut dinding kanan rumah, ah.. aku tak mengenali tamu itu.
kembali aku duduk diruang tengah dan menunggu mama memberi penjelasan kejadian barusan.

aku tak mau menguping, hingga aku sempatkan untuk memutar musik di handphoneku, pelan hanya aku yang mendengar.

(7)
Sedang nikmat-nikmatnya kudengarkan musik dari handphoneku, mama menghampiriku dengan tersenyum-senyum.

Apa lagi ini?

Sikap mama berbeda 180 derajat daripada tadi. Aku yakin tamparan tadi bukan mimpiku. Tak ada satu orang lagi pun kecuali mama dan aku di rumah ini.

"Ivo, kemari. Ada yang ingin Mama kenalkan padamu," aku disuruh berkenalan dengan laki-laki itu?

(7)
lelaki itu tegap berdiri dari tempat duduknya, aku terpaksa berkenalan dengan lelaki. tak biasanya mama bertingkah seperti ini. lain dari biasanya.

ia ulurkan tangannya dan aku menyambutnya dengan cepat, "ivo", "ferdi". dan ia duduk kembali dengan senyumnya tanpa sebab. mama pun ikut tersenyum, ah! siapa orang ini, apa pentingnya aku dikenalkan dengan lelaki yang samasekai tidak menarik menurutku.
mama : ivo, ferdi ini anak tante tari, temen sma mama. ingat kan?
aku : ee..e iya ma, ivo ingat.
mama : nah, sekarang kalian udah saling kenal, umur kalian cocok lg.
aku hanya terdiam melihat tingkah mama yang seakan mau mendekatiku dengan lelaki ini. lelaki itu menatapku dengan penuh, aku membuang arah ke segala penjuru.

mama : ivo, kamu buatin minum deh buat ferdi
ferdi : gak usah tante, gak usah repot-repot
mama : gak papa kok, masa tamu gak disuguhi minum. ah kamu ini fer.

(8)
Aku segera berjalan ke dapur. Tak ingin aku berlama-lama ada di ruang tamu ini.

Kuseduh teh pelan-pelan.
Begitu pelan aku sambil berfikir cara apa yang dapat membuat laki-laki yang bernama Ferdi itu mengurungkan niatnya menikahiku.

Aha!

9.
gotcha! aku dapat ide, kuseduh teh dengan ramuan khusus. ya, garam sebagai pengganti gula. biar dia bosan berlama-lama dirumahku.

kuantarkan teh dengan senyuman pasti, kuletakkan dimeja,tepat didepan kursinya.

mama : ivo, mama kedapur sebentar ya. kamu tmenin Ferdi ya vo.
ivo : iya ma..
dalam hatiku, ini kesempatan bagus untuk membuat lelaki ini cepat pergi dari rumahku.

ia menatapku tajam sambil tersenyum, (sialan pakai senyum segala)
aku : o, iya diminum tehnya fer..



















Date/Time: 29th March 2011 / 11:7:21
Folder: Ucut TulisDream11
----------------------------------------------------------------------
  1. Penulis   
Usia lanjut membuatku tak henti untuk berkarya, tulisan mengalir bersamaan aliran darahku. Tubuhku boleh terserang renta, tapi karya tetap akan jadi point utama dalam mengisi hari-hari. 4 jam sehari kuluangkan waktu pada ruang 3*4 untuk membaca dan menulis.

(2)
Seperti kebiasaan seluruh penulis, aku menulis di kala sepi hari. Pada dini yang berembun. Namun aku tetap sadar pada keterbatasan tubuhku yang tak setangguh masa muda dulu. Tidak lagi aku bisa menghabiskan malam tanpa lelap. Kubiasakan mengistirahatkan tubuh diwaktu malam dan terjaga setiap dini hari dengan kesegaran dan dingin yang luar biasa melimpahruahkan inspirasi. Mengajakku menuliskan kata-kata hangat nan sederhana. Terkadang istriku turut terjaga bersama, menyuguhkan kopi di sampingku, kemudian menanti pagi sambil merajut dalam diam di sampingku. Terkadang kutatapi lekat ia yang sedang tenggelam dalam motif rajutannya. Ya, dari auranya lah terkadang kutemukan inspirasi. Malah terkadang lebih lancar daripada waktu-waktuku sendiri.
Istriku oasis inspirasi yang tak habis-habis. Aku membutuhkannya karena aku mencintainya.

Rumah kami yang menarik diri kepada sepi, didirikan oleh anak-anak kami yang kini tersebar dengan hidupnya masing-masing. Satu-dua waktu mereka berkunjung dan bertukar cerita padaku. Tentang pengalaman hidup. Tak lupa pula aku selalu mengingatkan mereka agar senantiasa tetap bertahan pada kemurnian jiwa dan dengan erat berpatok pada hakekat hidup dalam menghadapi kegilaan jaman.

Ah, anak-anak yang kuberi bekal sebelum kulepas pada dunia manis asin.

3. Dunia ini keras dan menjadi seorang penulis seperti diriku membutuhkan waktu yang cukup menguras keringat. Kuingat dahulu memulai menulis pada kertas-kertas sekolah yg tengahnya kurobek untuk kutuliskan beberapa sajak kemudian kutempel dimading sekolah. Darisanalah teman-teman sekolahku menjulukiku pujangga, tak dapat kupahami saat itu tentang imajinasi yang lahir dengan sendirinya.
Aku mulai menyukai diary-diary kecil dan kutuliskan bait demi bait hari-hari. Diselip kata-kata ada saja puisi,ungkapan yang tak mudah dimengerti orang awam.

4 Dalam mengetuk hati, aku mencoba mengingat masa lalu. Dimeja kerjaku masih saja kupakai mesin tik kuno hingga saat ini. Mesin tik inilah yang menemani malamku, inspirasiku. Bunyinya menguraskan semangat yang kuat,aku sangat nyaman mengetik dengan mesin ini.

5. Sebuah kata lahir dengan tatapan pertama pada dinding sebelah kiri ruang kerjaku. Aku mulai dengan tema priyayi.

(6)
Seketika kepalaku dipenuhi oleh imajinasi dan bayangan-bayangan keteraturan adat masa lalu. Kemewahan tanpa gemerlap, namun membuat orang-orang terintimidasi dengan keanggunan dan tutur cara yang sedemikian diatur jalurnya.
Kumulai menulis tentang suasana.
Kulanjutkan menuliskan penggambaran pribadi-pribadi di dalamnya.
Ah, kuhidupkan mereka semua dengan kisah.
Sebuah kisah yang sedari dulu bersemayam di kepalaku dan senantiasa mengetuk-ngetuk minta dibukakan pintu agar mereka terbebas pada dunia. Tertumpah pada kertas-kertas polos untuk kemudian dibaca oleh dunia.

7. Cerita yang berangsur-angsur terisi dengan kehidupan para priyayi desa, para konglomerat kaya yang tinggal didalam istana dengan beberapa selir. Membuatku jauh melayang mengikuti pada zaman itu, terasa dan dapat kutuliskan sejarah demi sejarah. Pakaian berlapis sutra, sarung-sarung jawa yang hanya dikenakan kaum atas. Jelas kububuhi dengan arogansi moral yang terjadi.
Warga desa yang menunduk sambil menyerahkan upeti dan tanah ulayat yang tak habis-habisnya ditanam paksa dengan pekerja-pekerja keringat baja.
Tak terasa 3 jam kutuliskan tanpa henti disebuah kertas, ah..sejenak melakukan peringanan jari dan mulai merengangkan tubuh,sambil kupikirkan kelanjutan cerita ini.

(8)
Kutatap kelam yang sedikit demi sedikit disisipi serpih-serpih cahaya.
Tumbuh sebuah tanda tanya di ladang pikiranku.
Arogansi.
Mengapa arogansi bercokol di kepala orang-orang yang merasa memiliki lebih banyak dari pada lainnya?
Sepertinya benih-benih superioritas memang ada di setiap hati manusia.
Harta adalah pupuknya dan kegilaan terhadap penghormatan adalah air yang senantiasa menyirami tumbuh suburnya arogansi tersebut.


9. Imajinasiku mulai berkembang ke arah kehidupan kaum-kaum kecil yang ditindas oleh bangsawan. Ini ketidakadilan. Jari-jariku tak sabar menuliskannya. Aku melanjutkan dengan arogansi kaum bangsawan yang menghendaki kesejahteraan dengan segala cara, hasil dari petani harus disumbangkan ke mereka, para gadis-gadis belia harus bersedia bekerja sebagai selir di istana. Baiklah,ini merupakan cerita lintas sejarah jawa, aku akan mencari lebih banyak sumber untuk kujadikan novel dan menjadi sumber hidup dalam kesusastraan Indonesia.



Date/Time: 01st April 2011 / 2:26:31









Folder: Ucut TulisDream11
----------------------------------------------------------------------
Tawa Kecil

(1) Ubeb
siang yang terik membuatku bersemangat bergerak untuk menyambut pengalaman baru, kringgg..suara telepon genggamku berbunyi, pacarku menelepon, dan berkata kabar gembira hadir, aku diterima mengajar di sebuah kursus di daerah sekitar rumhku. tak habis pikir juga, pacarku sangat bisa mencari pekerjaan yang tak jauh dari rumahku. memang ini suatu kebetulan. pukul 11.05 waktu semkin dekat pukul 13.05 dan aku harus segera bergegas menghadiri pertemuan pertama untuk mengajar.

baju apa yang harus kupakai ya, aku bingung. ah yang warna abu-abu panjang saja. aku suka baju ini, sederhana dan berbahan dingin,nyaman kupakai. semoga anak-anak suka dengan penampilanku. setelah siap berbenah aku melangkahkan kaki ke tempat kursus......

(2)Ucut
(2.1)
Di mana ya tempatnya?
Sesuai deskripsi pemilik tempat kursus, pastinya tempat itu berada di sekitar sini.
"Dari POLSEK simpang bawah Perumnas, menyebrang saja. Tempat kursusnya ada di depan toko duplikat kunci Shakira," katanya di telepon tadi.

Aku lihat keadaan sekitar.
"Toko Shakira... Hmm... Nah, itu dia," kulangkahkan kakiku agak cepat karena sudah tepat pada waktu perjanjian, 13.15 WIB. Kulirik jam tanganku. Aku tidak ingin memberikan kesan buruk pada pertemuan pertama ini.

Akhirnya. Aku berdiri di sebuah rumah sederhana. Di beranda depannya tergantung spanduk Nez English Course. Kakiku melangkah perlahan menuju pintu depan rumah itu.

"Assalamualaikum," ucapku di depan pintu.

Seorang wanita muda berjilbab dan beberapa anak seumuran TK - SD yang sedang belajar sambil bermain menoleh ke arahku "Waalaikum salam."

"Rani, ya?" ucap wanita itu sambil tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya.

"Iya," aku tersenyum. Mataku menyapu sekilas seluruh isi ruangan. Tempat kursus ini tidak seperti tempat-tempat kursus kebanyakan yang dibayangkan orang. Termasuk aku. Hanya terdiri dari satu ruangan besar yang lantainya ditutup hamparan karpet hijau. Anak-anak duduk lesehan di lantai dengan meja-meja kecil di hadapannya. Persis dengan suasana TPA, Taman Pengajian Al-Quran.

Melihat keadaan seperti ini, hatiku malah sangat senang. Tidak akan ada suasana belajar yang menegangkan. Tidak akan ada stress dalam belajar mengajar. Pasti aku yang mengajar dan anak-anak yang belajar akan merasa rileks.

(2.2)
"Kita belajar di sini santai saja. Tidak perlu terlalu keras. Yang penting, anak-anak mengerti," kata Kak Mira, pemilik sekaligus pengajar tempat kursus ini.

"Ayo, langsung dimulai saja. Masing-masing mereka usia sekolahnya berbeda-beda, jadi mereka membawa buku masing-masing yang biasa mereka pakai di sekolah. Kita tinggal menolong mereka belajar saja, mengikuti pelajaran mereka di sekolah," jelas Kak Mira.

Aku mulai mengajar anak-anak di sini. Sedikit demi sedikit, aku dapat mengenal mereka satu per satu. Caca yang sangat pintar walaupun belum masuk SD. Puja yang mungil dan masih cadel serta belum pandai menulis. Oji, kelas 4, sangat bandel dan sering mengganggu teman-temannya. Nadiya, teman sekelas Oji, yang sering jadi bulan-bulanan gangguan Oji. Yudha, kelas 5, yang pintar dan percaya diri. Dani dan Dana, si kembar yang sama-sama pemalu. Mutia, kelas 5, yang pendiam dan penurut. Terakhir, Tania, yatim-piatu yang sangat gigih belajar. Tania adalah murid istimewa di tempat kursus ini, karena Kak Mira tidak mengharuskan dia membayar uang kursus, "Cukup rajin belajar saja. Itu syaratnya," kata Kak Mira saat kami duduk bersantai di beranda tempat kursus sambil menunggu Caca dan Puja dijemput orang tuanya.

Terbersit rasa salut di hatiku untuk kak Mira. Aku jadi semakin bersemangat untuk lebih baik mengajar anak-anak di sini. Dengan mengajar mereka, aku dapat menabung amal jariyah yang pahalanya tak akan pernah putus selama mereka memakai ilmu yang kuajarkan di masa depan kelak.


hal 3.(penutup)ubeb

aku merasakan suasana baru, ini yang kucari selama ini. berbaur dengan orang dan mendapatkan pengalaman. hidup memang keras, sebuah mata koin harus dipilih salah satu atau kalah dan terdiam selamanya. aku puas mengajar pada hari pertama, berkecimpung dengan anak-anak merupakan hal baru dalm hidupku. mereka terlihat gembira, tertawa lepas dan bermain dengan riang dalam jam belajar. akan kutanamkan nilai moral dan edukasi yang baik kepada anak-anak muridku, kelak harus menjadi manusia berdaya saing.

langkah awal yang tak terduga-duga, semoga saja pekerjaan ini dapat memberikan hasil positif bagiku dan orang disekelilingku. berbagi ilmu, mengajar salah satu asah ilmu bagiku. agar terus kuingat tentang bahasa yang selama ini kupelajari dan saatnya dipraktekkan dalam ruang nyata dan manusia-manusia hasu ilmu.

***
jambi, kolaborasi rani-ian
1 April 2011




















Date/Time: 05th April 2011 / 12:59:39
Folder: Ucut tulis + mimpi
----------------------------------------------------------------------
       Pecinta Alam  
cerpen KOLABORASI
06.04.11

HALAMAN 1
UBEB

Ruang teras dipenuhi para sahabat-sahabatku yang sibuk mengecek peralatan serta tenda-tenda untuk keberangkatan sore ini menuju Gunung Gede Pangrango.



Halaman 2
Ucut.

Carriel-carriel besar muatan 40kg berjejer di pinggir beranda.
Air minum, beras, wadah makanan, pemantik api, senter besar, tali temali, serta peralatan survival lainnya lengkap sudah kami siapkan.
Peralatan dari masing2 pribadi pun kami persiapkan masing-masing.


Halaman 3
Ubeb

aku : uj, mana petromax kita?
uj : aduh, aku lupa gus. biar kuambil sekarang kekosku.
aku : ya, ambil j, gawat kalau gak ada. bisa mati dalam gelap kita nanti.

semuanya tertawa mendengar ocehanku, untung saja aku cek kembali peralatan-peralatan yang penting. ini pendakian pertama ke Gunung Gede, kami harus mempersiapkan segalanya dengan baik.

Tak lam, chandra datang dengan carriel dipenuhi peralatan lengkap.
chandra : Assalmualaikum..maaf telat tadi terjebak macet di lampu merah.
Aku : santai bro, kita juga lagi nunggu uj mengambil petromax. dia lupa membawanya.
chandra : okelah kalau begitu, aku mau cek alat-alatku lagi gus.
Aku : ya, cek kembali barang-barang bawaanmu.

tidak lupa aku siapkan buku note dan pulpen untuk menulis nanti di puncak.

waktu menunjukkan pukul 15.30, sebentar lagi kami siap berangkat. kemana uj, lama sekali dia. atau bercinta dulu dengan pacarnya,ah kebiasaannya tidak berubah.



Ayahku Dalam Karikatur Abstaksi Mimpi

Sore itu lorong waktu berkecamuk memukul hari-hariku, teman-teman asyik bermain diluar dengan manja dan tertawa, akulah anak-anak yang tiada pernah merasakan permainan dengan keindahan bersama… berawal dari pustaka hari, umurku baru 5 tahun. Ayah…ayah dalam mimpiku kata ibu, kenapa nak?
Ibu : Kamu bermimpi lagi? Yan rindu Ayah bu, kemana ayah. Ayah bu. Ayah!.
Ibuku hanya terdiam dalam kabut malam itu. Tepat pukul 03.12 wib ibuku terisak di ruang dapur, aku mendengar sesayup doa yang cukup mencenggangkan hati. Ibuku berkata, jika bukan karena anak-anakku ya Allah” aku ingin menemuiMU ya Allah, Ya Allah, mengapa jalan hidup keluargaku begitu menyedihkan.
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari mendekkati ibu, ibu kenapa menangis (sambil kupeluk dengan erat bahu atasnya).
Ibu       :  Ibu gak apa-apa nak, Cuma shalat aja. Kamu kenapa belum tidur yan?
Yan     : terbangun bu, mendengar tangisan ibu, yan khawatir. Sudah, sudah…gak apa-apa, sekarang tidur ya.
Ibu       : Ibu mau memasak lagi untuk jualan esok pagi.
Yan : Iya bu…
***
Pagi yang dipunguti hujan deras…ibuku masih dalam kesibukkannya memasak dan membuat kue-kue kecil untuk dititipkan ke sekolah dasar.
Yan : pagi bu…ibu sudah sarapan?
Ibu       : belum nak, ibu masih sibuk membuat kue, o iya kamu tolong ambilkan baskom itu.
Yan : ya bu…
sambil kuambil roti tawar untuk ibu
yan : Bu…ini baskomnya, rotinya dimakan dulu bu.
Ibu : iya nak…
Memandang keluar jendela, kutilik jelas anak-anak seumuranku bermain klereng, bermain kejar-kejaran. Sedang aku hanya bias terdiam dirumah dan memperhatikan alur permainan mereka.
Aku hanya bias terdiam dan menduduki istana surge rumahku bersama ibu, kelahiranku normal kata ibu, tapi dokter memvonis dengan penyakit tumor jinak di otakku. Inilah alas an kuat ibuku melarang bermain, sedikit kelelahan aku bias jatuh pingsan dan tergeletak tak sadarkan diri. Sama halnya dengan manusia yang sekarat.
Lingkungan yang berdebu menjadi alasan kuat untuk bermain, memang lingkungan di sekitar rumahku tidak begitu nyaman, debu adalah ratapan manusia sekitar. 90% udara bersih jarang kami hirup disekitar rumah.

Pukul 07.00 wib, mentari mulai menarik ulur cahaya, ibu telah siap dengan lampan tuanya dengan ratusan kue yang telah dibuatnya. Siap untuk diantarkan ke sekolah dasar negeri 20.
Ibu : yan, ibu pergi dulu ya. Untuk sarapan sudah ibu persipakan dimeja makan. Nanti setelah makan kamu jangan lupa makan ya.
Yan : iya bu, ibu hati-hati di jalan.
Ibu : iya nak..Assalamualaikum…
Yan : walaikumsalam

Seperginya ibu dari rumah, ratapan mataku kembali tertuju kesemua ruangan rumah. Entah kenapa kembali kucari ayah, wajahnya, rupah dirinya dalam mimpiku. Lemari tua yang berada didalam kamar menjadi acuan otakku untuk mencari tentang ayah, perlahan kucari dan kucari dengan harap. Dibawah lemari dengan tumpukkan baju, tanpa sengaja kutemukan secarik surat dari…Abdul Wahab. Teruntuk Sulastri.
Kubaca perlahan, dengan gemetar.

Teruntuk istriku tercinta…
Sulastri
Senin,12 januari 1982
Ma, aku pergi untuk mencari nafkah, maaf tanpa pamit aku tinggalkan secarik surat ini. Aku berjanji akan kembali setelah sukses nnanti. Jagalah baik-baik Ardian dirumah. Semoga Allah selalu melindungi mama dan Ardian.
Aku pergi ma….

Abdul Wahab

Selesai kubaca, kembali kucari apa lagi peninggalan ayah untuk ibu. Tanpa kusadari didalam amplop tersimpan cincin nikah ayah dan photo ukuran 3X4 yang using tersangkut zaman. Inilah ayahku, akhirnya kutemukan rupanya. Betapa bahagia diriku dapat melihatnya walau ahnya dalam bentuk photo dan rautan wajahnya aku yakin, dia pasti kembali untuk keluarganya.
Tok…tok…
Assalamualikum…
Tok…tok….
Hah…aku terkejut, siapa diluar. Cepat-cepat kurapikan berkas-berkas surat ketempat semula.
Assalamualikum…
Lastri…lastri…

Aku langsung berlari menlihat keluar pintu…siapa diluar.

Walaikumsalam…
Yan : oo…tante ning, kenapa tante?
Ning : ibu belum pulang yan?
Yan : belum tante, ibu masih di sekolah, mungkin sebentar lagi. Kenapa tante?
Ning : gak, ini ada surat dari pak pos buat ibu.
Yan : iya tante, nanti yan sampaikan. Terima kasih tante…
Ning : iya sama-sama yan, kalau begitu tante mohon pamit ya
Yan : iya tante, hati-hati ya tante

Hari telah menyingsing hangat, ibu belum juga pulang. Aneh tak seperti biasanya ibu belum pulang. Dan perasaanku semakin heran dengan isi surat yang diberikan dari tante ning, diatasnya tertulis teruntuk sulastri. Dan tidak ada alamat pengirim, hanya initial A.W. aku pikr dengan keras, A.W, A.W, apa benar Abdul Wahab, tanyaku dengan keras…
Tanpa pikir panjang kubuka surat itu,   

Tertukar Celana

















(Mimpi)
Inspirasi    : Rani Amalia Busyra (istriku)
Oleh            : Ubeb

Menghidupi malam dengan tong-tong lampu membuatku paham untuk menyambut mimpi. Aku tak lelah bermimpi, karena mimpi menghidupkan hariku. Aku tak bosan bermimpi karena sudah jalan yang kudapat. Ya, tertukar celana, celana yang kupakai warna sama bahkan tipe pun sama. Hanya ukurannya yang berbeda, tapi yang kusesali. Ini kali pertama celanaku tertukar di asrama kuliah. Sangat lucu, untung saja bukan celana dalam yang tertukar.
Ini jemuran di depan kamarku, tak biasanya ada yang menjemur pakaian di depan kamar. Biasanya di tempat masing-masing. Telah kubawa celana itu kekamar untuk kulipat, kusetrika. Tapi anehnya belum kusadari saat itu, baru tersadar ketika ingin kupakai, loh kok sempit ya. Apa tubuhku udah melar. Ah tidak mungkin. Tidak mungkin. Nah, ini pasti tertukar pikirku. Sialan, celana siapa ini. Mana celanaku. Langsung kutanyakan ke kamar depan.
Aku              : Siti..Siti, tau gak celana siapa ini?
Siti               : Gak tau na, emang celana siapa. Tertukar gitu?
Aku              : Iya Ti, aduh. mana itu celana kesayanganku. Siapa ya kira-kira yang menjemur pakaian tadi siang Ti?
Siti               : Mungkin anak baru sebelah kamarmu Na
Aku              : Hah, ada anak baru?
Siti               : Iya, ada anak baru disamping kamarmu, tadi pukul 10.00 pagi dia datang.
Aku              : Mungkin juga dia yang menjemur. Ya sudah aku kekamarnya Ti
Siti               : Cobalah tanya Na. Mungkin dia yang menjemur
Aku              : Oke ti, thanks ya

Aku langsung menuju kekamar itu, tokk..tokk.. Assalamualaikum..
Terdengar balasan, Walaikumsalam..wanita asing yang membuka pintu.
Aku              : halo, anak baru ya?

(ia sangat cantik, mirip sekali tubuhnya denganku. hanya pinggangnya cukup lebar 3 cm. kuperhatikan seluruh tubuhnya secara detail).
Anak baru : iya mbak. saya baru di asrama ini
Aku              : o kalau begitu selamat datang di asrama, (kusodorkan tanganku ke dia) kenalin namaku ana
anak baru : namaku veysha, mbak ana dikamar mana?
Aku              : aku disebelah ni,kita tetangga
Anak baru : wah kalau gitu nanti saya kekamar mbak.
Aku              : ok. ditunggu ya.

loh, kok aku gak jadi bertanya tentang jemuran. tentang celana. aduh, kok bisa lupa ya. ah, nanti malam saja kutanyakan. kugantung pakaian itu dipintu kamar. dan melanjutkan pergi ke kelas.
siang itu begitu terik, keringatku mengucur deras. gila global warming semakin membuat dunia kering. jemuran menjadi garing, seperti ikan asin jadinya. untung ada buku, sehingga bisa kujadikan kipas.
setelah usai jam pelajaran usai. aku langsung menuju asrama. mandi dan melahap indomie goreng kesukaanku. ah, hari yang menjengkelkan. apa sih maunya orang yang menukar celanaku.


tok..tok..tok.. Assalamualikum..(terdengar suara diluar pintu kamarku)
walaikumsalam jawabku..tunggu sebentar,sambil merapikan kamarku.
Aku              : ooo..veysha..masuk..
                         loh kok bawa celana
Veysha       : iya mbak, ini celana mbak ya. kayaknya saya salah ambil tadi.

(kulihat dengan teliti)
Aku              : iya vey..celanaku. berarti itu celanamu. (sambil kutunjuk ke arah gantungan pintu kamar.
Veysha       : loh, iya mbak. berarti kita tertukar mbak
Aku              : iya jelas tertukar, untung bukan celana dalam. hahaaa..td siang ingin kutanyakan ke vey, tp lupa. eh vey yang datang kesini.
Veysha       : maaf mbak, vey yang salah. salah ambil jemuran tadi. buru-buru tadi mbak.
Aku              : udah gak papa, yang penting udah kembali celana kita.

Hahaa. Celana-celana, kok bisa-bisanya engkau tertukar. apa sudah bosan kupakai, bilang dong. iih.. untung kembali,kamu kan celana kesayanganku. awas tertukar lagi.
Lalu kusimpan di lemari pakaian berlapis kayu jati.

***

















Date/Time: 04th April 2011 / 3:24:56
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Diantara Sisi Hidup
halaman 1
mencoba atau tidak sama sekali, berani berucap salah atau benar maka tindaklah dengan bijak. hidup bukan sekedar tertawax ada kalanya mengarungi tangis dalam lautan luas. serangan hidup adalah gelombang yang harus ditempuh, mengkayuh dan teruslah berusaha. itu seberkas tulisan yang terus kubaca dalam diary kecilku, hidup memang berat. aku sudah muak dengan hidup, sekarang kebebasan yang ingin kuraih bukan omong kosong.
terlalu banyak bicara, tiada tindakan. banyak sekali kutemui kawan-kawanku yang semudah berbicara tanpa dapat memegang mulut mereka. apa ini hidup atau sedikit pengalaman yang mereka dapat sehingga berbicara tanpa isi. pembicaraan yang mengarah bau bukan wangi, aku sering meninabobokan kata-kata yang kuanggap kosong.

halaman 2
berbekal menulis membuatku sadar dengan beragam watak dan sifat yang seperti sperma-sperma hidup. mengkerucut sangat aneh. kehidupanku berangsur pulih setelah mengalami cobaan besar, ya suamiku meninggal muda pada usia 31 tahun, leukimia sejak ia kecil. aku mencintainya sepenuh hati, tidak ada sedikitpun rasa terbuang untuknya. meski ia mengidap leukimia.
pernikahan baru kami jalin selama 2 tahun setengah. belum lama, selalu kuberikan senyumku pada hari-harinya. cinta dan kasih murni telah kucurahkan, sebab hanya ia pahlawanku, aku terpukul berat seperginya dari hidupku. siapa lagi tempatku mengadu. hanya dirinya, tulisan-tulisanku tak berhenti tentangnya, kisah nyata telah aku terbitkan. hasil penjualan pertama best seller, aku hargai para pembaca. kuberikan judul : Suami Dalam Balut Leukimia Cinta.

halaman 3
menjadi kesendirian membuatku semakin kuat menjalani hidup, menulis adalah teman setiaku dalam arungi hidup. dengan menulis semua rasa tersampaikan, menulis membuatku bebas dalam berpikir dan aku ingin menulis sampai mati.

***




















Date/Time: 05th April 2011 / 8:43:57
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Orang Asing Itu
suasana tokoku sepi pengunjung, hari kerja memang berbeda dengan hari libur. aku bisa jatuh bangkrut kalau terus-terusan sepi. sudah 10 tahun terakhir kujalani bisnis kain sutera, berkat dorongan dari nenekku. akhirnya bisnis ini berjalan sampai saat ini.
keuntungan yang kuperoleh sangatlah besar, dalam sehari bisa kuterima 500-600 ribu keuntungan bersih. semuanya kukumpulkan dalam sebulan. tidak mudah menjalani bisnis, aku menghidupi 5 karyawan wanita dan semua gaji mereka aku tanggung. Alhamdulilah aku bisa menjalani tanpa ada resiko sampai saat ini.
hari semakin terik, belum ada satupun pengunjung yang datang ke toko ini, tiba-tiba ada orang asing berwajah india. wah, ini tamuku yang pertama. aku harus melayaninya dengan sepenuh hati.

haloo (sapanya).
aku : haloo.. (ya aku lebih suka turun tangan secara langsung melayani pembeli di tokoku)
Aku : silahkan dilihat.. kami mempunyai berbagai kain sutera yang lengkap.
tanu asing : ya, kami ingin melihat-lihat dulu(dengan kata-kata yang terbata-bata, memang susah mereka berbicara bahasa Indonesia).

lama juga mereka melihat-lihat kain-kainku, dipegangnya kain-kain itu, sambil tersenyum. alangkah manisnya orang india ini, seperti gula saja pikirku. kembar pula, sangat membuatku tergila-gila. tapi sayang aku tidak suka orang asing, selalu kuingat kata ibuku, "jangan pernah jatuh hati ke orang asing, budaya mereka sangat jauh berbeda dengan orang timur".

mereka menghampiriku. karyawan mendekatiku,
fina : pak, ibu ini ingin membeli kain sutera kelas 1. warna kuning ini.
aku : baik, tolong ambilkan yang baru na
orang asing : i want this one sir, i like it
aku : ok miss, i will take the new one for you. wait a moment

hah, bisa juga aku berbahasa Inggris, tertawa aku dalam hati. hahaaaa.. ternyata aku pintar juga. seingatku dulu pernah les bahasa Inggris waktu duduk di bangku SMP, untunglah aku masih ingat cara ucapnya.

setelah lama tak diasah, inilah ilmu. selalu teringat kapanpun.
aku : ok, this the sutera, yellow miss.
orang asing : ok, i love this. ee..sir, i want all of sutera yellow in here. for my family.
aku tersentak kaget. semua kain suteraku mau diborongnya. wow.. aku seperti mendapat rezeki durian. udah manis, enak pula.
aku : ok miss. wait a momment, i will take it.
setelah kuambil barang itu, segera kuberikan ke miss India itu.
orang asing : so how much the price sir? 
Aku : the total is Rp.3000.0000 miss.
orang asing : ok, this is my credit card.

ini rezeki mendadak yang kudaptakan hari ini. terima kasih Gusti Allah.

sekedar kuberikan motivasi ke karyawanku,
Aku :kalian harus rajin-rajin bekerja, bisnis memang keras. tapi harus benar-benar dijalankan dengan kuat.

Date/Time: 05th April 2011 / 8:53:4
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Dear My Cute (You Are My Inspiration)

sayup-sayup terdengar melodi dari balik daun-daun rotan
melodi-melodi yang mencemari hutan menjadi lukisan
naturalis kubentuk lekuk-lekuk garis
wajahmu berhias hijau
merambah wangi dan bernyanyi mesra 'tuk isian imaji
tertulis disini namamu kasih
sayang apakah kita akan menyempatkan hari untuk berbagi?,apakah kita akan memberi hawa pada tiap jelang pertemuan? aku merindumu sayang, segala yng kutulis adalah tentangmu. kucampur beberapa frasa dunia hingga kau hidupkan sajak-sajak rindu. sayang jika kelak kita bersama,mari kita arungi tarian dewa. aku sebagai gerak dan dirimu menjadi pemandu nada yang indah.
aku terus memimpikan suara merdumu yang klasik, bernada alto menyampaikan pesan tentang hidup. siapa yang tidak jatuh hati mendengar suaramu kasih,anginpun takluk kau buat. sayang apa boleh aku meminta tentang masa kekinian. aku ingin bersamamu menyusuri bukit hari dan waktu yang meloncat tiada henti.  
melihat wajahmu membuatku terteduh dalam hangat,nyaman yang kau berikan menyertai hari-hariku. hanya dirimu inspirasiku, aku ingin dirimu satu bukan yang lain.
sertai hari kita untuk siap arungi samudera,air hidup yang terkadang mentah. masaklah sayang agar kuteguk dengan kehausan yang teramat dalam.
sayang, aku ingin melihat gerak tubuhmu yang indah, suaramu yang merdu serta guyonmu yang selalu memberikan kehangatan.

Date/Time: 05th April 2011 / 9:2:29
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Tema : Lapindo
ibu-ibu lihat ada balon ditanah, itu ibu. balon.
ibu : itu bukan balon dek, itu gas. bahaya, jangan kesana ya.
aku : iya bu.
ko..joko..
joko : iya bu.. ada apa bu?
aku : jaga adikmu, jangan sampai dia kesana. bahaya
joko : iya bu, tenang saja joko jaga
lumpur merampas semua harta benda milikku, rumah yang tertelan bumi. keluarga yang kurang gizi, kini aku harus berjuang sendiri setelah suamiku meninggal bersama lumpur itu.
ribuan rumah menjadi selongsong timbunan lumpur, hancur terpecah belah. kami tak tahu lagi harus menuntut kepada siapa, sudah lelah kami meminta tanggung jawab pemerintah. terlalu lambat menanggani masalah ini. elemen-elemen LSM seakan berpihak ke pemerintah, pantas saja semuanya uang yang berbicara. negara hanya bisa berbicara tanpa tindakan cepat. akibatnya kamilah menjadi korban multi sengsara. sungguh biadab pemerintah, kerjanya hanya santai dan mengharapkan uang. tidak sedikitpun memperhatikan keadaan kami. tenda-tenda pleton dikira cukup untuk dijadikan rumah. kami telah menelan air mentah, panas terik menembus tenda serta dingin yang membuat meriang.
tidak ada lagi arena bermain bagi anak-anakku. semuanya menjadi lahan-lahan lumpur yang menyembur dari dalam perut bumi. inilah tontonan dan hiburan yang kami lihat tiap hari.
tahun 1996 merupakan kiamat bagi warga renokenongo, kami tidak mempunyai apa-apa lagi. hanya nyawa dan baju-baju untuk dipakai. apa ini teguran dari Allah bagi kami dan Indonesia yang telah jauh dari jalanNya.
semoga dengan doa yang kami haturkan, rumah-rumah baru dapat segera selesai dan kami dapat hidup layak seperti sedia kala.
Date/Time: 06th April 2011 / 9:41:48
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Sepasang Bola Mata Warung Camar
Dedikasi : Rani A B
Terbit : 06 April 2011
Pukul : 21.00
oleh : ubeb

siapa bilang warung rumah tidak nyaman?, siapa bilang warung itu makanannya ecek-ecek? semua persepsi kawan-kawan salah semua, mereka lebih mementingkan prestige sebagai orang kaya, merasa malu untuk makan atau sekedar duduk di warung. aku terbiasa duduk di warung camar, disini kuhabiskan waktu untuk bercerita, sharing mengenai keaddan dan sastra.

aku beruntung menemukan kekasih yang tidak neko-neko, rani namanya. ia seorang gadis yang sederhana. baginya dimanapun makannya tidak masalah selagi sehat dan yang terpenting tidak ribut. kami sama menyukai tempat yang sejuk dan nyaman. walaupaun warung ini sangat sederhana tapi makannya adalah makanan kelas 1 tidak kalah dengan restoran mewah lainnya. bisa berjam-jam kami duduk disini, bercanda serta saling berdiskusi.

sore yang terik tiba-tiba hujan panas, wuah! padahal sudah ada janji dengan kekasihku. aduh gimana ni. bisa digigitnya aku nanti kalau telat.

halo sayang, maaf sayang, hari hujan. sayang disana hujan gak?
rani : gak hujan disini sayang, rani masih dijalan kok
aku : ohh..untunglah, kirain udah sampe. ya udah. tunggu 5 menit lagi ya.
rani : iya sayang, jangan telat ya.

tak lama hujan panas reda, memang biasanya ada kejadian atau malapetaka kalau hujan panas terjadi. ah, aku lekas pergi ke warung camar sebelum pukul 14.00. melewati sisi lorong tua, lorong biasa yang kulewati.

sampai juga diwarung camar, untunglah aku hadir duluan. kekasihku belum datang.
pelayan : pesan apa mas?
aku : pesan es jeruk 1 mbak
(dalam hatiku,emangnye ikan mas. dipanggil mas)

mana ni rani, aduh lama juga. padahal baru 5 menit kok terasa lama kurasakan. kriinngggg..
hah telp dari rani.
aku : halo sayang, dimana?
rani :udah di camar kok. sabar dong sayang. muuachhh..

eh..kayak lorong waktu aja, udah sampai aja sayang, heheee.. capik gak?
rani : capik sayang.. sayang dah pesan ya
aku : udah sayang, sayang mau pesan apa?
rani : soto dengan jus tomat aja sayang
aku : mbak, pesan soto dan jus tomat ya, tapi sotonya gak usah pake kuah mbak,ayam dan mangkok.
mbak : (bingung, kayak orang pusing memegang kepala)
aku : hehee..bercanda mbak, cepetan mbak. udah laper ni
rani : iihh..ada-ada aja sayang ni

aku : heheee..gak papa sayang, pelayan wajib diuji. seperti kata mbah marjan, eh salah mbah marijan. tak tes kemana-mana, tak tes kemana-mana
rani : hahaaaaaahaaaaaaa... udah ah, ngocol terus. laper ni

dak lama pesananpun datang, kekasihku makan dengan lahap. perlahan tapi pasti.
aku : aduh makannya kok pelan-pelan gitu sayang, yang cepat dong. kayak ubeb. cepat,lugas,terpercaya.
rani : emangnya slogan. harus dikunyah sayang kata dokter boyke. loh.
aku : hahaaaaaaa..dokter sex jadi ubah profesi.. ah bisa aja sayang.

mam dulu sayang, nanti keselek. akhirnya semua makanan dilahap dengan sempurna. emm..mamamia! lezatos. sungguh enak bakso ini, aku suka bakso camar. keseimbangan rasa tidak perlu diragukan lagi.

selesai makan,lanjut obrolan mengenai sastra di wilayah Indonesia. pada bulan ini kami membahas tentang cerpen-cerpen serta karya puisiku. ada banyak karya yang harus kami ekspos ke media, bukan untuk meraup uang atau popularitas. tapi ingin sumbangsih bagi kemajuan dunia sastra bagi negara ini. sastra adalah minat yang tidak bisa lepas dari keseharianku dan kekasihku. beruntung memang mendapatkan kekasih hati yang menyukai sastra dan mendalaminya sungguh-sungguh. kutatap matanya untuk sekedar berbicara dari hatiku, semoga ia menerima pesan hatiku. aku padamu.

***


Date/Time: 06th April 2011 / 8:36:50
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Citibank

usia membuat malinda dee tidak gentar dalam melaksanakan tugasnya sebagai manager relationship citibank cabang Jakarta, meraup gaji yang besar serta bonus tiap bulan membuat Malinda Dee merasa kurang. korupsi yang dilakukannya sebesar 17 miliar atas uang nasabah baru tercium minggu kemarin, apa ini yang dinamakan pengawasan sembrono oleh pihak Bank Indonesia terhadap Bank lainnya. Citibank adalah bank asing yang beroperasi di Indonesia, sudah seharusnya BI bertindak mengawasi tiap gerak-geriknya, sekarang telah terbukti bahwa pengawasan serta sistem kerja BI tidak awas dan tanggap. kualitas bank-bank di tanah air semakin tidak dipercayai oleh nasabah.salah siapakah ini? seperti pertanyaan anak TK, alhasil sebelum diproses lebih lanjut semua barang mewah milik Melinda Dee ditarik oleh BareskrimM tidak mungkin seorang manager dapat membeli F mobil mewah yang harganya diatas 1 M. mustahil bin ajaib, apa pihak bank tidak pernah curiga akan hal ini. tapi saya yakin, karena hukum di negara Indonesia ini hanya anget-anget tai ayam. kasus ini akan tertelan bumi, mari kita hitung berapa lama proses hukum berjalan. setelah itu akan tenggelam entah kemana. uang berbicara dan pers garuk-garuk kepala.











======================================================================
Date/Time: 08th April 2011 / 8:44:29
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
"Suara Indahmu"

Dear Gadis Smart
semester awal masuk sekolah menengah atas, Alhamdulilah aku bisa juga masuk SMA favorit ini. tak heran jika hanya sedikit yang diterima disekolah ini, rata-rata mempunyai kemampuan diatas rata-rata.

hari pertama, orientasi siswa baru dimulai. kami berkumpul di lapangan olahraga. disini aku melihat sekitar, loh kok ada teman-teman SMP ku, kekiri tatapanku hah ada rani, gadis yang terkenal di SMP dulu. wah wah disini banyak orang besar, aku hanya semut disini. keesokkan harinya kami berkumpul kembali, kulihat pengumuman pemilihan king and queen SMA. terpilih rani dan wahyu, ah kenapa wahyu yang terpilih bentakku dalam hati. harusnya aku dong. dia jelek gitu kok terpilih. mungkin karena dia pintar.

kulihat rani, tubuhnya pendek memang. tapi kharismanya terpancar keluar. semakin kulihat aku takut jatuh hati. aku bukan siapa-siapa. hanya bisa mengaguminya dari jauh. suranya sangat indah. dia layak menjadi artis kelak.

berjalannya waktu kudengar ia bergabung dalam OSIS sekolah. pantas saja hampir tiap harinya dia kulur mudik kekantor dan ke ruang OSIS. SSS (super-super sibuk) tapi aku suka melihat gaya jalannya. seperti menari balet, cepat dan ada nilai estetiknya.

aku memang pendiam, seringkali banyak yang menjulukiku pujangga. ya pujangga yang pendiam. aku sering membuat sajak-sajak dalam keseharian di kelas. rata-rata temanku yang sedang fall in love meminta bantuanku membuat puisi cinta. sebut saja ihdi,faruqi,dan lainnya. masa mereka jatuh cinta aku yang membuatkan puisi untuk pacarnya. ini luar biasa. hahaa..seandainya pacar mereka tahu yang membuat puisi itu bukan mereka, bisa kacau hubungan mereka.

siang hari, pada jam istirahat kulihat dari balik jendela kelas ke kelas IPA, disana rani berdiri. entah membicarakan apa, wajahnya serius dan tertawa dengan manis dengan teman-temannya. aku tak kenal dengan temannya. hanya saja aku heran melihat kekakuan anak IPA. berbeda dengan IPS yang sosial bebas bergaul. untung saja rani berbeda. kulihat ia sering bergaul, bahkan banyak teman-teman kakak tingkatnya. hebat, ini yang kusuka darinya, luwes  dalam bergaul.

seandainya dia mengenalku, mungkin kami bisa berbagi pengalaman. dia pintar dari kesehariannya, siapa yang tak mengenal dirinya. kusebut saja diriku menyukainya dalam diam.

aku takut menyatakan perasaan ini, siapa aku, punya apa aku, hingga kuputuskan menjadi pemuja rahasia dan berharap ia tahu kelak ada menyukainya sepenuh hati.

sebuah jalan yang menukik pada gayamu berbicara
sebuah kata yang tak sempat kusampaikan pada jarak
pada rintang yang bebas
semoga kau tahu muasal hatiku
bergerak pada intuisi gelak tawamu

***



Date/Time: 08th April 2011 / 1:17:11
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Apa Salahku?

menjadi seorang polisi mengemban pekerjaan yang cukup keras, sistem peraturan keras, disiplin yang keras, sikap militer yang keras.
semua serba keras, pekerjaan adalah pilihan. berani memilih harus berani menjalankan.
salah atu lagu favoritku adalah menyanyi dan mendengarkan lagu india, sedikit berbeda dengan teman-temanku yang menyukai band-band lokal. lagu india sangat romantis, melihat gerakan dan drama hidup membuatku sangat menyukai budaya india. diseling kerja hampir tiap harinya kunyanyikan lagu india, kuch-kuch, sharul khan, amitabhan, adalah penyanyi favoritku.
sering kutiru gaya mereka kalau menyanyi. hari ini seperti biasanya, piket menjaga pos dengan temanku Reno. ia mendapatkan musibah kemarin, ayahnya meninggal dunia. sehingga kuputuskan untuk menghibur dengan joged dan lagu india. tentu saja aku ingin melihat ia tertawa.
kuputar lagu kesukaanku dan mulai berjoged, syukurlah ia akhirnya tertawa juga melihat gayaku berjoged. ini kebiasaanku yang sering kulakukan. aku berjoged sampai selesai lagu berputar. sangat riang hati, membuatku riang disaat kerja piket.
Reno kembali diam, mungkin kembali teringat ayahnya. aku harus berpikir keras mulakukan tindakan konyol kembali.
kuputar sekali lagi dan menirukan gaya menari sharul khan. kali ini lebih bersemangat, dan aku berhasil. Reno mengakak melihat monolog gaya menariku.
Reno : udah man, kau ini bisa saja membuatku tertawa. ayo bertugas lagi.
Aku :hahaa..akhirnya kau tertawa juga, gitu dong no.
kembali kami melanjutkan tugas, menjaga piket sampai sore hari. huh! siang yang panas,baju yang panas,coba ada es atau jus mantap sekali. ah, imajinasi tingkat tinggi. aku polisi bukan orang kantoran,harus kujaga kedisiplinan diri.
kenapa aku tidak menjadi penyanyi saja daripada polisi ya, tapi kalau jadi penyanyi india apa laku suaraku di Indonesia. hahaa..mimpi kali aku. semua sudah diatur Tuhan, semua harus kusyukuri apa yang diberikan kepadaku sekarang.

Date/Time: 08th April 2011 / 2:42:29
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
INISIAL MD

Wanita itu berinisial MD, Melinda Dee seorang senior relationship manager. tentu seorang manager mempunyai prestise yang besar, kuat dan berwibawa. gajinya saja 50 juta perbulan belum bonus 250 juta per tiga bulan. apa ini tidak cukup bagi dirinya untuk hidup di jakarta? jika kita bandingkan dengan gaji Anggota dewan. gaji Melinda Dee lebih besar, suatu hal yang tidak diduga-duga memang korupsi yang ia lakukan terhadap para nasabahnya berjumlah 17 miliar, ini bukan angka kecil. kerugian negara yang cukup untuk membangun fasilitas umum atau sekolah-sekolah. kurangnya pengawasan dari Bank Indonesia serta pihak Bank Citibank membuat Melinda Dee bebas bergerak. dikasih cuti tidak mau ia ambil, dikasih waktu untuk berlibur ia tak mau. ternyata jelas ada permainan dibelakang, sudah sejak lama ia melakukan korupsi terhadap nasabahnya, jika sehari saja ia tidak masuk maka orang akan tau korupsi yang dilakukannya. dengan cara check and recheck atau istilahnya tutup buku. pintar memang dia, dengan masuk setiap harinya semua budget bisa ia manipulasikan apalagi jika kita lihat dia adalah seorang senior manager disana. mudah baginya memenipulasi data. semua telah terjadi, hukum tercengang terhadap kasus
kasus ini. tinggal menunggu hasilnya. mari kita sebagai warga yang pintar melihat hukum negara ini. apakah akan memberi sanksi sesuai dengan tindakannya atau akan ditimbun sehingga hilang ditelan angin. seperti kasus munir,kpk,lapindo dan lain-lain. yang ditimbun entah sampai kapan hukum akan benar-benar menjadi hukum yang substansial daulat,bermoral dan adil.

***
Date/Time: 09th April 2011 / 1:44:9
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Namaku Cia
buah inspirasi cia

Sekolah membuatku tak nyaman sama sekali, terlalu formal. Ingin rasanya bidang ilmu yang kutarik adalah sosial bukan formalitas hitung-hitungan. Terlalu banyak teman-teman yang kaku karena belajar dan belajar.

Ada kalanya kita santai dan serius, setelah belajar aku merasa menemukan sesuatu yang baru dalam hidup. seringkali aku menuliskan sesuatu yang terjadi di hidupku. Keluarga dirumah, mama,papa,serta kakak-kakakku yang serba sibuk. Mungkin sudah jalanku untuk bermain sendiri, bermain sepeda, membaca buku dan mengambar.

halaman 2
sederhana saja, cukup panggil namaku cia. Seringkali aku habikan hari dengan bermain, orang bilang untuk apa bermain gak ada ilmunya.

didalam bermain ada edukasi yang kutemukan, sesuatu yang baru. aku sangat senang dengan kak Rani, hanya dia yang baik kepadaku dalam hal mengajari pelajaran.

halaman 3
aku lambat menangkap pelajaran eksak, memang bukan bidangku. Tapi jangan ditanya jika hal sosial. Aku sangat peka dengan pelajaran bahasa serta ilmu sosial lainnya.

malam tadi aku mempelajari bahasa inggris, kak rani yang mengajariku kurang lebih satu jam. Banyak kosakata yang kudapat dari belajar, mungkin inilah yang dinamakan minat dan kemauan keras. Aku harus bisa dan membangakan keluargaku.

halaman 5
Aku suka membaca sama dengan kak Rani. atau mungkin kami adalah keturunan pembaca. ayah,ibu serta saudara-saudaraku hobi membaca dan mengoleksi buku. buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Aku harus mengubah sikap santaiku, memang umurku masih kecil. Tapi kalau ada kemauan pasti bisa kucapai. Aku harus bisa, ya harus.
***














Date/Time: 09th April 2011 / 2:8:40
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Susunan Batu Bata Untuk Dendam

buah inspirasi Rani A B

Menjadi diam bukan berarti sabar dan sabar dalam kalah. Diamku adalah strategi yang kususun secara rapi. Sudah cukup kau mengejek hidupku.

Teruslah lakukan apa yang membuatmu segar dalam mengolok diri ini. sudah puaskah engkau dengan kata-kata busukmu. Cukup segarkah perbuatan mengundang amarah dikandung diriku.

Sekolah Menengah Pertama, kelas 2. aku seringkali diejek serta diolok oleh R, ia sangat suka menertawaiku tanpa sebab yang jelas. Orang bodoh yang bisanya hanya mengejek dan mengolok.

Aku siap membunuhnya dengan cairan insto yang kuteteskan kedalam air minumnya. kuletakkan kembali di mejanya. kita lihat apa Tuhan akan menghukumnya dengan tindakannya. semoga saja.

aku duduk di pojok belakang kiri, kulihat ia kembali ke kelas dan langsung meminum air beracun itu. Hahaa.. tunggu rekasinya, segera kau mati.

Tak berapa lama ia mulai kesakitan meraung keras, aduhh..aduhhhhhh..sakit. dan terjatuh terkapar dibawah mejanya, mati kau setan. bedebah yang tak pantas hidup.


halaman 2
kaulihat inilah dendamku, jangan terus menyakitiku atau kau akan mati. Sudah cukup aku diam selama ini, jangan mengangap aku tak berani melawan. memang sudah jalannya engkau dimusnahkan. jika tidak siapa lagi yang akan kau ejek sesuka hatimu.

3 hari dirumah sakit, kabar mengejutkan terjadi. Penyakitnya bertambah parah, atas racun yang ia minum menyerang kronis lambung. hingga kronis dan harus dioperasi, dalam tahap operasi Tuhan berkehendak lain. ia meninggal dunia dalam operasi di ruang ICU.

semoga kau tahu mulutmu adalah harimaumu. semoga kau sadar di alam sana.

***










Date/Time: 09th April 2011 / 8:47:14
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
tema : rakus
Sebut Saja Si Kumis

Aku baru diperusahaan ini, bahagia rasanya dapat bergabung bekerja di perusahaan ini. bidang yang ditawarkan adalah public relation sesuai dengan keahlianku. ada seorang pegawai disini, bernama Putra Hadi. kami menyebutnya si kumis, ia berbeda dengan lainny, kenapa berbeda ya dia sangat rakus dengan kekuasaan. sombong sebagai asisten kepala, ia anggap dirinya bos dan semena-mena memerintah pegawai lain.

tak kusangka iming-iming kekuasaan bisa mengubah seseorang menjadi rakus. seringkali aku diberi tugas translate proposal atau berkas-berkas asing, aku lakukan sesuai deadline. ini hari kedua aku selesaikan pekerjaan. dan kuberikan kepadanya, ia cek kembali pekerjaanku dan bertanya ini tensesnya dalah kayaknya. betul aku katakan, itu sesuai buku pedoman yang kubuka. ternyata ia menjaga prestise di depan bos, supaya kelihatan ia mengerti bahasa inggris. ingin rasanya mencoba berbicara bahasa inggris dengan dia, jika benar ia mengerti pasti bisa menjawab, tapi tak jadi kutes aku takut ia tersinggung. hari ketiga. tetap diberikan tugas translate proposal Kali ini dari PBB mengenai ISO (internasional standard organization) merupakan istilah baru yang kupelajari.

halaman 2
ia seringkali mengangapku salah dan salah, aku baru menterjemahkan kata-kata pabrik. asing memang, apa begini sistem yang harus diberikan kepada pegawai. berbicara keras, teriak-teriak seakan mempermalukan.

lebiah baik diam dan kuiyakan, dan lambat laun hari berganti nyatanya ada hal baru yang kudapat. tugas Pak Jansen diambil alihnya, sungguh rakus. ia ingin segalanya ia kuasai. memang pada saat itu pak Jansen sedang dinas, tanpa koordinasi ke yang bersangkutan ia langsung memberikan izin kepada masyarakat untuk melintasi. sebenarnya ini pekerjaan bersama atau sendiri-sendiri? kenapa tidak ads job desk yang jelas?

berikutnya pada saat yang sama, pegawai mengadu tentang surat-surat STNK dan SIM truk, tentu saja yang bersangkutan lebih paham. tapi lagi-lagi dia yang langsung turun tangan tanpa koordinasi.

aku pernah mendapat mandat dari pak Jansen, untuk mengurusi proposal K3, aku buat dengan teliti selama 2 hari. kemudian kuletakkan di meja. alih-alih kembali didepan bos, ia bertanya pak ian apakah sudah membuat proposal K3? sudah jawabku.

langsung dimintanya dan dikoreksinya, apa lagi ini. oke saatnya kubilang dengan pak Jansen. kukatakan bahwa tugas ini diperiksanya dan diperiksanya.


halaman 3
ini suatu sistem kerakusan dan ketamakan seorang pegawai. apa benar yang dikatakan pegawai lain, bahwa ia sangat rakus dalam menjilat dikantor. akhirnya kusadari dan kulihat sendiri caranya menjilat didepan bos. sudah sering kami membicarakannya, tapi apalah guna melawan. biar kita lihat apa tindakan bos yang netral kepada pegawai-pegawainya.

satu yang kupegang dari hidup, orang hebat tidak akan mengatakan ia hebat dan orang pintar tidak akan mengatakan dirinya pintar. cukup kujadikan pedoman dan akhirnya pemberontakan kulakukan, aku muak dengan keadaan ini. aku bekerja untuk mencari uang bukan seenaknya diperintah dan dicaci, cukup sudah. pemberontakan kumulai dengan melawan, sudah saatnya keberanian kuletakan paling atas dikantor ini. jika tidak habislah aku ditindas. karena aku hanyalah karyawan baru, dia mengolok bos besar untuk memecatku. tanpa alasan yang jelas oleh bos, ia bilang kau dipecat sampai disini. apa alasannya pak? tanyaku.
ia diam sambil tersenyum, hanya masalah konflik pak Ian dengan Putra Hadi.
***
Date/Time: 09th April 2011 / 1:54:45
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Penyair Angkatan '45

sebut saja Chairil Anwar, Armijn Pane, Sanusi Pane, Sitor Situmorang, adalah beberapa penyair yang menjadi pendobrak gaya baru puisi modern. mereka tidak segan-segan memberontak melalui tulisan-tulisan mengecam pemerintahan era Soekarno-Hatta.

Semua berawal dari ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang otoriter. apa yang dilakukan oleh para penyair angkatan '45 adalah tindakan yang equivalence terhadap kejadian yang jelas pada tindak-tanduk para birokrat.

secara substansial sebut saja mereka adalah pahlawan pada zamannya.


Halaman 2
pembaharu sastra angkatan '45 berperan penting dalam pembangunan negara. semua keadaan yang bertitik tolak pada kemajuan zaman telah ditanamkan oleh para penyair dan budayawan.

Chairil dianggap pembaharu dunia sastra modern, mengajarkan luaskan bidang sastra di sekolah-sekolah. karena Chairil dan teman-teman seangkatan sastra lainnya banyak para penyair muda yang mengembangkan nilai sastra dengan gaya baru. semuanya berkat kerja keras para pekerja seni sastra.

***

Date/Time: 13th April 2011 / 8:15:54
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Mereka Setrika Wajahku
untuk : TKI malaysia

namaku heni indriyani, aku tinggal dilampung. disini memang susah mencari kerja sehingga kuputuskan untuk bekerja sebagai TKI di malaysia. kata orang sih disana kejam-kejam, tapi itu tidak membuatku takut dan oatah semangat untuk bekerja disana. aku nekat pergi ke jakarta dan melamar di PT. Mardel Mitra Global sebagai TKI. disini ramai sekali para wanita-wanita pekerja yang malamar sepertiku. untunglah tidak ada seleksi ketat. hanya kelengkapan paspor dan biodata lengkap sehingga semua pendaftar akan diberangkatkan ke negara tetangga.

hari pertama tiba di negara malaysia, akhirnya aku bisa juga ke luar negeri walau hanya sebagai TKI tapi aku senang dapat membahagiakan keluargaku. ibu dan bapak di rumah.
pak budi manajer kami langsung mengantar kami ke rumah-rumah yang telah memesan kami sebagai pembantu rumah tangga. aku mendapat rumah pak Tam Kim Leng, rumahnya megah seperti istana. mereka hanya tinggal berdua dirumah. untunglah sehingga pekerjaanku tidak terlalu menumpuk pikirku.

dirumah ini aku ditempatkan kekamar ujung dekat dapur, luasnya kamar dan mewah. baru kali ini aku tidur di springbed kasur empuk. suara terdengar dari luar memanggiku.

 



halaman 2
heni..heni..
iya pak..
pak Tam : kamu bisa buatkan teh segelas ya buat saya
aku : iya pak..
langsung kedapur dan aku bingung letak teh dan gula pasir diletakkan dimana, kucari saja perlahan dirak-rak dapur. aha! ketemu. langsung kubuat secangkir teh hangat. kuantarkan keruang depan. kudengar suara nyonya keras seperti berkelahi dengan pak Tam. aku jadi takut mengantar.

ah, biarlah kutunggu saja mereka sampai redam. tidak lama suara mereka tak terdengar lagi. kulangkahkan kaki menuju ruang depan.

pak Tam sedang duduk cemberut dan istrinya sibuk memegang bantal dambil komat-kamit tak jelas. mereka berbicara bahasamandarin yang tak kumengerti.
kuletakan dimeja didepan pak Tam.

Pak Kim : hani tunggu dulu, kamu duduk dulu disini.
sambil ia cicipi teh buatanku.
pak kim : puah! apa ini hani? kenapa asin
aku : eee..asin pak? maaf pak. mungkin hani salah ambil gula pasir..maaf pak

pak Tam banting gelas itu kearah depan,
pak kim : setan kamu ya berani meracunin saya..
dijambaknya rambutku, keras sekali..sambil teriak maaf pak. maaf pak. ia tidak peduli kata maafku.

setelah puas memaki dan menjambak rambutku aku mulai masuk kamar dan berpikir mungkin ini salahkah. esok harus bekerja benar tidak boleh salah.


halaman 3
 telah sepekan aku bekerja dan cacian serta siksaan aku dapatkan dirumah ini. mulai dari jambak rambutku, menampar wajahku dengan tangan bahkan ditinju, memukul payudaraku dan meremas kemaluanku hingga berdarah. aku mendapatkan siksaan batin dan tubuh secara bergilir dari pak Tam dan istrinya. hingga akhirnya aku teriak kesakitan dan minta tolong. untunglah tetangga rumah ini mendengar dan mereka menolongku.

aku dirawat oleh tetangga sebelah dan keesokan harinya polisi datang menangkap pak Tam Kim Leng serta istrinya. atas tuduhan penganiyaan terhadapku. syukurlah keadilan masih ada disini. aku shock dan minta dipulangkan kekampung halaman. setibanya dikampung, tubuhku yang memar dan kurus tinggal tulang berlutu dikaki ibu dan menangis. ibuku memelukku tak habis pikir atas aniaya di malaysia.
semua telah terjadi aku hanya dapat melanjutkan sisa hari di rumah menunggu keadaan tubuhku membaik.

***

"Suara Indahmu"

Dear Gadis Smart
semester awal masuk sekolah menengah atas, Alhamdulilah aku bisa juga masuk SMA favorit ini. tak heran jika hanya sedikit yang diterima disekolah ini, rata-rata mempunyai kemampuan diatas rata-rata.

hari pertama, orientasi siswa baru dimulai. kami berkumpul di lapangan olahraga. disini aku melihat sekitar, loh kok ada teman-teman SMP ku, kekiri tatapanku hah ada rani, gadis yang terkenal di SMP dulu. wah wah disini banyak orang besar, aku hanya semut disini. keesokkan harinya kami berkumpul kembali, kulihat pengumuman pemilihan king and queen SMA. terpilih rani dan wahyu, ah kenapa wahyu yang terpilih bentakku dalam hati. harusnya aku dong. dia jelek gitu kok terpilih. mungkin karena dia pintar.

kulihat rani, tubuhnya pendek memang. tapi kharismanya terpancar keluar. semakin kulihat aku takut jatuh hati. aku bukan siapa-siapa. hanya bisa mengaguminya dari jauh. suranya sangat indah. dia layak menjadi artis kelak.

berjalannya waktu kudengar ia bergabung dalam OSIS sekolah. pantas saja hampir tiap harinya dia kulur mudik kekantor dan ke ruang OSIS. SSS (super-super sibuk) tapi aku suka melihat gaya jalannya. seperti menari balet, cepat dan ada nilai estetiknya.

aku memang pendiam, seringkali banyak yang menjulukiku pujangga. ya pujangga yang pendiam. aku sering membuat sajak-sajak dalam keseharian di kelas. rata-rata temanku yang sedang fall in love meminta bantuanku membuat puisi cinta. sebut saja ihdi,faruqi,dan lainnya. masa mereka jatuh cinta aku yang membuatkan puisi untuk pacarnya. ini luar biasa. hahaa..seandainya pacar mereka tahu yang membuat puisi itu bukan mereka, bisa kacau hubungan mereka.

siang hari, pada jam istirahat kulihat dari balik jendela kelas ke kelas IPA, disana rani berdiri. entah membicarakan apa, wajahnya serius dan tertawa dengan manis dengan teman-temannya. aku tak kenal dengan temannya. hanya saja aku heran melihat kekakuan anak IPA. berbeda dengan IPS yang sosial bebas bergaul. untung saja rani berbeda. kulihat ia sering bergaul, bahkan banyak teman-teman kakak tingkatnya. hebat, ini yang kusuka darinya, luwes  dalam bergaul.

seandainya dia mengenalku, mungkin kami bisa berbagi pengalaman. dia pintar dari kesehariannya, siapa yang tak mengenal dirinya. kusebut saja diriku menyukainya dalam diam.

aku takut menyatakan perasaan ini, siapa aku, punya apa aku, hingga kuputuskan menjadi pemuja rahasia dan berharap ia tahu kelak ada menyukainya sepenuh hati.

sebuah jalan yang menukik pada gayamu berbicara
sebuah kata yang tak sempat kusampaikan pada jarak
pada rintang yang bebas
semoga kau tahu muasal hatiku
bergerak pada intuisi gelak tawamu

***

Date/Time: 08th April 2011 / 8:44:29

======================================================================
Date/Time: 15th March 2011 / 2:21:32
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
  Abstraksi Tarian Jiwa
oleh : mahabrata liwangi

memilih buka untuk dipilih begitupun sebaliknya, prinsip dalam hidupku adlah kebijaksaan secara cepat. pilihan menjadi hal utama atau tidak sama sekali.

pagi itu membahanakan mataku untuk siap menuju kelas perdana kuliahku, aku melanjutkan S2 di venice, belanda. suatu program beasiswa erasmus mundus yang kuterima pada akhir tahun 1993, aku memang bermimpi untuk melanjutkan program :2 fine art di belanda. seni adalah nafas pada hari-hariku.

pagi ini, awal perkenalanku denga budaya baru di belanda, kota seribu kincir dadn bunga-bunga tulip. beruntung aku bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar disini.

tanpa kusadari nmaku dipanggil oleh Mrs. wilhem. Mrs. wilhem : Mr. Liwangi from Jambi, Indonesia. could you introduce your self for us sir?
aku : yes mam, I could.

aku gugup meperkenalkan namaku kepada teman-teman. mungkin shock culture telah mendarah dalam tubuhku. ini baru pertama kalinya aku keluar negeri.
teman sebangkuku bernama Smith, ia berasal dari norwegia keturunan inggris. ia pun sama sepertiku menyukai teater dan seni lukis.
kami banyak mengobrol mengenai karya dan hobi masing-masing.
aku : smith, do you like painting?
smith : yes offcourse, i like it very much. i make it to.
aku : (dengan terkejut mendengarnya). wow really, sae with me. what kind of painting do you make it?
smith : realism offcourse, and you?
aku :  I paint an abstract
smith : wow wonderful sir, so difficult for me to paint abstract.
aku : not really I think smith, because it's our soul. so we have the other color to paint but one purpose, it's for the pure of art.
smith : I aggre with you

kemudian kami melanjutkan untuk mendengarkan penjelasan dari dosen mengenai peraturan dan tata tertib kuliah serta jumlah sks yang akan ditempauh selam program S2 dijalankan.

kelas pertamaku telah usai,
hah..aku sangat bangga dapat menginjak Belanda, inilah mimpiku yang terwujud menjadi nyata. terima kasih Allah, karena petunjuk dan ridhomu aku bisa sampai ke negara ini.

hari demi hari terlewari dengan lancar tanpa ada hambatan, demikian karya-karyaku mulai meningkat setalah ilmu yang kudapatkan dari mata kuliah selama ini.
aku tak sabar ingin membuka galeri setibanya pulang ke kampung halaman, menunjukkan hasil karyaku kepada teman-teman dan para pecinta lukisan. semoga saja hasil yang kudapatkan dapat berguna demi kemajuan melukis di Indonesia.
kelak semnagat ini akan kutularkan kepada anak pertamaku, agaria memahami arti seni dan keindahan dalam kehidupan.
======================================================================
Date/Time: 15th March 2011 / 1:51:58
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
 Ruang Tanpa Sapa
oleh : mahabrataliwangi

ujaran-ujaran yang mendatangiku seakan menyembur memekat tanda tanya, hendak bernubuat hal-hal sepenuh apa adanya dan adanya ialah hal. kumulai dengan sebuah kata berabjad A, angin, angkara, aforisma, autum, aroma, ajian, serta antusias.

tanpa tersadar huruf demi hurf yang terangkai adalah karib yang tiada lelah menemani, tanpa kata tanpa lawan bicara. sebuah kertas lusuh yang tinggal 2 lembar adalah isi terakhri yang wajib kutuliskan dengan memori hari. jangan ragu kukatakan pada hati, teruslah merintis huruf apapun yang kau ketahui.

suasana yang dingin pada malam hari tak sedikitpun mengendorkan semangat untuk kutulis, ibarat mantra kata telah kutelan beberapa pil imaji yang siap disiratkan dengan emangat diksi-diksi membumbung awan.

4 gelas menamaniku sehari penuh dalam berbagai tulisan-tulisan yang tergeletak siap terbaca ulang. esok, lusa atau kapanpun inilah warisanku setelah aku pergi.

ibu, ayah, adik, kakak, serta istri dan anakku telah tertidur dalam mimpi-mimpi klasik mereka. apa harus kubangunkan mereka untuk menemaniku disini, atau melihat wajah lugu mereka ketika sedang tidur dan kuelus perlahan muka-muka mereka. ah... lebih baik aku tetap diruanganku menyelesaikan bait per bait kata ini karena esok aku aka menawari rangkaian kata-kata ini pada media.

mereka telah menunggu kedatanagn tulisan segarku, apa aku adalah penulis sejati yang telah menuliskan rangkain kata yang indah. ah... biarlah sebuah sajak yang menjawabnya, sebuah arti-arti dapat menjelaskan semuanya pada pembaca.

malam kali ini begitu dingin menusuk belikat tulang rusukku. selagi masih kuat tubuhku berkencan dengannya. mari seluruh hawa belahan dunia beri aku kecupan malm. agar indah kutatihkan serdadu kata untuk para idola. semoga malam-malam yang dingin mengubah darahku menjadi hangat. kental mencambur baurkan segala adukkan pahit dan manis rasa kehidupan.

selongsong awal abjad B, kemudian terpikir olehku untuk menuliskan baja, batu, barisan, benteng, bangau, baratayuda, serta bomerang.

dua abjad yang telah kupikirkan telah tertulis di sebuah kertas. pikirku, mau kujadikan apa ini, puisi, novel, cerpen, drama, lirik, prosa, essay, cerbr, cerbung, atau pantun.

sungguh banyak yang harus kupilih, ya hidup adalah pilihan. kumulai dengan barisan kata-kata puisi mantra dan gabungkan-gabungkan dari beberpa kataku menjadi ampuh untuk dibaca. hahahaaa.. ide mulai bercerita dalam awalan A dan B serta jadilah AB atau kubalik BA dan jadilah aba-aba serta siap untuk maju dan bertempur. pada hitungan ketiga, kuhitung mundur, 3...2...1. maka jadilah sebab aku berkata dan jadilah aba-aba, puah!

***

======================================================================
Iya,jelas dsana gambaran ceritanya. Pencarian imajinasi sayang
Yg monolog cerpen, the best menurut ubeb. Itu yg ubeb pikirkan dgn keras

======================================================================
Date/Time: 16th March 2011 / 7:36:6
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
      Beranda Reyot
oleh : mahabrataliwangi

sebatas mimpi untuk mendapatkan rumah semewah gedung-gedung yang berada di kota. aku tak bermimpi lagi kini, aku memiliki gedung terindah dalm hidupku. rumahku istanaku, segalanya adalah keindahan surga walaupun reyot dan berlapis kayu sisa. inilah istanku, segala angin tak dapat menembus ruanganku.

wahai kaya akulah si msikin tua yang tiada mempunyai apa-apa, tapi kita sama, berteduh dari panas dan dingin. aku punya rumah dan kau juga. bukan begitu kawan.

kupernenalkan, cahaya nama anak pertamaku, ia meninggal diterjang banjir bandang 5 tahun yang lalu. bintang anakku yang kedua, meninggal diterkam harimau sewaktu mengambil getah karet di pedalaman hutan karet si desa trimulyo. dan istriku, ya..ia pun meninggalkanku gara-gara banjir bandang tahunan tahun lalu. narni aku rindu padamu, anak-anakku. kuelus poto-poto mereka di dinding yang redup.

gutasi yang kudengar pada daun-daun muda yang mekar adalah nyanyian duka-duka yang teramat dalam. aku enandungkan kesendrian dalam gelap di tiap-tiap malam.

dimana lagi kusandarkan hari-hariku, senyumku. pada gubuk reyotku, telah kubangun ulang 3 kali, karena banjir menerjang gubukku.

tak pelak semangatku kabur, inilah gubukku yang telah membesarkan keluargaku.

karyo salah satu dari temanku yang berumur 68 tahun sapai sekarang masih saja bekerja sebagai buruh karet. kami setiap harinya mengambil getah karet untuk hidup. menjadi seorang buruh memang tidak enak. inilah hidup, harus kujalani selama itu halal dan tidak merugikan.

sore menjelang, pukul 16.00
karyo : wes wes, se mangan yok gus.
aku : yo, mari Yo..
kami menuju ke sebuah gubuk kecil tempat istirahat, makanan sengaja kami bawa dari rmah. agar pada jam-jam istirahat dan sore harinya dapat langsung kami santap.

inilah lika-liku yang harus kujalani sebagai buruh karet, penghasilan yang kudapatkan pas-pasan. aku bahagia walau hidup sendiri. semangat keluargaku tetap ada dihati. semoga dengan kekuatan hati, Allah bisa memberikanku waktu untuk mengamalkan dunia tanpa putus asa.

           ***








======================================================================
Date/Time: 16th March 2011 / 10:49:11
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
   Kelakar Pohon Tua I   
oleh : mahabrataliwangi

sore itu begitu banyak warna yang bercampur pada rak-rak cat dan kuas-kuas semakin nakal dengan tariannya. ya aku adalah penikmat warna, kuaduk beragam warna untuk dipadu padankn dengan intrik tersembunyi. Abstrak yang tersembunyi, makna-makna yang lembut dan sembunyi.

hah.. eloklah yang kutata sudah, tinggal kulukis pada kanvas panjang berukuran 30X50, kutarikan kuas dengan alunn angin, begitu sendu dan lalu lalang manusia-manusia yang tak kukenal melihat tarianku. heran pada wajah mereka, seakan ingin melihat lama apa yang kulukis dengan 5 kuas.

galeryku kunamakan galery lukisan Ian, ya namaku terpampang disisi kanan jaln masuk kelorong diman aku melukis. disnilah karya-kryaku selama kurun waktu 1 tahun kuhasilkan.

seluruh beban hilang ketika kukayuh kanvas-kanvas menjadi cerita warna. istriku adalah wanita setia yang tidak jenuh menemaniku disela-sela melukis. terkadang secangkir kopi  hangat menjadi istimewa ketika ia meletakkannya disamping kursiku.

rani, istriku adalah salh seorang pecinta seni. sama sepertiku, kulukis batanag.ketika henda melanjutkan apa yang akan kulukis selanjutnya. tiba-tiba kulihat gerai rambut indah istriku, ini inspirasiku.
gotcha!

cute..cute, (kupanggil istriku). sambil kupandang dengan jarak dekat dan tersenyum padanya. rindang senyumnya membuatku nyaman.

hingga lukisanku berlanjut menjadi akar dan rambut pepohonan dan dedaunan indah. berkat dirimu sayang, aku telah menemukan inspirasi.

kutarikan kuas-kuas kecil besar dengan cepat, sebilah daun terlukiskan dan lainnya dan lainnya hingga utuhlah sebuah ranting, da pohon yang tegap berdiri. sekokoh bayang, besar dan takjub. kuberi nama Kelakar Pohon Tua I.

        ***













======================================================================
Date/Time: 16th March 2011 / 8:21:19
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
    Panggil Aku Skizofrenia
oleh : mahabrataliwangi

igo..igo..igo, huhuhuhuuuuu..wewe..we.. bego..bego...oraaang gila, orang gila..

mereka mengejekku setiap harinya, setiap saat. siapapun yang menertawakanku akan kuterima. apa aku gila? hey, jawab dudun. dudun. hey.. kok diam saja.

(dudun adalah boneka yang aku miliki).

umurku 15 tahun, banyak yang tidak percaya bahwa aku baru berusia 15 tahu. tubuh besar, berewok,kumis, dan berbulu lebat pada kaki. ya, aku tak sempat mengurus diri setelah ditinggal ayah dan ibu. akulah ya aku, akulah yang sekarang dan bebas kemana saja aku mau.

"heehehheeeee...mau..mau..hehehe.." kutawarkan janji pada manusia yang lewat tapi tak satupun mau.

pagi yang cerah, aku guyur tubuhku dengan air aqua bekas. byurrr..ah segr. ditengah keramaian jalan lampu merah kote malioboro. aku melanjutkan perjalanan.

aku :mau..mau.. ini? mau..mau

orang-orang menjauh dan tidak peduli denganku, ya akulah gila akulah sang lelaki bau yag tidak akan didekati orang.

satu helai baju adalah baju yang kukenakan selama kurun waktu 2 tahun, semenjak ibuku dan ayah pergi untuk selam-lamanya.

hanya bisa kutawarkan janji hidup, janji jujur dan janji setia. pesan-pesan yang tak tersampaikan kepada orang-orang membuatku berbicara sendiri. tak tau lagi apa yang harus dilakukan.

maukah menjadi ayah saya? (sambil berdiri didekat lampu merah) orang-orang antri untuk menyebrang)

tiada sisa kata untukku semuanya menghindar, hingga kukejar bapak tua yang menyebrang..pak-pak..dan tiba-tiba
ciiiitttttttttttttttt.....ciiiitt..pyarrrrr.. nyawaku melayang di jalan padat pada lampu hijau pertama.

...aku datang ayah,ibu.

      ***






======================================================================
Date/Time: 19th March 2011
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
In Winter Paradise
oleh : ubeb leeleeeteng

sarangheyoooo.. pekikku dari kejauhan saat berpisah dengan Hyung Lee. dari sana kulihat ia berbalik arah dan pergi kearah terminal 1 kloter penerbangan Seoul,Jepang.

kuputar arahku dengan tetesan air mata, padahal ia hanya pergi untuk beberpa minggu mengurusi pekerjaannya sebgai konsultan trademarket. entah kenapa aku bersedih, berat rasanya jauh dari Hyung.

siang hari yang panas mencecerkan keringatku sederas rasa sedihku, pandaganku lurus mengingat kepergiannya. takut ia tak kembali.

kriiinggg..kringggg...suara   handphoneku berdering di persimpangan lampu merah

Seorang pegawai dinas duta besar, bertanya padaku.
han park huu : Nama kamu siapa?
Aku :Naena soo
umur? Aku: 23 tahun,
agama? Aku: Budha,
kebangsaan: korea,
nama ayah dan ibu? Aku: ayah, lee jung soo, ibu han poo. 

















[BILUM SILISAI]



======================================================================
Date/Time: 19th March 2011
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
Tulisan Bersayap Kabut Putih
oleh : olang teng-teng

penindasan pada buku-buku yang tak bersalah, apa kau tahu berapa lama imajinasiku bersamayam kotak-kotak, persegi dan beragam bentuk untuk menulis. tapi buku-buku yang telah ada hanyalah sayap-sayap yang terbang rendah, tiada mencapai awan. kau ludahi cover-cover sederhana hingga kau lucuti bom dibalik karyakku. dimana-mana adalah kesombongan, aku laknatkan pepara manusia yang tak mumpuni karya-karya.

sore itu sebuah karya telah kusiapkan selam 4 dekade, ya satu buah novel yang kuberi judul tulisan bersayap kabut putih. fross penerbit adalah sasaranku untuk menerbitkan karya-karya yang telah aku buat selama ini, sungguh tak lazim para staff kantor tersebut. buku yang telah kukirim bukanlah suatu objektivitas yang penting. hanya sebuah pajangan meja yang indah.

pak mugiono supati adalah pimpinan redaksi, ia sangat sibuk. sampai-sampai alasan yang ia berikan kepadaku adalah klise dan klise. apa mau dikata, tulisanku tinggal menunggu dasawarsa ketidakjelasan waktu.

aku memang bukanlah penulis besar yang sekai masuk ke penerbit langsung dibubuhi kata-kata wah dan dihormati. baiklah kawan, mari kita bersulang atas kegagalanku.

malam hari pukul 03.00 dini hari, aku masih berkumpul dengan teman-teman penulisku. amil dan agung, kusulap malm dengan tawaan kegagalan.


anil : sudahlah kawan, ada saatnya kau terkenal nanti.
aku : ya, tapi bukan begini caranya mil, tulisan berkarat disana. 4 dekade bukan waktu yang singkat.
amil : ya, aku tau itu,  mari kita mendiskusikan rendra saja kalau begitu
aku : mari kawan
agung : rendra, ah..aku lebih suka sutardji.
amil : kalu begitu mari kita diskusikan para sastrawan hebat. ini waktu yang pas.

malam ini menjadi paduan dikusi yang hangat, menukarkan pendapat dan bersilang kata. saing menasehati sehingga sedikit rasa kecewaku hilang.













======================================================================
Date/Time: 21st March 2011
Folder: Ubeb Sastra
---------------------------------------------------------------------
Bongkar
terinspirasi dari lagu iwan falls
oleh : mahabrata liwangi

gitar yang lusuh siap meghantarkan aunan sore menjadi tawa-tawa negeri ini ke alur yang sesungguhnya. Bento sebuah lagu dari iwan falls.
kunyanyikan dengan bait bait lirih yang lumrah.

kalau cinta sudah dibuang
jangan harap keadilan akan datang
kesedihan hanya tontonan
bagi mereka yang diperkuda jabatan
oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar

sabar sabar sabar dan tunggu
itu jawaban yang kami terima
ternyata kita harus kejalan
robohkan setan yang berdiri mengangkang

oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar

penindasan serta kesewenang wenangan
banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
hoi hentikan jangan diteruskan
kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

dijalanan kami sandarkan cita-cita
sebab dirumah tak asa lagi yang bisa dipercaya
orang tua pandanglah kami sebagai manusia
kami bertanya tolong lau jawab dengan cinta

oh oh ya oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya oh ya bongkar

aku bernyanyi dan megalunkan lagu ini dengan keras, sejumlah tetesan dan raungan terdengar dari balik berita. ini negara macam apa, yang tak layak disebut negara. masyarakat menderita untuk makan, untuk hidup bahkan bernafas.

lorong-lorong sempit dibawah jembatan gantung adalah saksi bisu kebusukkan pemerintah, negaraku yang dirampas nafsu-nafsu para birokrat busuk.

barusan kabar isak tangis hadir melalui sms,
inbox : pak cipto : " satu orang pengemis tua, meninggal membusuk dibalik sarung tuanya sambil tertelungkup"
hah! aku kaget, terjadi lagi korban meninggal dikotaku, aku langsung menuju lokasi. melihat keadaan disana.

trotoar gelap dan sepi di jalan. sudirman, disinilah letak kakek itu meninggal. aku menyentuhnya dengan tak pelak hatiku beringas mengingat negara ini. ini rakyatmu yang kau acuhkan, mana birokratmu, para polisi terlambat datang. hanya masyarakat yang peduli ya kami yang mengangkat jasadnya untu diletakkan dimasjid terdekat.

sejumlah masyarakat masih tetap menggerumumi jasad kakek tua itu, pelan-pelan kudengar suara bisik masyarakat mengatakan : kakek meninggal karena kelaparan. sungguh tak kuasa aku mendengarnya, aku harus membuat sebuah momentum besar besok. langsung kuhubungi markas besar HMI.
  
aku hubungi wakil ketua HMI, hilman. tak diangkat setelah 5 kai kuhubungi, kucoba melalui sms. mungkin saja dia lagi tidur.
hal ini harus ditindakalnjuti. "lawan dan bongkar"  REFORMASI sampai mati.

senin, pukul 11.09, markas besar HMI, setelah aku datang, ternyata teman2eman telah datang berkumpul. selamat siang sapaku.
hilman, eko, rio, dan lainnya : siang pak ketu..

langsung saja kita bahas kejadian memalukan negara ini, kalian mendengar berita semalam bukan?

eko : ya aku mendapat sms dari pak cipto
lainnya : kami juga sama

oke, langsung ke inti permasalahan. jika ini dibiarkan tetap didiamkan birokrat tanpa malu itu tak akan jera dengan perbuatan mereka. kita harus turun ke jalan. bagaimana menurutmu yo?
rio : aku setuju, mari kita acak-acak mereka dengan kata-kata

lutfi : bagaimna kalau kita buat surat malam ini ditujukan ke presiden bodoh itu.
baik, aku setuju. bagaimana kawan-kawan. kita kirimkan surat ke presiden atas kejadian ini. negara harus secepatnya turun tangan, atau kita buat sejarah '66 terulang kembali.

kondisi semakin panas daa pembahasan negara ini, aku ingin kita undang seluruh mahasiswa/mahasiswi sekota jawa. hanung, ini tugasmu untuk membuat surat kepada mereka.
hanung : oke sil.

tulis namaku dibawah surat, kondisi harus segera ditindak lanjuti, mau bersma demi negara atau mati dalam diam.

majuuuuuuuu... aku memimpin barisan terdepan, diusl lutfi, hanung, eko dan lainnya. serta para kawan'awan yang bergermbol datang dari sisi kan jalan, mahasiswa ugm, uny dan ssi kiri jalan para mahasisqa polteknik. ini gabungan demonstrasi terbesar yang kami lakukan.

majuuuuu...sambil membawa spanduk-sapnduk dan beragam bendera organisasi kami datangi kantor gubernur setempat. tampak polisi berjaga-jaga didepan pagar, 20 kompi lengkap dengan senjata dilengan mereka. aneh, kenapa bisa sampai tau pihak kepolisian terhadap aksi kami. ini sesuatu hal yang tidak masuk akal, musuh dalam selimut mulai pro ke negara.

KAMI ATAS NAMA MAHASISWA SEJAWA MEMINTA PARA BIROKRAT-BIROKRAT KOTA INI UNTUK SEGERA MUNDUR DARI JABATANNYA, SERTA MEMBERIKAN PENJELASAN KONKRIT KENAPA TIADA TANGGUNG JAWAB DARI PARA PETINGGI KOTA TERHADAP KEJADIAN-KEJADIAN YANG MENIMPA RAKYAT KECIL.

teriakkan pun mulai terdengar, MUNDUR! MUNDUR! MUNDUR! KELUAR! KELUAR!...
aksi damai berlangsung tertib, kami akhirnya mendapatkan jalan konsolidasi setelah pak. ragiman, S.H gubernur, mengajak konsolidasi mencapai keepakatan.

aku, girno (presiden HMI surabaya), Feri (presiden HMI jogjakarta, tomi (presiden HMI surkarta) kami perwakilan yang menghadap gubernur siang ini.

































======================================================================
Date/Time: 28th March 2011
----------------------------------------------------------------------
Pernikahan Kosong
perjumpaan dengan wiman membuatku malu untuk menceritakannya. kami bertemu dalam sebuah acara pesta ulang tahun sahabatku, tirna namanya. saat pesta tersebut berlangsung. aku berjalan kearah samping pintu sendirian dengan tergesa, dan tanpa melihat kearah depan. aku menabrak wiman, sampai tubuh kami bersentuhan. aku yang bersalah, tapi wiman meminta maaf telah menabrak. dari sini permulaan obrolan kami berlanjut. hingga menjadi satu pembicaraan hangat, aku bertanya kepadanya tentang statusnya, ia menjawab belum ada pacar. aku heran lelaki setampan ia belum ada pacar.
aku memang wanita kesepian, suamiku telah selingkuh dengan sekretaris dikantornya. seringkali aku pergoki ia bermesraan dikantornya. lalu pulang dengan wajah suram. entah apa yang harus kuperbaiki dengan rumah tanggaku, untunglah kami belum mempunyai anak. pernikahan yang terjalin selama 2 tahun tidak menghasilkan kehangatan, suamiku tidak mencintaiku sepenuh hati. ia sering pulang larut malam. seringkali aku tersadar hubungan ini harus cepat diselesaikan atau aku akan terus sengsara seumur hidupku.

2.
ya, namanya juga dijodohkan jadi yang namanya cinta mustahil terjadi. saat itu umurku masih kecil sekali, 19 tahun pacaran pun belum pernah. jadi yang ada di otakku saat itu hanyalah membahagiakan orang tuaku, lagipula mereka tidak akan lama hidup, sudah cukup tua orang tuaku. terjadilah perjodohan dan kami menikah tanpa mengenal satu sama lain. wiman usianya 29 tahun dan aku 19 tahun. beda 10 tahun, hahaa.. cocoknya dia jadi oomku, tapi sudahlah. rumah tangga kami sangat buram. sama sekali tidak ada mesra mesranya. ya inilah perjodohan, aku malu saja untuk memulai mesra, kan seharusnya lelaki dulu. masa wanita.

3.
akhirnya aku temukan saat yang tepat untuk menyelesaikn masalah ini. hari minggu, biasanya memang ia santai. kami duduk diruang tengah. dan aku mulai to the point ke masalah pernikahan. man, aku ingin kita cerai. ini satu-satunya cara yang baik menurutku. percuma jika dipertahankan. kita tak saling mencintai. aku sudah mencoba memberikan hatiku sepenuhnya kepadamu, tapi kamu tetap saja sering main keluar, jalan dengan cewek-cewek lain. aku tahu hal itu.
wiman menjawab santai, oke fi. kalau itu maumu. ini memang jalan terbaik. aku juga tak mau kita hidup satu atap tapi tanpa cint. baik secepatnya kita urus surat perceraian.
kami selesaikan masalah ini tanpa perdebatan yang besar. memang sampai saat ini kami tidak saling cinta, ibarat teman biasa. tidak lebih, akhirnya pada hari senin,siang harinya kami menghadap kantor KUA, mengurus perceraian. banyak pertanyaan yang ditujukan kepada kami, kenapa mesti bercerai, apa sebabnya, kenapa tidak mau mencoba untuk dipertahankan. karena kami satu suara jadi menjawab dengan kuat, kami tak saling cinta. maka selesailah urusan perceraian kami pada saat itu. aku kembali ke rumahku, dan menelpon segera ibuku di blitar. beliau terkejut, tapi dengan penjelasan yang

3.
kuutarakan, beliau mengerti. namnya orang tua, ia mempunyai firasat juga tentang hubungan pernikahanku selama ini. setelah perceraian selesai, aku pamit ke wiman untuk kembali kerumah ibuku di blitar.
selesailah semua permasalahan hidupku. aku sekarang hidup damai dengan ibu dan adik-adikku. semoga ini dapat menjadi pelajaran bagi diriku untuk mengerti arti pernikahan yang dialiri cinta dengan tidak.
memang salahku,menerima tawaran almarhum ayahku untuk dijodohkan dengan wiman. hingga aku jalin tanpa cinta dalm rumah tangga. sambil menatap poto ayahku, maaf ayah, vina telah bercerai dan mungkin inilah jalan terbaik. semoga.
inilah kisah hidupku.
nama : vina
umur : 34 tahun
status : cerai
masalah : tidak ada cinta
pekerjaan : penulis
alamat : jl. ...
=====================================================================
Date/Time: 28th March 2011
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
Petik Dawai Kata
oleh :mahabrata liwangi
nulis buku.com

dimana selagi bisa triangulasi kata disana tiada binasa
pada balik kusen kusen yang bertubuh kekar ada huruf palawa-palawa siap ditukar
liang memadat madat sejurusan niat
tentang senja yang disebut romansa oleh alexander great
mengukir tinta tinta emas yang ditukik mata elangmu
angin memimpin didepan
dan tangan mendayung pelan dengan kano segitiga
lewat batas sepi semarakkan reaksi gutasi
tetesan embun ubah rabun
rembes mengalir dimulut haus warna
siap reyot "harakiri" telan mentari esok lusa nanti

2. serenada bicara tentakel menyapu morsi tua
kunisankan pada bait-bait temaram
kabut bercampur nurani mengisi suasana
hingga menjantung dibelah memadati imaji

renta sejarah!
kail raksasa yang memancing ikan dewa
siap dilumat pada piring kertas
pada warna merah
menjadi tinta yang bergerak bebas dan lepas

3. eksotis gerak-gerak reuni sapa-menyapa
pada sebatas ruang-ruang magis
kaum agung berdiri pada dinding panggung
satu per satu menempel menyatu dalam hiasan besar monet dan van gogh

lihat sejarah!
tergeletak sunyi tak tegur sapa
wajah muram dibalut luka
punya kaukah?
atau wajahku yang lupa pada bulan maret kutitip dialun-alun barat venice

***
the end


======================================================================
Date/Time: 28th March 2011
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
Untuk Kulanjutkan
cerpen-hari teater sedunia

orang-orang menyebutku woman from paradise, ya. wajahku memang kental dengan aura norwegia-jakarta. sehingga tak heran teman-teman dalam komunitas teater sering mengejar hatiku. 17 tahun sudah cukup bagiku menelan arti hidup, baru kuinjakkan kakiku dijakarta selama 2 tahun terakhir. sungguh senang rasanya dapat menemukan komunitas yang sesuai hobiku. ya, dunia teater. dunia bebas dalam berakting, aku bebas memainkan naskah. dan bergerak menyanyi dan berteriak dengan menangis. semua adalah kepuasan yang tak tergantikan. 

valencia smith, tercantum dalam riwayat lahirku. smith adalh almarhum ayahku, meninggal dalam jantung setelah pementasan ke-68 dalam hidupnya. aku menyebutnya pahlawan dalam dunia teater. seluruh hidupnya ia sumbangkan dengan fokus untuk akting dan berbagi pengalaman.

2.
aku ingin menjadi pedoman yang indah, aku ingin meneruskan karya-karya monumental ayah. dan sampai saat ini, aku bahagia setelah bergabung pada teater salihara. mereka sangat terbuka dalam dunia ini, aku embutuhkan tempat untuk subsidikan minat dan bakatku, itu saja. hanya itu mauku, ayah, inilah anakmu yang akan terus meneruskan karyamu.

tepat pada hari teater sedunia, 27 Maret 1984, kami tampil di venice. disana hari teater dirayakan secara besar-besaran. ya, seni adalah penghargaan yang tinggi yang diakui oleh negara ini. untunglah kami mendapat undangan untuk pentas ke panggung 5600 penonton. Venice Theater, sangat dipadati pengunjung. tentunya bukan para warga biasa. ada banyak para seniman dunia yang sengaja berkumpul disini. 


======================================================================
Date/Time: 29th March 2011
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
Rapuh di Sebuah ?

berkhayal membuatku tervangun untuk bergerak tegap ore itu, tiba-tiba suara alarm otak bergeming untuk menuliskan ide-ide yang disampaikan mimpi-mimpi berantai dalm bunga tidurku. kumulai dengan sebuah kota era eksotis modern, semua barang-barang bergerak. mall-mall hanya berisi robot-robot sebagai penjaga, barang yang diperjualbelikan melayang, mobil-mobil terbang, hanya manusia yang ada di darat. selebihnya robot-robot pembersih jalan yang dibuat oleh manusia dan untuk melayani manusia. ada juga pria robot yang digandeng wanita, ah zaman apa ini, semua serba robotic eksotis tak masuk akal. apa ini yang dinamakan kemajuan zaman? ah, aku terbangun dan benggong dari tulisan diary kecilku. 


2.
 aku berpikir JK. rowling dapat menuliskan hal-hal yang luar biasa diluar otak manusia, kenapa aku tidak.

29.03



======================================================================
Date/Time: 2th April 2011
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
Mimpi Permulaan Film

Dalam film, orang2 menari di atas tempat yang tinggi namun permukaanya tipis.
Seperti akrobat.
Yang jatuh, hilang pada gelap terdalam.

pada keringat yang menetes, aku seakan terbawa ke dalam suasana akrobatik sirkus-sirkus dalam panggung mewah. disana aku menari diatas permukaan tali yang tersambung dari ujung permukaan kiri sampai ke kanan. tanpa cacat aksi kulakukan berulang kali,penonton bersorak sorai melihat atraksiku. apa benar itu sosokku.

jepeline van houten namaku dalam mimpi, ah, sungguh mirip muka,raut wajah dan tubuh ini. semakin lama semakin teruras otakku, lebih jauh lagi memikirkan melintasi sepi dalam menuju ke alam sadar.

detak jam membangunkanku pada permulaan mimpi yang terlewat sangat menantang.
antara alam mimpi, kutarik pengalaman menjadi ahli sirkus dalam gempita ribuan penonton.

***
OLEH : UBREB
INSPIRASI : MIMPI SAYANG OOOO.OOOO.. SAYANGKU






















Bongkar
terinspirasi dari lagu iwan falls
oleh : mahabrata liwangi

gitar yang lusuh siap meghantarkan aunan sore menjadi tawa-tawa negeri ini ke alur yang sesungguhnya. Bento sebuah lagu dari iwan falls.
kunyanyikan dengan bait bait lirih yang lumrah.

kalau cinta sudah dibuang
jangan harap keadilan akan datang
kesedihan hanya tontonan
bagi mereka yang diperkuda jabatan
oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar

sabar sabar sabar dan tunggu
itu jawaban yang kami terima
ternyata kita harus kejalan
robohkan setan yang berdiri mengangkang

oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya bongkar

penindasan serta kesewenang wenangan
banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
hoi hentikan jangan diteruskan
kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

dijalanan kami sandarkan cita-cita
sebab dirumah tak asa lagi yang bisa dipercaya
orang tua pandanglah kami sebagai manusia
kami bertanya tolong lau jawab dengan cinta

oh oh ya oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya oh ya bongkar
oh oh ya oh ya oh ya bongkar

aku bernyanyi dan megalunkan lagu ini dengan keras, sejumlah tetesan dan raungan terdengar dari balik berita. ini negara macam apa, yang tak layak disebut negara. masyarakat menderita untuk makan, untuk hidup bahkan bernafas.

lorong-lorong sempit dibawah jembatan gantung adalah saksi bisu kebusukkan pemerintah, negaraku yang dirampas nafsu-nafsu para birokrat busuk.

barusan kabar isak tangis hadir melalui sms,
inbox : pak cipto : " satu orang pengemis tua, meninggal membusuk dibalik sarung tuanya sambil tertelungkup"
hah! aku kaget, terjadi lagi korban meninggal dikotaku, aku langsung menuju lokasi. melihat keadaan disana.

trotoar gelap dan sepi di jalan. sudirman, disinilah letak kakek itu meninggal. aku menyentuhnya dengan tak pelak hatiku beringas mengingat negara ini. ini rakyatmu yang kau acuhkan, mana birokratmu, para polisi terlambat datang. hanya masyarakat yang peduli ya kami yang mengangkat jasadnya untu diletakkan dimasjid terdekat.

sejumlah masyarakat masih tetap menggerumumi jasad kakek tua itu, pelan-pelan kudengar suara bisik masyarakat mengatakan : kakek meninggal karena kelaparan. sungguh tak kuasa aku mendengarnya, aku harus membuat sebuah momentum besar besok. langsung kuhubungi markas besar HMI.
  
aku hubungi wakil ketua HMI, hilman. tak diangkat setelah 5 kai kuhubungi, kucoba melalui sms. mungkin saja dia lagi tidur.
hal ini harus ditindakalnjuti. "lawan dan bongkar"  REFORMASI sampai mati.

senin, pukul 11.09, markas besar HMI, setelah aku datang, ternyata teman2eman telah datang berkumpul. selamat siang sapaku.
hilman, eko, rio, dan lainnya : siang pak ketu..

langsung saja kita bahas kejadian memalukan negara ini, kalian mendengar berita semalam bukan?

eko : ya aku mendapat sms dari pak cipto
lainnya : kami juga sama

oke, langsung ke inti permasalahan. jika ini dibiarkan tetap didiamkan birokrat tanpa malu itu tak akan jera dengan perbuatan mereka. kita harus turun ke jalan. bagaimana menurutmu yo?
rio : aku setuju, mari kita acak-acak mereka dengan kata-kata

lutfi : bagaimna kalau kita buat surat malam ini ditujukan ke presiden bodoh itu.
baik, aku setuju. bagaimana kawan-kawan. kita kirimkan surat ke presiden atas kejadian ini. negara harus secepatnya turun tangan, atau kita buat sejarah '66 terulang kembali.

kondisi semakin panas daa pembahasan negara ini, aku ingin kita undang seluruh mahasiswa/mahasiswi sekota jawa. hanung, ini tugasmu untuk membuat surat kepada mereka.
hanung : oke sil.

tulis namaku dibawah surat, kondisi harus segera ditindak lanjuti, mau bersma demi negara atau mati dalam diam.


majuuuuuuuu... aku memimpin barisan terdepan, diusl lutfi, hanung, eko dan lainnya. serta para kawan'awan yang bergermbol datang dari sisi kan jalan, mahasiswa ugm, uny dan ssi kiri jalan para mahasisqa polteknik. ini gabungan demonstrasi terbesar yang kami lakukan.

majuuuuu...sambil membawa spanduk-sapnduk dan beragam bendera organisasi kami datangi kantor gubernur setempat. tampak polisi berjaga-jaga didepan pagar, 20 kompi lengkap dengan senjata dilengan mereka. aneh, kenapa bisa sampai tau pihak kepolisian terhadap aksi kami. ini sesuatu hal yang tidak masuk akal, musuh dalam selimut mulai pro ke negara.


KAMI ATAS NAMA MAHASISWA SEJAWA MEMINTA PARA BIROKRAT-BIROKRAT KOTA INI UNTUK SEGERA MUNDUR DARI JABATANNYA, SERTA MEMBERIKAN PENJELASAN KONKRIT KENAPA TIADA TANGGUNG JAWAB DARI PARA PETINGGI KOTA TERHADAP KEJADIAN-KEJADIAN YANG MENIMPA RAKYAT KECIL.

teriakkan pun mulai terdengar, MUNDUR! MUNDUR! MUNDUR! KELUAR! KELUAR!...
aksi damai berlangsung tertib, kami akhirnya mendapatkan jalan konsolidasi setelah pak. ragiman, S.H gubernur, mengajak konsolidasi mencapai keepakatan.

aku, girno (presiden HMI surabaya), Feri (presiden HMI jogjakarta, tomi (presiden HMI surkarta) kami perwakilan yang menghadap gubernur siang ini.

Dunia Aneh

Huft… rencanaku ibarat hilang tertelan bumi…
Hilina markapova namaku, jenjang karirku merosot tanpa tujuan yang jelas aku bekerja pada perusahaan majalah Egilz, sebuah majalah tentang fashion gaul  saat ini. Sebenarnya bukan bidang ini yang kucari untuk bekerja. Tapi dorongan keluarga sangat keras menyuruhku untuk bekerja apapun yang halal, yang penting halal. Suatu hari aku ingin bekerja dalam bidang penulis atau editor pada sebuah harian pagi dimanapun itu, karena aku adalah jiwa dari kata-kata, kata-kata dapat membuat hariku menari. Memang gila terdengar tapi inilah jiwa yang sudah terbentuk dari awal kuasah. Puisi, novel, cerpen,dan lainnya adalah makananku sehari-hari. Jadi wajar saja aku memutuskan untuk menjadi penulis. Salah satu kerjaan yang surga bagi diri.

Ruang kantor
Suasana pagi pukul 07.31 wib

Mesin-mesin mulai terasa tak jelas, suara hiruk pikuk yang sangat rancu terdengar oleh telinga. Fashion dan fashion adalah hal yang membosankan bagiku.

Jill         : hei lina…good morning
Aku      : hai, morning. Kusapa dengan mulut loncong tanpa hati. Aku muak dengan keadaan ini.

Pukul 08.00 wib
Waktu memulai bekerja

Semua karyawan disini seakan kesetanan mengejar deadline awal bulan yang akan menerbitkan majalah Egilz dengan tema Miss Fashion 2011. Entah kenapa mereka memilih tema itu, akupun bingung, dan yang sangat tidak masuk akal adalah para model yang sengaja didatangkan dari eropa untuk dijadikan cover depan majalah. Aneh memang, seharusnya mereka memilih wanita dan pria Indonesia asli keturunan Indonesia untuk dijadikan model. Dulu seringkali kutawarkan dan memberikan ide-ide yang ada diotakku. Tapi nyatanya ditolak mentah-mentah oleh pak trino manajer majalah Egilz.
Hari menjelang siang dan kinerjaku belum usai untuk mengedit transformasi kata yang aneh, fashion modeling 2011, miss hana laura dari new Zealand adalah sorotan bulan ini. Pak Trino dating dengan gagah ketengah-tengah kantor dan berkta, 15 menit lagi kita meeting. Hayo…hayooooo…semangat.
Dalam otakku, semangat hanya pada otak-otak kadaluarsa disini. Bekerja hanya mengharapkan uang, bukan hasil. Bukan tujuan visioner.

Meeting

Ruangan satu persatu dipenuhi oleh berbagai karyawan untuk melaksanakan  meeting.  Aku orang kedua setelah pak trino yang memasuki ruangan meeting yang panas tanpa AC. Huft….sialan masa dalam sebuah ruangan meeting tidak dilengkapi oleh AC. Sungguh keadaan yang tidak nyaman, aku semakin bingar. Mulai satu demi satu karyawan memasuki ruangan, Jill, Hans, Kyla, Tom, Helena dan assiten manajer Frank. Aba-aba mulai diberikan oleh pak Trino.

Pak Trino                                                                                  : selamat siang semua?
Jill,hans,Kyla,Tom,Helena,Frank dan Aku menjawab perlahan       : siang pak
Pak Trino                                                                                  : baik tanpa menunda  waktu kita mulai saja meeting hari ini mengenai tema yang akan kita publish dalam waktu dekat, saya meminta laporan dari masing-masing bidang untuk melaporkan hasil yang didapat untuk kita sumbangkan dalam majalah dan kita pasarkan. Dengan 2 spidol ditangan kananny, ia berprilaku seperti robot, memutar-mutar spidol, kekakan kekiri. Baik, saya meminta lina unttuk menjelaskan kinerja yang didapat untuk pertama kali, silahkan…
Aku                                                                                          : terima kasih pak, pertama saya akan melaporkan beberapa hal yang menurut saya tidak sesuai dengan tema ini pak, seharusnya kita sudah ancang-ancang untuk menyodorkan beberapa model asli Indonesia untuk dijadikan desain cover depean majalah kita bukan orang luar yang kita hanya tau dia sudah besar namanya, jika keadaan ini terus berulang maka kapan para model negeri ini dapat maju pak. Sehingga untuk hasil editing majalah baru 30% saya kerjakan pak. Terima kasih.
Pak Trino                                                                                  : baik terima kasih atas pendapatnya lina, sebenarnya kita sudah adae tawaran dari modeling pusat Jakarta, untuk menampilkan Kinaryosi sebagai cover majalah kita, tapi ada saran juga dari pihak majalah ekuarto eropa, mereka menawarkan model mereka dipasarkan di Indeonesia, karena tawaran tersebut telah saya terima, sehingga tidak enak untuk membatalkan. Untuk editing seharusnya andae bekereja secara professional bukan seperti ini.
Aku : iya pak, maaf. Aku mulai berpikir, ini bukan seorang pemimpin visioner, tapi pemimpin yang hanya memikirkan diri sendiri.
Pak Trino : apa ada masukkan lain untuk majalah ini?
Jill,hans,Kyla,Tom,Helena,Frank : tidak pak.
Demikian wakeetu berjalan apa adanya, dan meeting yang diberikan menurutku bukanlah sebuah meeting melainkan sebuah alur cerita penegasan sepihak. Sangat otoriter, ah..semakin kacau pemikiranku sampai saat ini.
Semakin kubekerja, semakin aneh rasanyaeee untuk tetap bertahan.


Selasa, 20 Desember 2010
Tanpa pikir panjang, aku bereskan semua barang yang ada dikantor. Setelahnya aku menuju keruangan pak Trino.

Tok..tok..                   
Aku : Pagi pak
Pak Trino : ada apa lin?

Gerhana Mengantar Duka
Mahabrata Liwangi


Sekedar ingin melihat langit yang terang pada pukul 11.35 WIB, langit menyiratkan hal yang sangat indah.
“Ibu... Ibu... Lihat ke langit. Cepat, Bu...” dengan wajah riang dan sambil berlari tergesa, seorang anak memanggil ibunya.
“Apa, Nak? Ada apa? Apa yang kau lihat?”
Soedibio mengangkat lengannya ke atas dan menunjuk kearah matahari yang tertutup perlahan, “Gerhana akan terjadi sebentar lagi, Bu.”
Ibu terdiam melihat kearah langit, ini merupakan kejadian alam yang baru dilihat semur hidupnya. Dengan wajah yang tercengang Soedibio dan ibunya terus melihat bayangan bulan yang menutup matahari perlahan.
Cahaya langit semakin redup dan mata tetap setia memandang kegelapan total yang akan terjadi sebentar lagi, gerhana total akan menunjukkan makna dari kuasa Ilahi. Inilah kebesaran Allah.
“Ibu, gerhana ini sangat indah, bukan?” ujar Soedibio sambil terus menatap langit.
Ibunya mengangguk perlahan dan tetap melanjutkan melihat gerhana.


totalitas bulan
akankah aku bisa meniru geraknya
perlahan dan memastikan gaya
tarik ulur waktu
seiring bermain waktu
manusia hanyalah sekecil debu
jauh tak tertandinggi
aku ingin menirumu bulan
terang dan pelan
terang dan menerawangkan bayang
pasti menghujamkan makna
yang menyirat
yang usiakan manusia untuk berjalan
tegap dan tetap
teguh dan menyeluruh
elok dan menari tanpa lelah
asa pun ikut gentayang

***

Kami terhipnotis dengan keindahan gerhana yang terjadi, tanpa mengetahui penyebab gerhana dan asal usulnya. Kami hanya bisa terpukau dan terus menyaksikan keajaiban alam yang satu ini, tanpa mengetahui dampak yang timbul ketika cahaya yang begitu terang tiba-tiba datang setelah gelap total secara penuh.
Sesaat matahari tertutup penuh. Tiba-tiba, sekilat cahaya menyembur dari balik bayangan bulan. Cahaya yang dipancarkan begitu terang dan...
“Aaaaa...aaaaa!!” aku dan ibu berteriak kesakitan setelah menerima cahaya kilat yang keluar barusan. Cahaya itu membuat mataku dan ibu sakit.
Ayah terkejut mendengar dari dalam rumah, dan panik mengejar kami ke luar, “Hah?! Ada apa, Bu, Dibyo?”
“Mata ibu sakit, Yah...”
Aku terdiam dan mengusap-usap mataku dengan kedua tangan. Ada apa ini? Kenapa penglihatanku semakin kabur setelah kuusap?
Dengan panik kutanyakan pada ibu, “Ibu, bagaimana mata Ibu?” 
“Kabur, Nak,” terdengar olehku suara lemah ibu.

***

Pak Marno terdiam. Ia bingung memikirkan pertolongan pertama untuk istri dan anaknya yang tiba-tiba tidak bisa melihat dengan jelas. Kabur dan berbayang, itu yang dikatakan istri dan anaknya.
Akhirnya, ia membawa istri dan anaknya menuju Rumah Sakit St. Boromeus untuk diperiksa matanya.
Pukul 12.00 WIB, sesampainya di rumah sakit, Dokter Frans langsung memeriksa istri dan anaknya yang berbaring di tempat tidur, “Saya periksa dulu ya, Bu.”
“Iya, Dok,” Bu Marno mempersilahkan.
Setelah memeriksa Bu Marno, Dokter Frans beralih memeriksa Soedibio. Setelah keduanya diperiksa, dokter mempersilahkan mereka untuk duduk.
“Ini adalah dampak dari intensitas cahaya berlebih yang tiba-tiba diterima oleh mata manusia saat pupil sedang membesar, Pak. Jadi, sebelum semuanya terlambat, ibu dan anak Bapak harus dirawat secara intensif secepatnya. Semoga tidak terjadi hal-hal yang lebih parah.
Pak Marno mengangguk pelan, “Baiklah, Dok. Jika harus dirawat, maka saya hanya bisa mengandalkan Dokter untuk kesembuhan mata anak dan istri saya.”
“Semoga saja, Pak. Kalau begitu saya akan suruh suster menyiapkan ruang inap.”

***

Aku dan ibu terpaksa dirawat untuk diperiksa. Hari semakin sore dan mataku semakin kabur. Tulisan-tulisan pada dinding kamar ini tak dapat kubaca.
Apa ibu sama sepertiku, tak dapat melihat dengan jelas juga? Tanyaku dalam hati.
Tak berapa lama kemudian, terdengar olehku Dokter Frans datang bersama seorang suster dan seorang lelaki tua yang setelahnya kuketahui juga seorang dokter.
Aku dan ibu kembali diperiksa. Dokter Frans memeriksaku menggunakan senter dan memberikan isyarat-isyarat jari. Aku hanya bisa menjawab satu isyarat dengan benar.
“Angka dua, Dok,” kataku. Pertanyaan lainnya tak dapat kujawab. Aku semakin was-was. Apakah aku akan buta? Bagaimana pula dengan ibu?
Terdengar pembicaraan para dokter didekat tempatku berbaring, ada kata-kata operasi dan perban.
Operasi! Hah... Aku tersentak terkejut, keringatku mengucur deras. Kututup mata dan mulai berdoa.
Setelah pergi beberapa menit, Dokter Frans kembali ke ruanganku. Mataku dan mata ibu diperban, agar visualisasi yang diterima mata tidak semakin parah. Mata harus ditutup agar keadaan bisa kembai normal besok. Itu pun baru kemungkinan akan sembuh. Jika tidak, aku dan ibu harus dioperasi.

***

Pagi telah kembali. Keputusan akan diambil setelah perban mataku dan perban mata ibu dibuka.
Keadaan tetap tidak berubah, mataku tetap kabur, sesekali hanya bisa melihat kelebat wajah orang-orang sekitar. Keadaan ibu lebih parah lagi, ia tidak bisa melihat apapun.
Operasi akhirnya dijalankan hari ini. Ayah memegang erat tangan ibu. Aku masih bisa melihat dengan kabur ketika ayah menangis mengantar kami ke ruang operasi.
Lampu merah diatas pintu operasi dinyalakan. Operasi mulai dilaksanakan.
Enam jam oprerasi sepertinya berjalan sukses. Mataku dan mata ibu diperban lebih erat.
Setelah kembali ke ruang inap, aku berkata pada ibu, “Bu, Su minta maaf. Gara-gara Su, semua ini terjadi.”
“Sudahlah, Nak. Ini cobaan dari Allah. Kita berdoa saja, meminta pertolongan-Nya.”
“Iya, Bu...,” aku menyentuh pelan perban pada mataku, dan berharap esok atau lusa penglihatanku kembali normal.

***

Sabtu, 28 Oktober 1995, ternyata Tuhan berkata lain. Perban dibuka dari mata dengan hasil mengagetkan. Ibu tetap tak bisa melihat, sedang mataku kembai pulih.
Aku menggenggam tangan ibu. Ayah memeluk erat ibu sambil menangis.
“Sudahlah, ini semua sudah terjadi, Yah. Mungkin sudah jalannya Ibu menjadi buta.
“Tidak!!!” ayah berteriak, “Tidak, Bu, masih ada jalan. Operasi pergantian kornea mata. Ibu harus bisa melihat kembali, melihat dunia dan taman kecil kita.
Terdengar ibu menangis kemudian terdiam, “Iya, Yah... Semoga Ibu bisa melihat kembali.”
Akulah yang bersalah atas kejadian ini, aku tidak akan pernah memaafkan diri ini. Karenaku, ibu menjadi buta.
Gerhana dan kejadian alam lainnya adalah kebesaran Tuhan. Manusia hanya insan biasa yang dapat menikmati keindahannya. Tapi sekarang apa yang dapat dilihat ibu setelah mengalami kebutaan? Semua gelap, semua tiada, yang ada hanyalah sesal yang teramat duka.

Aku : maaf, saya mengembalikan ini pak (berkas, kartu karyawan dan surat-surat lainnya).
Pak Trino : Apa ini! Apa maksud kamu?
Aku : Saya brehnti dari kantor ini pak, trima kasih!
Pak Trino : bungkam dalam diam
Dan dengan langkah pasti aku tinggalkan ruangan kantor yang kusebut Dunia Aneh.
Date/Time: 13th April 2011 / 4:54:39
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
Rumah Terapung
Semangat para nelayan tak lelah menguras keringat yang dialiri semangat juang melanjutkan generasi nenek moyang. Disana adalah tempat bagiku mengarungi samudera luas, air oh air yang mengisi pelukan erat. aku tak merasa dingin hidup diatas rumah terapung, anak, istriku adalah surga yang menemani setiap haru dan bahagia di kehidupan ini.
Rumah terapung kami sekarang terletak di pulau weh, paling ujung Indonesia. setidaknya aku bisa tetap berteduh dari panas dan hujan dihari-hariku. biar miskin tapi kami hidup bahagia dengan laut menjadi lagu pagi mengantarkan semnagat, langit sore yang mengantarkan istirahat dan gelombang pasang maam yang mengantarku ke ruang rehat bersama keluarga.
kapal phinisi sederhana peninggalan kakekku masih kurawat dan kujadikan transportasi mencari ikan-ikan segar di pulau ini, anakku Teuku Genta seringkali menemani mencari ikan. lumayan laut memberikan kami penghasilan yang cukup. bahkan bisa berbagi dengan tetangga rumah terapung.
hari ini cuaca agak mendung, harusnya aku tidak turun ke laut. tapi harus kulakukan jika tidak mau makan apa anak istriku. jangkar kuturunkan di tengah laut, jarin-jaring siap dilempar. dalam doa sebelum melempar, Bismillah ya Allah berikan aku rezeki melimpahmu untuk anak istiriku. jaring kulempar pada ujung perahu, sambil duduk menunggu harap, mendung tidak menjadi penghalang untuk rezekiku hari ini.

halaman 2
2 jam berlalu, sebentar lagi akan kuangkat jaring-jaring raksasa. kusiapkan kantong-kantong besar untuk ikan. Teuku..tolong ambilkan tong besar disana.. (teriakku) iya pak, (sahut Teuku).
kuangkat jaring perlahan, hap..hap...Alhamdulilah, jaringku penuh ikan, hah! ada ikan pari terjerat dijaringku. ah, kupikir ikan ini hampir punah, lebih baik kulepaskan. ikan salmon, ikan tenggiri yang kudapatkan cukup besar-besar selebihnya ikan kecil-kecil.
Teuku tolong pisahkan ikan kecil ini ya.
baik pak, taruh ditong besar saja ya pak. banyak ini.
iya ku. campuarkan ikan kecil didalam tong itu.
lumayan Teuku kita dapat banyak ikan hari ini, iya pak Alhamdulilah lumayan banyak.
Mendung semakin gelap, aku harus cepat-cepat pulang kerumah. kuhidupkan mesin speed perahu dan mulai kembali pulang.
20 menit aku berlabuh di rumah, ikan-ikan segar siap kusimpan didalam rumah. esok hari akan kujual dipasar tumpah.
bu.. banyak ikan yang didapat ini bu.
iya pak, wah..lumayan pak, padahal hari mendung ya pak. Alhamdulilah pak.

Halaman 3
semua berkat Allah ma. jadi apa menu hari ini ma, ikan apa yang akan mama masak nanti?
hmm.. sepertinya ikan salmon enak pa, mama masak salmon goreng saus pedas ya.
oke istriku.. papa tunggu ya.
sementara istriku menyiapkan hidangan didapur, aku segera duduk didepan rumah terapungku. melihat datangnya hujan, alangkah indahnya bumiku, lautan yang biru membahana. nelayan-nelayan yang masih terjaga di lautan meski hujan telah turun. sungguh besar limpahanMu ya Allah. terima kasih telah menyuguhkan kesederhanaan hidup pada keluargaku, disini akan kugariskan sejarah turun-temurun dari kekek buyutku. generasi penerus setelah kutiada adalah Teuku Genta anak tunggalku.
Hidup di laut sangat tenang ketimbang di darat, minoritas suku disini sangat berbaur dan berkeluarga, maklum kami kaum terpingkirkan. semoga laut menjaga kami sampai ajal menjemput.

***


Merampas Pengembaraan Hidup

oleh : mahabrataliwangi
@liwangi
email : mahabrataliwangi@yahoo.com
proyek : nulisbuku.com
tanggal 1 April 2011

6 tahun sudah cukup bagiku menekam di balaik jeruji besi, hukuman yang kudapt seimbang dengan apa yang telah kuperbuat. semua telah terjadi,akulah orang bodoh yang tak dapat memilih jalan yang baik dan benar. terjerumus dan ikut-ikiutan dalam dunia yang bebas membuatku jatuh ke dunia hitam.

menjadi pengedar shabu dan pemakai sangat membuatku nyaman untuk menjalani hidup, layaknya gangster di luar negeri. kami semua berkumpul di basecamp dan jika tidak punya uang, seperti biasanya memalak para remaja yang emlintas daerah kami. lorong-lorong sempit yang tersebar di daerah tongkrongan, sering kami jadikan medan tepat untuk memalak. sekedar goceng atau ceban, jika dikumpulkan seharinya bisa 200 sampai 400 ribu, cukup untuk membeli bir dan shabu.

semenjak keluargaku tiada ditelan banjir bandang, semua musnah. ayah dan ibu meninggal. Tuhan masih memberiku jalan untuk hidup. aku di basecamp saat kejadian. beban yang berat semakin memukul diriku, tiada tempat mengadu,tiada tempat berteduh, hanya disnini keluargaku. gangster dan shabu adalah penyemangat.

setiap harinya kuantar pada costumer yang menjadi langganan shabu kami, diatas jam 00.00 biasa kami bertransaksi barang. saat yang tepat dimana aparat telah tidur bersama istrinya.

 merampas harta milik orang, memalak, serta menghabisi orang jika benar-benar melawan itulah yang aku lakukan. tatto telah kubuat pada lengan kiriku, naga berbelit pedang, ini kepribadian diriku yang sangat suka bermain otot. jika saja ada yang melawan aku langsung saja menghabisi sampai ia tak berdaya.

kesal dan bodohnya aku saat memalak anak polisi, saat siang bolong. tentu saja ia langsung mengadu ke bapaknya, aku seperti ayam ditangkap. dibasecamp aku dijerat dengan pukulan keras dengan pistol tepat dikepalaku.

sial, aku tak berdaya kini, habislah aku. masuk bui dan tiada lagi kesempatan untuk berkumpul. aku divonis selama 6 tahun penjara, pidana telah ditetapkan sebagai pengedar,pemalak,pemakai. selama mendengar hakim membacakan berita acara, aku menunduk dan diam tak berbicara sedikitpun. ini sudah takdirku.

kuhirup udara kebebasan yang segar dari luar gerbang penjara nusa kambangan, selamat tinggal masa lalu. kini aku telah lahir kembali menjadi manusi baru. ya, aku yang baru. bukan adriano yang dulu.

aku mulai melangkahkan kaki,berjalan mengelilingi daerah sekitar,pasar melewati toko-toko. sangat berbeda dengan enam tahun yang lalu.

mulai kuberpikir, mau kemana aku tinggal, orang tua tiada, ria kakakku di jogjakarta, boy adikku di probolinggo. aku binggung untuk sementara waktu. akhirnya kuputuskan untuk duduk di taman kota, sejenak berpikir apa yang harus kulakukan menjadi orang baru.

orang-orang sibuk berlalu lalang didepanku, mereka sangat riang menjalani hidup tampak dari wajah-wajah mereka. aku pun harus bisa seperti mereka. langsung aku beranjak melangkahkan kaki untuk ke masjid, sekitar pukul 13.06 waktunya shalat dhuzur. disana kusempatkan untuk membersihkan badan dan setelahnya aku melakukan ibadah. disinilah tempatku mengadu. aku mohon kepada Allah tunjukkanlh jalan baru di hidup baruku, hanya itu. aku ingin bertobat. insyaallah, akan kucari pekerjaan yang halal.

selesai shalat kakiku menuju sebuah warung makan, tepatnya warung pa' jul, Bakso Urat Khas Ambon. mana mungkin aku masuk, uangpun tidak ada. lama aku berdiri didepan toko ini bukan untuk makan tetap mengharapkan pekerjaan disini.

penjaga toko : hei..ngapain kamu berdiri disitu..sana-sana pergi.

apa yang salah dengan diriku sampai diusir seperti kucing kampung, ah mungkin saja karena potongan pakaian lusuh ini dan potongan rambutku.

aku harus cepat memangkas rambut dan mencari pakaian layak. langsung terpikir olehku untuk ke basecamp, tapi! tidak! aku tidak akan kesana dan kembali lagi. aku harus mencari jaln sendiri,ya harus.

akhirnya kuputuskan untuk menjadi buruh paruh waktu di toko beras, kuangkat beras dari gudang ke truk-truk untuk dibawa ke toko-toko. lumayan selama 3 jam bekerja mendapat upah 15.000, uang ini bisa kubeli pakaian dan memangkas rambutku. langsung saja aku menuju ke pangkas rambut di pasar. kupotong pendek, agar terlihar rapi. selesainya kulanjutkan membeli pakaian BJ yang sesduai ukuran tubuhku, aha! ini ia, kemeja hitam dan celana dasar. lumayan. hanya sepuluh ribu baju dan celana ini.

sekarang aku telah rapi, maka waktu harus kukejar sebelum matahari terbenam. aku kembali mengitari toko demi toko di daerah ini. ada sebuah toko makanan, warung kopi santai, disini sepertinya aku layak mencoba. ya harus kucoba.
langsung kumasuki toko ini, menuju ke karyawan toko, wanita cantik berambut panjang.
aku : maaf mbak, apa disini ada lowongan kerja?
karyawan : waduh, saya kurang tau mas, coba saya tanyakan ke bapak ya. tunggu sebentar.

Aku : iya mbak, terima kasih.
tak berapa lama karyawan itu datang dengan bosnya.
karyawan : ini pak yang menanyakan pekerjaan
bos : kamu,.. no..adri? adriano bukan?
aku : iya pak, benar.
(bingung kenapa dia bisa tahu namaku)
bos : ini aku no, dodi. lupa kau. ah!

dodi..dodi.. kawan sma nusantara dulu.
aku : ooo.. dodi, wah kau berubah sekarang (sambil kepegang pundaknya yang berotot) beda kau sekarang. besar, tinggi dan berotot. jadi ini tokomu dod?
bos: ya no, ini tokoku, kurintis dari nol. hingga akhirnya sebesar ini. mari-mari kita duduk dulu biar santai. (e..sari tolong ambilkan jus mangga 1)
karyawan : baik pak
aku : kau msih ingat saja minuman kesukaanku dod. hebat kau, sekarang sudah menjadi bos besar.
bos : yah..inilah rezeki yang Allah berikan no, aku merintis karir dari kecil hingga akhrinya dapat kubeli brand nama tokoku untuk hak paten dan membuka 10 cabng toko kopi ini.
aku : hebat kau dod, aku salut dengan usahamu. jadi sekarang kau tinggal dimana dod?
bos : aku tinggal di valentino square, apartment lantai 9 kamar 56. ini kartu namaku no. kau ingin bekerja bukan?
aku : iya dod, aku butuh pekerjaan. kau tahu sendiri kan sejarahku. pahit. untunglah ketemu kau disini dod.
bos : semua sudah digariskan no.baik, jika begitu kuberikan tanggung jawab penuh untukmu no untuk mengurus toko ke 6 ini. aku mulai kerepotan mengurus cabng-cabangku yang lain. kau tak keberatan bukan no mengurus toko ini?
aku : maksudnya apa dod? aku jadi wakilmu?
bos : iya, wakilku. ah.. sudahlah, jangan sungkan. kita sudah sejak lama kenal. aku tahu kapasitasmu no. kau mampu membantuku. tenang saja, semua kuatur. kau jalankan saja cabang ini.
aku : terima kasih dod, terima kasih..(sambil berdiri kupeluk dodi)
bos : santai saja, kita kawan lama. sudah sewajarnya kita saling bantu. bukan begitu no? dulu kau sering membantuku dalm pelajaran. sekarang aku membantumu. imbas bukan? hahaa..
aku : tapi ini seperti mimpi dod, terima kasih banyak atas kepercayaan yang diberikan ke aku dod. akan kubantu menjalani bisnis ini.
bos : baik, kalau begitu. mari kukenalkan tentang produk dan karyawan-karyawanku no.

kami berjalan memutar sekeliling toko, dodi menjelaskan secara detail tentant riwayat toko ini, produk-produknya serta karyawan-karyawan yang ada disini. ini merupakan mimpi bagiku, apa ini hidup baru yang Allah janjikan kepadaku?. terima kasih ya Allah, anugerahmu begitu besar.

hari demi hari berangsur-angsur memulihkab hidupku, ini hidup baru yang kualami sangat berbeda dengan sebelumnya. pepatah lama yang selalu kuingat adalah "jika ada kemauan, pasti ada jalan dibaliknya". ini fakta nyata yang kualami setelah


terjerat dalm dunia hitam,masuk bui selama 6 tahun. akhirnya aku mendapatkan hidup baru dan akan kujalankan sebaik-baiknya. kelak akan kujadikan cerita berharga bagi anak-anakku.

***
THE END



























tema berikutnya tentang perjuangan masa lalu
judulnya : setetes darah sejarah yang mengalir

feodalisme pada tangan-tangan tirani besi, negara yang terhamburka oleh carut marut politik adu kekuasaan dan demi apapun adalah ketidakwajaran terjadi dinegara ini. almarhum ginanjar suparman adalah ayahku yang dulunya prajurit angkatan '45 telah matiaimatian bertempur malawa penjajah dan akhirnya dengan semangat dan jiwa prajuritnya ia meninggal di medan tempur sewaktu melawan jepang ditanah -ndonesia, nganjuk jawa timur. sederet teman-teman ayah ikut tewas dikala perlawanan menjaga keutuhan negara ini dari kekuasaan tirani jepang. nais ketika kudengar cerita dari pak Tirno Yosningrat, ia bercerita "pada tahun '45 kami berperang dengan senjata seadanya, semua prajurit menggunakan senjata yang bisa dijadikan senjata. ada yang dari bambu, pisau, parang, besi, kayu panjang, golok, keris, rencong, dan tombak. segala alat yang bisa dijadikan alat berperang kami jadikan alat utama untuk melindungi diri. ketika itu ayahmu dengan gagah menggunakan tombak yang sangat tajam, dengan gagah ia bunuh tentara jepang satu per satu, tapi Tuhan berkata lain. ayahmu tewas ditembak ketika sedang melawan ratusan tentara jepang. kami hanya 68 tentara yang melindungi kota Nganjuk saat itu 

saat itu. dapat kau bayangkan jauh total perbandingan prajurit negara ini dibanding tentara jepang yang dengan lengkap mempersenjatai diri mereka, tapi kami para prajurit tida pernah patah semangat untuk terus mempertahankan negara ini sampai tetes darah terakhir. ayahmu seorang prajurit sejati nak. ia tewas dengan terhormat mempertahankan bangsa ini dari tangan jepang.
          ***
semua yang diceritakan kepadaku adalah fakta nyata mengenai semangat juang yang besar. seiring perkembangan waktu para veteran angkatan '45 hanya bisa terdiam melihat nasib mereka, rumah-rumah yang mereka tempati tidak sesuai dengan upaya dan kerja keras dahulu mempertahankan negara dari penjajah. apa ini yang dinamakan negara, yang tidak menghormati para pejuang dahulu, selayak habis manis sepah dibuang.
para birokrat dan pemerintah seakan tak peduli dengan nasib-nasib mereka, apa yang harus dilakukan anak muda saat ini adalh mencuatkan semangat angkatan terdahulu untuk menghormati dan tetap menghormati sejarah, sangat mengahrukan melihat teman-teman ayahku yang masih hidup sampai sekarang, senyum mereka adalah tangis yang selalu tersimpan di hati. ya para pejuang-pejuang negara tanpa mngenal tanda jasa.
sekaran sudah 55 tahun kemerdekaan negara ini bebas dari jajahan para penjajah. tapi tetap saja, para penerus yang benar-benar memegang arti sejarah hanyalah segelintir orang. negara masih saja terjajah oelah produk-produk negara luar, terjajah dengan kekuasaan negara-negara besar yang sedikit demi sedikit mengabil kekayaan negara ini. siapa lagi penerus untuk mempertahankan negara tercinta jika tidak ada orang yang peduli, aku heran jika melihat negara yang sangat manja dengan kehidupan, hanya mementingkan pribadi semata dan tidak peduli akan keutuhan negara dan kekayaan didalamnya.

"jangan pernah meluapaan sejarah" kata-kata soekarno presiden RI pertama. dengan intelektualitas yang tinggi ia dapat membuat para pemimpin negara lain tunduk, menghormati segala tindakan yang dilakukannya dala masa kepemimpinannya saat itu.

Haryono Galuh Bratayuda ayahku meberi nama kepadaku, sebuah nama yang harus kujaga sesuai pemberian pejuang. ayahku engkau adalah pejuanag sejati yang tidak akan dilupakan sejarah sampai kapanpun jua.
saat ini aku bekerja pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi Jawa Timur. ya aku memilih jalur pegawai negeri, untuk tetap meneruskan nilai juanag ayahku. berbeda kerja tapi nilai-nilailuhur yang aku dapatkan akan terus aku terapkan dalam bekerja. mengherankan jika melihat kasus-kasua kolusi,korupsi sert nepotisme. inilah budaya baru yang dibuat zaman milenium pada bangsaku, setiap tahun korupsi terjadi di tubuh negara bakan yang terbesar terjadi pada pegawai negeri sipil.

negara ini telah lama melupakan sejarah, suatu saat jika budaya yang tidak seharusnya dipertahankan terus dijalankan maka tidaklah heran, negara ini akan habis dijajah oleh negara adikuasa.
siang hari pada jam makan siang, aku sempatkan untuk ziarah kemakam ayah, memebersihkan makam gagahnya dengan bendera tergantung disamping makamnya. disinilah har berjanji ayah, akan terus mengikuti pedoman-pedoman yang ayah ajarkan dan semangat juanag yang jujur. ayah jika kau mendengar ceritaku tentang negara ini janganlah bersedih, karena kerja keras ayah dahulu hanyalah dipandang sebelah mata oleh negara ini. jangan takut ayah, har tidak akan pernah melupaan sejarah dan tidak akan pernah. (sambil kusentuh kepala makam berlapis marmer putih ayahku, dan hormat kearahnya, aku pergi dengan hentakkan kaki layak prajurit menghadap komandannya).
***
======================================================================
Date/Time: 15th March 2011 / 2:51:13
Folder: Ubeb Sastra
----------------------------------------------------------------------
tema : horor
judul : 1 Minggu Bayang Hitam
oleh :mahabrata liwangi

satu mobil berisikan 5 orang, kami menyewa avanza untuk berlibur selama musim liburan kuliah. inilah waktu yang tepat untuk menghabiskan hari bersama sahabat-sahabatku.
kami menuju ke daerah pangrongpong, lembang kotamadya bandung untuk berlibur. kepenatan kota jakarta membuat kami memilih bandung kota sejuk yang paling cocok untuk dijadikan tempat berlibur.
aurel, hilda, jack, uno, hans dan aku. kami adalah  sahabat sejak pertama masuk universitas indonesia, orientasi mahasiswa membuat kami kompak, sehingga sampai saat ini kekompakkan itu terjalin sangat baik.
tujuan kami ke villa bunga yang terletak pada atas kapubaten pangrongpong, suasanya sangat dingin dan mencekam. benar saja walau terdapat banyak villa disini, tapi yang menyewa beberapa villa tidak banyak, hanya beberapa villa yang disewa untuk hari ini.
sesampainya di villa kami berlima langsung merapikan barang-barang bawaan keruang tengah, wow.. sangat besar, terdapat 7 kamar dan 3 kamar mandi yang mewah. aku melihat sekitar dan keadaan sekeliling. ternyata pilihan kami sagat tepat. pemandangan yang dapat disaksikan diluar jendela langsung kearah terasering panen padi dan beberapa tanaman lainnya diselinggi pepohonan beringin tua yang besar. angin masuk dari seluruh ventilasi villa ini, sehingga jaket yang aku kenakan tidak terlepas sedetikpun.
sore pukul 17.45 membuat suasana semakin nyaman dengan suara jangkik, kami berkumpul diruang tengah mengobrolkan tentang acara besok yang akan kami lakukan.
hans tampak kedinginan, ya ini adalah kali pertamanya memasuki villa dan daerah dingin. hanya aku yang terbiasa suasana dingin, pegunungan, bukit dan lembah sering kulalui. villa merupaka hal biasa.
setelah asyik mengobrol tiba-tiba, uno pergi kebelakng untuk membuat segelas kopi.
krakkkkk..krakkkkk.. ada suara terdengar dari balik jendela dapur, uno terkejut. suara aa itu, ah..pikirnya hanya sebuah angin yang lewat. tak lama setelah selesai membuat secangkir kopi, ia berjalan menuju ruang tengah dan terdengar lagi suara lngkah didapur pojok. takkkk..tak.. dan hilang. uno melihat tapi tak ada tanda-tanda yang mencurigakan
akhirnya ia putuskan pura-pura menghilangkan rasa takutnya dengan mengobrol santai dengan teman-teman.
pagi yang dingin membangunkan kami dengan segar, kami siap untuk joging sambil melihat beberapa villa sekeliling. ada seorang kakek pengurus kebun sebelah memanggil kami,
nak..nak.. kemari,kemari..
aku : ya kek, ada apa kek
kakek tua : kalian baru menyewa villa sebelah ya? ( dengan suara serak)
aku dan teman-teman : iya kek. kami baru datang dari jakarta
aku : ada apa kek sebenarnya dengan villa kami (dengan sedikit firasat tak enak)
kakek tua : berhati-hatilah nak. (kakek itu hanya berkata dengn pelan dan pergi)
kmi terkjut dengan kata-kata kakek tua barusan.

uno, hans da aku menepi agak jauh untuk kompromi. apa sebenarnya yang ada di villa itu. sambil kami melihat villa yang kai tempati dari villa sebelah.
uno : ya, kita harus berhati-hati, aku merasa ada yang tidak beres dengan villa ini
hans : maksud kamu apa no?
uno : aku mendengar suara-suara aneh tadi malam di dapur, entah suara apa itu
aku : ah, mungkin hanya perasaanmu saja no
hans : iya no, gak mungkinlah ada suara aneh. kebanyakan nonton kau no.
uno : yang penting kita harus tetap waspada

hilda dan A komat-kamit melihat pembicaraan kami. kami sengaja berbicara jauh dari mereka, takut mereka terkejut dan ingin pulang.
ahirnya acara jogging tetap kami laksanakn selama 1 jam berkeliling are villa bunga, suasana sangat epi. entah kenapa di villa ini sangat sepi. kudengar dari teman-temanku vill ini dulunya sangat amai tapi kenapa sekarang menjadi sepi seperti kota mati.
jogging membuat kami segar dengan cuaca yang dingin. brrrrr.. au gemetar sesampainya di villa. lagsung kuseduh teh hangat. woi, ada yang mau teh(teriakku dari dapur).
uno,hans,hilda,A teriak bersama sama, mauuu!
uno : aku kopi aja run
ah, uno ada-ada saja, minta buatin kopi pula. ya sudahlah aku buatkan kopi.
sretttttttt.. hah! apa itu, pandanganku keatas dek kayu dapur. mataku tetap mengawasi suara yang barusan kudengar. aku tak yakin suara apa itu, langsung terpikir olehku tentang pembicaraan uno tadi pagi.
apa benar villa ini angker, bulu kudukku merinding mengingat omongan kakek tua tadi pagi. ahhh.. pengecut. aku laki-laki tak boleh gentar dengan suara-suara aneh.
setelah menyantap teh hangat, kami bersiap mandi dikamar masing-masing. memang tersedia kamar mandu di tiap-tiap kamar.
tiba-tiba dikamar mandi air mati, disusul kamarku,hans dan uno. aneh, tadinya sangat deras, tiba-tiba air mati. tak lama lampu redup dan mati serentak. kami terkejut dan keluar kamar dengan muka pucat.
uno : ada apa ini, kenapa tiba-tiba air dan lampu mati.
aku : ya, ada sesuatu yang aneh di villa ini
tak berapa lama lampu hidup dan air mengucur deras, pertahankan keberanian dan tetap waspada

hari ketiga setelah keringat dingin mengucur deras, kami pontang pating menjaga bersama, tidurpun tak nyenyak.
malam hari pada kesunyian yang teramat sangat, kembali terdengar olehku suara lengkah kaki, seperti eretan panjang dilantai 2x aku pergi keatas untuk mengambil jaketku dan tiba-tiba ada suara seretan yang sangat mencekam. entah apa yang ada diluar. buluku merinding dengan kuat. entah apa yang diseretnya, mungkin hanya dugaanku saja.
hilda dan a kembali kamar untuk beristirahat sedang kami para lelaki tetap berjaga dibawah. rasa penasaranku semakin besar mengenai villa ini.
apa mungkin ada hantu disini atau sesuatu mistik yang angker telah ada sejak dulu disini.
sebuah tanda kutemukan dibalik pintu belakang villa, bertuliskan nyai. tulisan itu berwarna merah, anehnya baru kali ini kulihat tulisan itu.
terang saja aku terkejut setelah melihat tulisan itu, perasaanku semakin besar.
tolooooooooooongggggg..Aaaaaaaaaaaaaaa!!!! teriakan hilda terdengar dari dalam kamarnya. aku, uno dan hans langsung menuju kamarnya.
aku : ada apa hil? (sambil mendobrok pintu kamarnya)
hilda : (dengan panik) A hilang run, tadi dia tidur disampingku. dan ekarang lenyap.

tepat pukul 00.36 A hilang dari kamarnya, kami sibuk mencari dengan teriakkan-teriakkan namanya. Aaaaaaa..aaaa. aku keruang belakang, uno keruang depan, hans dan hilda keruang tengah,dapur dan kamar kosong pojok. 
Astafirugllah, hans terkejut melihat A telah tewas dalam bautan tali guling. lidahnya menjulur keluar dan jarinya menunjuk kearah atas dek kamar kosong itu.
tersentak olehku, ada apa dengan dek diatas ruangan ini. akhirnya keesokkan harinya kami memutuskan untuk mencari tahu apa yang ada dibalik dek villa ini. aku, hans dan uno, membagi tugas untuk masuk keatas dek. hilda menjaga dibawah sambil membri kode-kode dari bawah. aku mengarah dek belakang. uno kearah dek depan dan hans ke dek pinggir.
saat kusenter kearah pojok dek belakang, ada sebuah tulisan, NYAI.. Hah! aku terkejut setengah mati, tulisan ini lagi. kuputar kearah kiri,terdengar suara seretan..sreeeeeeet..srreeeeeeeeett. senterku menuju arah suara, tapi kosong. tiada apa-apa.
kubalik arah, Aaaaaaaaaa! astaga, apa itu, bayangan hitam besar. dengan sekencang tenaga aku putuskan untuk cepat-cepat turun. sambil berteiak "uno! hans cepat turun" hentak kaget, merekapun menyeret badan mereka dan tanpa diduga-duga.
buuukkkkkkkkk! uno terpeleset salah menginjak tiang dek tanpa tiang, dan dia terjatuh dari ketinggian dek villa. uno tewas terjatuh, kepalanya pecah membentur marmer villa. hilda : tidaaakkkkkkkk!!! unoooo! (sambil terisak dengan sedihnya) tak mungkin-tak mungkin..

aku : sudahlah hil, ini sudah takdirnya. kita haru cepat-cepat berbenah.

ketika sedang siap berbenah, listrik berkedip. dan mati.. aku, hans dan hilda hanya mempunyai senter sebagai penerang.
aku : mari kita keluar kawan, ada yang tidak beres disini
hans dan hilda : (mengangguk)
hilda : iiiiiiya run..lebih baik kita keluar

dengan nafas lega, kai berhasil keluar. dan tampak kakek tua sedang berjlan kearea depan villa kami. kek.. panggilku
kakek : ada apa nak?
aku : tttteeeman kamu meninggal kek. tooolong kek
kakek tua : itu adalah peringatan dari nyai nak, kan sudah kakek peringatkan hati-hati disana
aku : Nyai? nyai siapa kek
kakek tua : ya nyai, nyai tumenggung santi. ia penguasa daerah ini dahulu. tidak ada yang boleh menginjakkan ke seluruh villa ini tanpa membawa sesajen. nyai butuh sesajen, itu tradisi dahulu. kalian lupa membawa persembahan kepada nyai
hans : kami tidak tahu kek,kami baru pertama kali kesini
aku : iya kek, ini kali pertamanya kami berkunjung
hilda : (terdiam dan gemetar memegang tanganku)
kakek : lebih baik kalian berbenah diri untuk pulang, matahari sebentar lagi akan terbit. siap-siaplah kalian untuk berbenah. sebelum ada korban selanjutnya
aku : iiiya kek.
hans : iya kek

akhirnya dengan gugup kami bertiga menunggu diluar sambil mendekap,menunggu mentari terbit.
hari keempat, kami mulai berbenah diri untuk menyiapkan barang-barang bawaan dan memanggil ambulance untuk membawa jenazah uno dan A.
ini merupakan perjalanan yang mencekam bagi kami, sungguh tragis. hilda shock sesampainya dijakarta. 
aku dan hans hanya bisa terdiam atas kejadian yang menimpa kedua sahabat kami.
kehidupan memang sudah diatur oleh Tuhan, tiada yang tahu siapa yang bertahan siapa yang kalah siapa yang sementara. ini sebuah memory pahit yang akan kuingat dan kujadikan pengalaman hidup yang sangat berarti.
selamat jalan uno, A. semoga kesetiaan dan semangat kalian tetap damai dihati kita.
***

Date/Time: 15th March 2011 / 10:2:59
----------------------------------------------------------------------
ralat, jadinya cuma 4 hari mereka berlibur sayang
trus yg A tu namanya diganti sayang



Melukis Dini Hari

Suara-suara ini kembali terdengar dari balik pintu kamarku, ini kedua kalinya suara hentakan kaki yang tiba-tiba hilang. Pukul 02.10 dini hari aku asyik melukis kelakar pohon tua, dalam alunan kuasku tiba-tiba tak..tak..dua langkah terdengar pelan. Dari arah belakang, seperti menuruni anak tangga. Kubuka pintu kamar dan kulihat sekitar. Kosong,tiada orang satupun yang terdengar hanya dengkuran kamar sebelah.
ah, hanya halusinasiku saja. kulanjutkan melukis dan terdengar lagi takk..tak..tak..kali ini tiga langkah dekat kamarku..Astafirugllah, Allahhu Akbar. Bulu kudukku merinding mendengar suara langkah kaki itu, kulihat dari balik pintu kamar. Tidak kutemukan orang satupun. Semakin merinding kurasakan malam ini, cepat-cepat kubaca ayat kursi. Dan kuputar televisi agar terdengar suara hingga hilang rasa takutku.

halaman 2
hari selasa, aku terbangun pada pukul 07.20. Pagi yang segar, kuhirup udara pagi dari pintu galeriku. ah, saatnya membuat kopi pagi seperti biasanya.
kubuka pintu galeri dan menyapa tetangga depan, pagi bu. Selesai membuat kopi kulanjutkan menambahkan warna pada lukisan semalam.
Tak lama tamu datang dari depan galeri,
Mbah Marjan : Assalamualikum dek,
Aku : Walaikumsalam,eh bapak..masuk pak
Mbah Marjan : lukis naon dek?
Aku : ieu,pohon mbah. kumaha mbah rame ngamen?
Mbah Marjan : ah, biasa dek.
Dipegangnya lukisanku sambil komat-kamit tak jelas, entah doa atau mantra. Yang kutahu Mbah bisa berhubungan dengan alam gaib.
Aha! ini kesempatan meminta tolong mbah tentang kejadian semalam.
Mbah, semalem abdi teh denger suara langkah kaki dibelakang. Gaib mbah, 2 kali abdi denger jam 02.10.
Mbah Marjan : eta penunggu sini dek, keliatan dari sini tah mahkluknya. Cewek.
Lalu Mbah langsung kebelakang mengarah ke tangga. disinilah mulut Mbah komat-kamit membaca doa. Setelah membaca doa, diajaknya ngobrol. Aku tak mengerti apa yang dibicarakan, sunda lama lumayan membuatku bingung.
Mbah Marjan : Jadi dia teh sudah lama didieu dek, namina Putri Sekar Ayu. Masih muda, dulu 

halaman 3
Meninggal disini, arwahnya disini, tapi teu ganggu. Tersesat katanya, teu tau jalan pulang.
Aku : O gitu ya Mbah, teu ganggu kan Mbah?
Mbah Marjan : Teu ganggu, cuma numpang lewat semalem. Bingung dia teh. tos Mbah bilang jangan ganggu.
Aku : Nuhun Mbah.
Bulu kudukku merinding lagi mendengar cerita Mbah barusan, untunglah tidak ganggu. Ternyata penunggu kosan ini, yang sudah lama semenjak sebelum dibangun kosan ia telah ada disini. Wanita muda berumur 23 tahun yang meninggal bunuh diri, hingga dia tetap gentayang disini. sudah 126 tahun sekarang umurnya kata Mbah. Tapi tetap cantik dan baik tadi diajak ngobrol.
Syukurlah kalau begitu, kami melanjutkan obrolan di ruang gelari. Mbah menasehatiku dengan larangan-larangan berbicara kotor disini dan berbuat janggal.
Setelah usai pembicaraan, kumulai dengan sesuatu yang baru. Tingkah laku yang sopan dan melukis dengan meminta izin kepadanya.

***
8 april 2011


Date/Time: 13th April 2011 / 5:15:47
Folder: Ubeb tulisan 2011(4-)
----------------------------------------------------------------------
lomba Keselamatan Jalan
judul     : Aspal Reyot
Deadline : 30 April 2011

Jalan ini dinamakan jalan lintas 90, satu-satunya akses menuju desa kuala tungkal. disana aku bekerja, diangkut bis terguncang-guncang selama 2 jam tak henti karena badan jalan yang rusak parah, reyot tak terusus pemerintah. apa saja kerja pemerintah perhubungan jalan selama ini, apa tidak melihat atau mendengar ucapan masyarakt atau pendatang yang melalui jalur ini? aku heran melihat lambatnya sikap pemerintah dalam penangganan aspal-aspal yang rusak. terkadang mobil bis yang kutumpangu tersangkut dilubang-lubang aspal yang besar. jalur ini sering dilalui truk-truk mengangkat sawit dan pohon akasia, tentu saja infrastruktur jalan harus kuat. jalan lintas ini sudah lama tidak diperbaiki, dapat kulihat dari bentuk jalan serta kondisi badan aspal yang tak menentu.
seringkali kasihan melihat para wanita yang didalam bis melewati jalur 90 ini. banyak yang muntah karena goncangan kuat lubang-lubang jalan.

halaman 2
sudah 6 bulan aku lalui jalan ini, hampir tidak ada sentuhan para petugas jalan serta pemerintah menanggani kasus kerusakkan jalan ini. pikirku sampai kapan jalan ini akan diperbaiki?
mungkin menunggu ada korban lagi baru pemerintah perhubungan turun tangan, kemana dana APBN selama ini jika tidak dipergunakan untuk kepentingan prasana umum? masyarakat banyak mengeluh dengan sikap pemerintah yang lamban dalam menangani kerusakkan jalan.
satu-satunya akses jalan kota Jambi menuju kabupaten Tungkal adalah jalur ini, disini terdapat banyak pabrik-pabrik kayu,pulp,sawit,serta minyak bumi dan gas. seharusnya pihak-pihak yang terkait cepat turun tangan mengatasi akses jalan yang rusak, tapi kami sebagai kaum kecil hanya bisa diam dan menunggu datangnya kesadaran.

halaman 3
Ini hari terakhirku kembali pulang kekota Jambi setelah mengundurkan diri dari tempatku bekerja. kendalanya adalah akses jalan yang cukup parah, kerusakkan tidak cepat diperbaiki. hampir puluhan karyawan dari perusahaanku mengundurkan diri. jarak yang jauh memang menjadi kendala utama, tapi jika saja keadaan jalan teratur, aspal yang rata serta petunjuk arah yang jelas ditanggani pemerintah mungkin hal ini tidak akan terjadi.
berharap dan kami hanya bisa berharap sebagai masyarakat, menunggu datangnya keajaiban kesadaran para pemerintah dinas perhubungan.

***














MITOLOGI DALAM REFLEKSI KEKINIAN
WWW.BENTARABUDAYABALI.WORDPRESS.COM
20 MEI 2011

Wilayah Sekabisat Sandiwara
oleh : Mahabrata Liwangi
08 April 2011

Parasut paralayang menyampaikan tali pusat ibu pertiwi, dahulu aku tak mencumbu kolusi
apalagi kepiawaian mencampuradukan fakta jadilah rekayasa sedap piring emas
Orang-orang sibuk menandakan uang didasinya
Orang-orang sibuk mendandani diri dengan bau monopoli kata
Manipulasi ilusi yang beranak-pinak pada wong cilik
Dimana-mana darah manusia yang dijilat hukum
Para hakim bersin menandakan tidak masuk akal
Hukumku goyah pontang karena rupiah
Dimana-mana riak air darah dalam tubuh
Tua,muda,renta meminta keadilan meretas telur
Teriak gusar terapi diri dalam jendela kamar besi
Kami tak berdasi yang dilumat kaum berdasi
Kami berdarah becak yang dihempas darah biru
Dimana-mana pelangi mengucur warna merah
Meringkih sejarah yang terlupakan terbawa debu

***


Merampas Pengembaraan Hidup

oleh : mahabrataliwangi
@liwangi
email : mahabrataliwangi@yahoo.com
proyek : nulisbuku.com
tanggal 1 April 2011

6 tahun sudah cukup bagiku menekam di balaik jeruji besi, hukuman yang kudapt seimbang dengan apa yang telah kuperbuat. semua telah terjadi,akulah orang bodoh yang tak dapat memilih jalan yang baik dan benar. terjerumus dan ikut-ikiutan dalam dunia yang bebas membuatku jatuh ke dunia hitam.
bersambung  hal. 1
(2)kuhirup udara kebebasan yang segar dari luar gerbang penjara nusa kambangan, selamat tinggal masa lalu. kini aku telah lahir kembali menjadi manusi baru. ya, aku yang baru. bukan adriano yang dulu.

aku mulai melangkahkan kaki,berjalan mengelilingi daerah sekitar,pasar melewati toko-toko. sangat berbeda dengan enam tahun yang lalu.

mulai kuberpikir, mau kemana aku tinggal, orang tua tiada, ria kakakku di jogjakarta, boy adikku di probolinggo. aku binggung untuk sementara waktu. akhirnya kuputuskan untuk duduk di taman kota, sejenak berpikir apa yang harus kulakukan menjadi orang baru.


sambungan halaman 1.1

menjadi pengedar shabu dan pemakai sangat membuatku nyaman untuk menjalani hidup, layaknya gangster di luar negeri. kami semua berkumpul di basecamp dan jika tidak punya uang, seperti biasanya memalak para remaja yang emlintas daerah kami. lorong-lorong sempit yang tersebar di daerah tongkrongan, sering kami jadikan medan tepat untuk memalak. sekedar goceng atau ceban, jika dikumpulkan seharinya bisa 200 sampai 400 ribu, cukup untuk membeli bir dan shabu.

semenjak keluargaku tiada ditelan banjir bandang, semua musnah. ayah dan ibu meninggal. Tuhan masih memberiku jalan untuk hidup. aku di basecamp saat kejadian. beban yang berat semakin memukul diriku, tiada tempat mengadu,tiada tempat berteduh, hanya disnini keluargaku. gangster dan shabu adalah penyemangat.

setiap harinya kuantar pada costumer yang menjadi langganan shabu kami, diatas jam 00.00 biasa kami bertransaksi barang. saat yang tepat dimana aparat telah tidur bersama istrinya.

sambungan halaman 1.2

merampas harta milik orang, memalak, serta menghabisi orang jika benar-benar melawan itulah yang aku lakukan. tatto telah kubuat pada lengan kiriku, naga berbelit pedang, ini kepribadian diriku yang sangat suka bermain otot. jika saja ada yang melawan aku langsung saja menghabisi sampai ia tak berdaya.

kesal dan bodohnya aku saat memalak anak polisi, saat siang bolong. tentu saja ia langsung mengadu ke bapaknya, aku seperti ayam ditangkap. dibasecamp aku dijerat dengan pukulan keras dengan pistol tepat dikepalaku.

sial, aku tak berdaya kini, habislah aku. masuk bui dan tiada lagi kesempatan untuk berkumpul. aku divonis selama 6 tahun penjara, pidana telah ditetapkan sebagai pengedar,pemalak,pemakai. selama mendengar hakim membacakan berita acara, aku menunduk dan diam tak berbicara sedikitpun. ini sudah takdirku.


sambungan hal 2

orang-orang sibuk berlalu lalang didepanku, mereka sangat riang menjalani hidup tampak dari wajah-wajah mereka. aku pun harus bisa seperti mereka. langsung aku beranjak melangkahkan kaki untuk ke masjid, sekitar pukul 13.06 waktunya shalat dhuzur. disana kusempatkan untuk membersihkan badan dan setelahnya aku melakukan ibadah. disinilah tempatku mengadu. aku mohon kepada Allah tunjukkanlh jalan baru di hidup baruku, hanya itu. aku ingin bertobat. insyaallah, akan kucari pekerjaan yang halal.

selesai shalat kakiku menuju sebuah warung makan, tepatnya warung pa' jul, Bakso Urat Khas Ambon. mana mungkin aku masuk, uangpun tidak ada. lama aku berdiri didepan toko ini bukan untuk makan tetap mengharapkan pekerjaan disini.

penjaga toko : hei..ngapain kamu berdiri disitu..sana-sana pergi.

apa yang salah dengan diriku sampai diusir seperti kucing kampung, ah mungkin saja karena potongan pakaian lusuh ini dan potongan rambutku.

aku harus cepat memangkas rambut dan mencari pakaian layak. langsung terpikir olehku untuk ke basecamp, tapi! tidak! aku tidak akan kesana dan kembali lagi. aku harus mencari jaln sendiri,ya harus.

halaman 3

akhirnya kuputuskan untuk menjadi buruh paruh waktu di toko beras, kuangkat beras dari gudang ke truk-truk untuk dibawa ke toko-toko. lumayan selama 3 jam bekerja mendapat upah 15.000, uang ini bisa kubeli pakaian dan memangkas rambutku. langsung saja aku menuju ke pangkas rambut di pasar. kupotong pendek, agar terlihar rapi. selesainya kulanjutkan membeli pakaian BJ yang sesduai ukuran tubuhku, aha! ini ia, kemeja hitam dan celana dasar. lumayan. hanya sepuluh ribu baju dan celana ini.

sekarang aku telah rapi, maka waktu harus kukejar sebelum matahari terbenam. aku kembali mengitari toko demi toko di daerah ini. ada sebuah toko makanan, warung kopi santai, disini sepertinya aku layak mencoba. ya harus kucoba.
langsung kumasuki toko ini, menuju ke karyawan toko, wanita cantik berambut panjang.
aku : maaf mbak, apa disini ada lowongan kerja?
karyawan : waduh, saya kurang tau mas, coba saya tanyakan ke bapak ya. tunggu sebentar.

Aku : iya mbak, terima kasih.
tak berapa lama karyawan itu datang dengan bosnya.
karyawan : ini pak yang menanyakan pekerjaan
bos : kamu,.. no..adri? adriano bukan?
aku : iya pak, benar.
(bingung kenapa dia bisa tahu namaku)
bos : ini aku no, dodi. lupa kau. ah!



sambungan halaman 3

dodi..dodi.. kawan sma nusantara dulu.
aku : ooo.. dodi, wah kau berubah sekarang (sambil kepegang pundaknya yang berotot) beda kau sekarang. besar, tinggi dan berotot. jadi ini tokomu dod?
bos: ya no, ini tokoku, kurintis dari nol. hingga akhirnya sebesar ini. mari-mari kita duduk dulu biar santai. (e..sari tolong ambilkan jus mangga 1)
karyawan : baik pak
aku : kau msih ingat saja minuman kesukaanku dod. hebat kau, sekarang sudah menjadi bos besar.
bos : yah..inilah rezeki yang Allah berikan no, aku merintis karir dari kecil hingga akhrinya dapat kubeli brand nama tokoku untuk hak paten dan membuka 10 cabng toko kopi ini.
aku : hebat kau dod, aku salut dengan usahamu. jadi sekarang kau tinggal dimana dod?
bos : aku tinggal di valentino square, apartment lantai 9 kamar 56. ini kartu namaku no. kau ingin bekerja bukan?
aku : iya dod, aku butuh pekerjaan. kau tahu sendiri kan sejarahku. pahit. untunglah ketemu kau disini dod.
bos : semua sudah digariskan no.baik, jika begitu kuberikan tanggung jawab penuh untukmu no untuk mengurus toko ke 6 ini. aku mulai kerepotan mengurus cabng-cabangku yang lain. kau tak keberatan bukan no mengurus toko ini?
aku : maksudnya apa dod? aku jadi    


sambungan halaman 3.1

wakilmu?
bos : iya, wakilku. ah.. sudahlah, jangan sungkan. kita sudah sejak lama kenal. aku tahu kapasitasmu no. kau mampu membantuku. tenang saja, semua kuatur. kau jalankan saja cabang ini.
aku : terima kasih dod, terima kasih..(sambil berdiri kupeluk dodi)
bos : santai saja, kita kawan lama. sudah sewajarnya kita saling bantu. bukan begitu no? dulu kau sering membantuku dalm pelajaran. sekarang aku membantumu. imbas bukan? hahaa..
aku : tapi ini seperti mimpi dod, terima kasih banyak atas kepercayaan yang diberikan ke aku dod. akan kubantu menjalani bisnis ini.
bos : baik, kalau begitu. mari kukenalkan tentang produk dan karyawan-karyawanku no.

kami berjalan memutar sekeliling toko, dodi menjelaskan secara detail tentant riwayat toko ini, produk-produknya serta karyawan-karyawan yang ada disini. ini merupakan mimpi bagiku, apa ini hidup baru yang Allah janjikan kepadaku?. terima kasih ya Allah, anugerahmu begitu besar.

hari demi hari berangsur-angsur memulihkab hidupku, ini hidup baru yang kualami sangat berbeda dengan sebelumnya. pepatah lama yang selalu kuingat adalah "jika ada kemauan, pasti ada jalan dibaliknya". ini fakta nyata yang kualami setelah


terjerat dalm dunia hitam,masuk bui selama 6 tahun. akhirnya aku mendapatkan hidup baru dan akan kujalankan sebaik-baiknya. kelak akan kujadikan cerita berharga bagi anak-anakku.

***
THE END


tema berikutnya tentang perjuangan masa lalu
judulnya : setetes darah sejarah yang mengalir





feodalisme pada tangan-tangan tirani besi, negara yang terhamburka oleh carut marut politik adu kekuasaan dan demi apapun adalah ketidakwajaran terjadi dinegara ini. almarhum ginanjar suparman adalah ayahku yang dulunya prajurit angkatan '45 telah matiaimatian bertempur malawa penjajah dan akhirnya dengan semangat dan jiwa prajuritnya ia meninggal di medan tempur sewaktu melawan jepang ditanah -ndonesia, nganjuk jawa timur. sederet teman-teman ayah ikut tewas dikala perlawanan menjaga keutuhan negara ini dari kekuasaan tirani jepang. nais ketika kudengar cerita dari pak Tirno Yosningrat, ia bercerita "pada tahun '45 kami berperang dengan senjata seadanya, semua prajurit menggunakan senjata yang bisa dijadikan senjata. ada yang dari bambu, pisau, parang, besi, kayu panjang, golok, keris, rencong, dan tombak. segala alat yang bisa dijadikan alat berperang kami jadikan alat utama untuk melindungi diri. ketika itu ayahmu dengan gagah menggunakan tombak yang sangat tajam, dengan gagah ia bunuh tentara jepang satu per satu, tapi Tuhan berkata lain. ayahmu tewas ditembak ketika sedang melawan ratusan tentara jepang. kami hanya 68 tentara yang melindungi kota Nganjuk saat itu 




saat itu. dapat kau bayangkan jauh total perbandingan prajurit negara ini dibanding tentara jepang yang dengan lengkap mempersenjatai diri mereka, tapi kami para prajurit tida pernah patah semangat untuk terus mempertahankan negara ini sampai tetes darah terakhir. ayahmu seorang prajurit sejati nak. ia tewas dengan terhormat mempertahankan bangsa ini dari tangan jepang.
          ***




semua yang diceritakan kepadaku adalah fakta nyata mengenai semangat juang yang besar. seiring perkembangan waktu para veteran angkatan '45 hanya bisa terdiam melihat nasib mereka, rumah-rumah yang mereka tempati tidak sesuai dengan upaya dan kerja keras dahulu mempertahankan negara dari penjajah. apa ini yang dinamakan negara, yang tidak menghormati para pejuang dahulu, selayak habis manis sepah dibuang.
para birokrat dan pemerintah seakan tak peduli dengan nasib-nasib mereka, apa yang harus dilakukan anak muda saat ini adalh mencuatkan semangat angkatan terdahulu untuk menghormati dan tetap menghormati sejarah, sangat mengahrukan melihat teman-teman ayahku yang masih hidup sampai sekarang, senyum mereka adalah tangis yang selalu tersimpan di hati. ya para pejuang-pejuang negara tanpa mngenal tanda jasa.




sekaran sudah 55 tahun kemerdekaan negara ini bebas dari jajahan para penjajah. tapi tetap saja, para penerus yang benar-benar memegang arti sejarah hanyalah segelintir orang. negara masih saja terjajah oelah produk-produk negara luar, terjajah dengan kekuasaan negara-negara besar yang sedikit demi sedikit mengabil kekayaan negara ini. siapa lagi penerus untuk mempertahankan negara tercinta jika tidak ada orang yang peduli, aku heran jika melihat negara yang sangat manja dengan kehidupan, hanya mementingkan pribadi semata dan tidak peduli akan keutuhan negara dan kekayaan didalamnya.




"jangan pernah meluapaan sejarah" kata-kata soekarno presiden RI pertama. dengan intelektualitas yang tinggi ia dapat membuat para pemimpin negara lain tunduk, menghormati segala tindakan yang dilakukannya dala masa kepemimpinannya saat itu.




Haryono Galuh Bratayuda ayahku meberi nama kepadaku, sebuah nama yang harus kujaga sesuai pemberian pejuang. ayahku engkau adalah pejuanag sejati yang tidak akan dilupakan sejarah sampai kapanpun jua.
saat ini aku bekerja pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi Jawa Timur. ya aku memilih jalur pegawai negeri, untuk tetap meneruskan nilai juanag ayahku. berbeda kerja tapi nilai-nilailuhur yang aku dapatkan akan terus aku terapkan dalam bekerja. mengherankan jika melihat kasus-kasua kolusi,korupsi sert nepotisme. inilah budaya baru yang dibuat zaman milenium pada bangsaku, setiap tahun korupsi terjadi di tubuh negara bakan yang terbesar terjadi pada pegawai negeri sipil.




negara ini telah lama melupakan sejarah, suatu saat jika budaya yang tidak seharusnya dipertahankan terus dijalankan maka tidaklah heran, negara ini akan habis dijajah oleh negara adikuasa.
siang hari pada jam makan siang, aku sempatkan untuk ziarah kemakam ayah, memebersihkan makam gagahnya dengan bendera tergantung disamping makamnya. disinilah har berjanji ayah, akan terus mengikuti pedoman-pedoman yang ayah ajarkan dan semangat juanag yang jujur. ayah jika kau mendengar ceritaku tentang negara ini janganlah bersedih, karena kerja keras ayah dahulu hanyalah dipandang sebelah mata oleh negara ini. jangan takut ayah, har tidak akan pernah melupaan sejarah dan tidak akan pernah. (sambil kusentuh kepala makam berlapis marmer putih ayahku, dan hormat kearahnya, aku pergi dengan hentakkan kaki layak prajurit menghadap komandannya).
***

Melukis Dini Hari

Suara-suara ini kembali terdengar dari balik pintu kamarku, ini kedua kalinya suara hentakan kaki yang tiba-tiba hilang. Pukul 02.10 dini hari aku asyik melukis kelakar pohon tua, dalam alunan kuasku tiba-tiba tak..tak..dua langkah terdengar pelan. Dari arah belakang, seperti menuruni anak tangga. Kubuka pintu kamar dan kulihat sekitar. Kosong,tiada orang satupun yang terdengar hanya dengkuran kamar sebelah.

ah, hanya halusinasiku saja. kulanjutkan melukis dan terdengar lagi takk..tak..tak..kali ini tiga langkah dekat kamarku..Astafirugllah, Allahhu Akbar. Bulu kudukku merinding mendengar suara langkah kaki itu, kulihat dari balik pintu kamar. Tidak kutemukan orang satupun. Semakin merinding kurasakan malam ini, cepat-cepat kubaca ayat kursi. Dan kuputar televisi agar terdengar suara hingga hilang rasa takutku.




halaman 2
melukis dini hari

hari selasa, aku terbangun pada pukul 07.20. Pagi yang segar, kuhirup udara pagi dari pintu galeriku. ah, saatnya membuat kopi pagi seperti biasanya.

kubuka pintu galeri dan menyapa tetangga depan, pagi bu. Selesai membuat kopi kulanjutkan menambahkan warna pada lukisan semalam.

Tak lama tamu datang dari depan galeri,
Mbah Marjan : Assalamualikum dek,
Aku : Walaikumsalam,eh bapak..masuk pak
Mbah Marjan : lukis naon dek?
Aku : ieu,pohon mbah. kumaha mbah rame ngamen?
Mbah Marjan : ah, biasa dek.

Dipegangnya lukisanku sambil komat-kamit tak jelas, entah doa atau mantra. Yang kutahu Mbah bisa berhubungan dengan alam gaib.

Aha! ini kesempatan meminta tolong mbah tentang kejadian semalam.

Mbah, semalem abdi teh denger suara langkah kaki dibelakang. Gaib mbah, 2 kali abdi denger jam 02.10.

Mbah Marjan : eta penunggu sini dek, keliatan dari sini tah mahkluknya. Cewek.

Lalu Mbah langsung kebelakang mengarah ke tangga. disinilah mulut Mbah komat-kamit membaca doa. Setelah membaca doa, diajaknya ngobrol. Aku tak mengerti apa yang dibicarakan, sunda lama lumayan membuatku bingung.

Mbah Marjan : Jadi dia teh sudah lama didieu dek, namina Putri Sekar Ayu. Masih muda, dulu 


halaman 3
melukis

Meninggal disini, arwahnya disini, tapi teu ganggu. Tersesat katanya, teu tau jalan pulang.
Aku : O gitu ya Mbah, teu ganggu kan Mbah?
Mbah Marjan : Teu ganggu, cuma numpang lewat semalem. Bingung dia teh. tos Mbah bilang jangan ganggu.
Aku : Nuhun Mbah.

Bulu kudukku merinding lagi mendengar cerita Mbah barusan, untunglah tidak ganggu. Ternyata penunggu kosan ini, yang sudah lama semenjak sebelum dibangun kosan ia telah ada disini. Wanita muda berumur 23 tahun yang meninggal bunuh diri, hingga dia tetap gentayang disini. sudah 126 tahun sekarang umurnya kata Mbah. Tapi tetap cantik dan baik tadi diajak ngobrol.

Syukurlah kalau begitu, kami melanjutkan obrolan di ruang gelari. Mbah menasehatiku dengan larangan-larangan berbicara kotor disini dan berbuat janggal.

Setelah usai pembicaraan, kumulai dengan sesuatu yang baru. Tingkah laku yang sopan dan melukis dengan meminta izin kepadanya.

***
8 april 2011
Children Words
Tema : realita budaya dunia – ke anak-anak
Fakta cerita-fiksi
Deadline 5 Juni 2011

Meniru Pilu

Budaya kotaku ambruk ditelan zaman yang semakin mengajak manusia goyangkan nurani untuk ikut serta dalam keragaman trend masa kini, kotaku seakan mengabaikan sejarah. Timur yang dikoyak umur, apalagi yang dikehendaki zaman sampai tak tersisa sama sekali pada kebudayaan bangsa, anak-anak seakan tak tau menau, karena yang ada hanyalah sebuah keadaan dimana bangsa ini telah asyik tersihir oleh kemajuan yang salah. Zamanku yang edan zamanku yang malang.

Selama ini aku mengajar di sekolah taman kanak-kanak, disini ada banyak anak-anak yang cerdas dan dapat menyaring segala yang ada di kehidupan. Memang inilah tujuanku mengajar, harus bisa memilih dan hidup memang untuk memilih. Logika harus dijalankan bukan hanya hasrat untuk sekedar mengikuti hati nurani yang tidak ada habis-habisnya. Selama 7 tahun menggajar di sekolah ini, sudah banyak yang telah kuceritakan dari sebuah kejadian-kejadian aneh dimasa ketika mereka belum mengenal kata dan mengenal baju-baju impor, sedikit kuceritakan asal mula batik yang khas Indonesia, anak-anak seakan tersihir dan bengong mendengar ceritaku, inilah batik, baju yang bapak kenakan sekarang, inilah baju asli Indonesia anak-anak, kita harus memakai pakaian ini dihari-hari besar, Karenna jika kita mencintai budaya leluhur maka budaya bangsa akan terus terjaga dan tidak akan punah. Bayangkan saja jika sebuah kebudayaan bangsa yang diacuhkan oleh rakyatnya, apa akan tetap terjaga dan terus maju? Ini merupakan sesuatu pekerjaan besar bagi para manusia-manusia yang kurang mengenal budaya sendiri dan lebih mengenal budaya asing yang sangat mewah.

Sudah seharusnya aku memulai kajian tentang budaya, harus lebih menitikberatkan tentang pentingnya memelihara sesuatu yang seharusnya dijaga. Dimulai dari diri sendiri, anak-anak muridku dan masyarakat sekitar. Aku memang bukanlah siapa-siapa, tapi bagiku sebuah budaya adalah harga mati yang harus dijaga, tetap harus dilestarikan. Atau lebih baik pecundangilah diri yang terlahir di Indonesia tetapi tidak bisa menjaga budaya asli negeri ini.
Sebentar lagi adalah peringatan 17 Agustus, aku berperan sebagai dewan juri perlombaan busana daerah. Semoga ini berhasil dengan ajaran yang telah kulakukan setiap harinya kepada anak muridku. Tinggal 2 hari legi menjelang perlombaan, aku sibuk menyiapkan penilaian yang jujur. Pastinya sangat lucu melihat lengak-lengok para murid yang masih kecil yang berjalan layaknya para model di arena catwalk.
Hari Selasa, acara dimulai pukul 08.00 pagi,





***
Rintik Merupa Nada
by Mahabrata Liwangi @Liwangi

ruang baca yang dipenuhi buku-buku sastra,pedoman hidup,sejarah dan lain-lain menumpuk diruang ini. huh..sesekali aku benar-benar kerepotan membereskan buku-buku kesayanganku. nyawa pada hidupku telah ditularkan buku, ruh yang ada adalah kata-kata dan ruangan ini adlah surga kecilku untuk berkarya. sengaja kubuat dengan senyaman mungkin untuk membaca, ruangan berukuran 3X4 ini telah kuimpikan semenjak semester akhir kuliah. jauh hari telah kusipakan rancangan untuk menempatkan buku-buku istimewa, ya ibarat manusia jua kusuguhi jamuan ringan kebersihan setia harinya pada tumpukan buku dibawah meja, dilantai sebelah kiri dan di rak-rak buku yang terbuat dari kayu jelutung melingkar ruang baca.
ruangan ini sudah menjadi ruangan favorit aku dan suamiku, untuk menulis, terkadang kami habiskan weekend untuk menulis, membaca dan berdiskusi berdua.
petang hari sangat mendung ketika kurapikan ruang baca, kutatap jam di atas rak buku, waktu menunjukkan pukul 16.50. sebentar lagi suamiku akan pulang kerja. dengan secepat kilat kubersihkan tempat ini. tak lama, sekitar 10 menit semua buku kembali ketampat semula dan rapi tertata. suamiku merupakan tipikal lelaki yang rapi,perfectionisx ia selalu ingin segala sesuatunya bersih dan indah dipandang. tak jauh denganku, hanya terkadang aku lambat dalam merapikan.
tepat pukul 17.00 kubuka pintu depan rumah untuk menunggu sumiku, seperti biasa ia tidak pernah lewat dari jam 17.00 sepulang kerja. tampak dari luar pagar suamiku pulang dengan mengendarai vespa tuax biru muda warna favoritnya.
suami : Assamualikum..(sambil dikecupnya keningku) ma..
aku : walaikumsalam.. (sambil kubawakan tas kerjanya yang berwarna hitam). gimana pa hari ini dikantor?
suami : yah.. gitulah ma, seperti biasa. kerja, kerja dan kerja, sebuah rutinitas yang jenuh tapi semua pekerjaan selesai ma.
aku : alhamdulilah kalau gt, yang penting semua sudah beres pa. ini tehnya pa, barusan mama buat tadi. mau minum ditempat biasa atau disini pa?
suami : ditempat biasa dong ma.


kami menuju ruang belakang yng dipenuhi tanaman-tanaman kecil dan sebuah kolam dengan air mancur yang riaknya sangat tenang. kami terbiasa mendengar air, karena suaranya dapat membangkitkan gairah untuk menulis. cuaca diluar semakin mend, melihat suamiku meminum secangkir teh. akhirnya kuputuskan untuk membuat teh juga di dapur.
aku : sebentar pa, mama ke dapur dulu.
suami : iya ma
setelah kubuat secangkir teh hangat hujan mengguyur begitu lebatnya. hah ini yang kutunggu, sebuah undagan untuk kulihat nada-nada indah hujan dan aroma tanah yang meringankan suasana.
kuhampiri suamiku diruang belakang, (dari dekat kulihat ia termenung, ini sudah hal biasa bagi dirinya).
aku :pa, termenung ya..ayooo mikirin apa
suami :ah, ngak kok ma, cuma mikirin karya-karya untuk pameran bulan depan
aku : sudahlah pa, semua pasti berjalan dengan sempurna, percayalah
suamiku: amin, semoga ya ma.
tidak berapa lama kemudian, suamiku menuju ke wc untuk mandi. aku duduk dibelakang sambil kubuka jendela dan melihat tetes demi tetes air yang jatuh, sungguh indah. lama kuberdiri dibalik jendela kaca berlapis kayu jelutung plitur hitam. sampai-sampai aku tak menyadari telah setengah jam kuberdiri disini untuk menatap hujan,   
aku langsung menuju kamar untuk melihat suamiku, hah..ternyata dia tidak ada. kemana dia tanyaku dala hati, ah mungkin diruang baca. aku bergegas menuruni anak tangga untuk menemui suamiku.  kulihat dari balik pintu ruang baca, suamiku sedang menulis dikertas, entah apa yang ditulisnya. terus saja kuintip dengan ditemani heningnya hujan disore hari. ia begitu sejati dalam menulis, itulah yang membuatku jatuh hati kepadanya. cinta sejatiku yang kunantikan semenjak lama, dan akhirnya Allah menunjukkan ia padaku.
kusudahi melihat suamiku menulis dan masuk keruangan tersebut, pa lagi menulis apa?
suami: biasa ma, puisi untuk dikirimkan kekoran besok..
aku : (sambil memijit pundaknya) iya pax menulislah. apalagi sekarang adalah suasana yang kita sukai. hujan pa.
suami: iya ma, benar itu juga yang mengundang inspirasi papa untuk menulis, jika tidak ditulis nanti hilang kata-kata itu kan rugi ma
aku: iya pa, menulislah

kubiarkan suamiku menulis dan menuju kedapur untuk menyiapkan hidangan malam. hujan begitu bersahabat dengan jiwa kami. jika saja setiap harinya hujan maka tulisan-tulisan yang ditulari oleh inspirasi rintiknya akan bebas mengalir. bumi ini sangat indah untuk dilukiskan dengan kat-kata. aku telah menyempurnakan baris per baris lirik lagu dan puisi hasil karyalu untuk dinyanyikan oleh teman-teman dan para pemesan yang datang tiap minggunya. intonasi nada pada lirik lagu yang kubuat adalah tarian hujan yang mendenting pelan kemudian keras, sehingga itulah yang menjadi gaya tulisan pada setiap nafas-nafas lirik dan puisi-puisi yang kuciptakan aku serta suamiku diselang hari demi hari.
hujan merupakan semangat yang siap dilukiskan dibalik embunnya pada kaca jendela, hujan adla elegi-elegi bahagia yang mengkerucutkan vertikal transendensi struktur kata menjadi baris indah, karenanyalah aku namai buku antologi pertamaku Rintik dan Nada.
bermimpi dan bermimpi, menulis da untuk menjadi penulis. dan semuanya telah berjalan sebagaimana mestinya.
hidup akan terus mengalir bak air yang tenang hingga pada telaga-telaga sepi yang indah.
***



Jambi, 13Maret2012
teruntuk : Rani Amalia Busyra



Sehampar Karikatur Senja
by Mahabrata Liwangi @Liwangi

lumuran hujan membasahi sekujur tubuhku, sore yang ke 27 ini kembali kuterima sapaan hujan menyemai tubuh sepenuh penuhnya. sore pukul 17.00 telah menjemput kakiku untuk pulang dari rutinitas kerja. memang sebuah rutinitas yang menjenuhkan, tapi inilah hidup memang harus dijalani atau tidak sama sekali. hingga pada perjalanan menuju halte bis tempat biasa aku menunggu bis, hujan kembali menyapa tubuhku, tiba-tiba byuuuuuurrrrrr...hujan memuntah dari langit tanpa aba-aba. 15 meter menuju halte bis seluruh tubuhku basah kuyup, rambutku basah oleh derai derai hujan dan angin besar. sesampainya di halte tampak lelaki paruh baya seumuranku sedang duduk di halte sendiri. ia menyapaku dengan kening yang menggerut cemas. "mbak kehujanan, basah kuyup begitu, tidak bawa jaket mbak?" aku : iya kehujanan td menuju kesini pak. "ia menjawab" mbak pakai jaket saya aja, nih. saya gak sanggup liat wanita kehujanan. pakailah jaket saya mbak. jawabku : waduh, gak usah pak. saya sudah terbiasa kehujanan kok. "ambilah mbak, pakai sebelum masuk angin. tiba-tiba bis tujuan kotagede datang,dan ia langsung menuju bis dengan cepat. sambil berkata, saya duluan mbak,assalamualikum. walaikum salam "jawabku". tanpa kusadari jaket 
yang ia berikan kepadaku telah tergeletak di kursi halte. pikiranku mulai keras mau kupakai jaket itu atau tidak, ah..dengan cepat karena tubuhku kedinginan akhirnya kuambil jaket yang diberikannya untuk kupakai, karena kedinginan selurh tubuhku gemetar tak menentu. tak berapa lama bis tujuan magelang akhirnya tiba, langsung saja aku masuk ke bis dan duduk tenang sambil kugosokkan tangan agar kehangatan sedikit mengobati dinginnya sore ini.
sore yang terguyur oleh hujan lebat usai dipukul 18.45, aku sampai dirumah. Assalmualaikum.. "walaikumsalam ibuku menyahut pelan" eh, vi kamu basah kuyup lagi, dasar gadis hujan, suka sekali mandi hujan. kenapa gak nunggu reda dulu tadi?, tadi pas jalan pulang menuju halte hujan deras ma, jadi tanggung mau berteduh. sekalian aja lari ke halte biasa jadi basah kuyup deh. mama, vi mandi dulu ya.. "iya, lekas cepat mandi supaya gak pusing. setelah itu makan malam, hari ini ada soup ayam kesukaanmu dan kerang sambal hijau. horeeee mam memang koki hebat,nanti pasti vi nambah maknnya soanya perut lapar ma,hehee kehujanan sih. (langsung kubergegas keatas menuju kamar,membuka pakaian dan mandi dengan cepat). setelah selesai mandi kudapati jaket yng diberikan lelaki tadi. kenapa lelaki itu begitu baik dalam benakku. tanda tanya membabi buta dalam pikirku, baru kali ini kualami hal ini.   
usai mengeringkan tubuhku, perutku sudah keroncongan tak sabar ingin menyantap hidangan makanan favoritku. ah, setibanya dimeja makan. langsung kusantap sajian ibuku, "sini vi biar mama ambilkan nasinya, nah.. ini vi. " makasih ma, o..iya ma adek kemana ma? papa juga gak kelihatan" adekmu dengan papa ke toko buku, dia mau beli buku antologi puisi katanya, ada ujian membaca puisi besok di sekolahnya. "o, ke toko buku toh ma, ngapa gak ambil buku puisi dikamar vi ma, kan ada banyak tu ma." mungkin dia mau mencari buku baru vi,biarlah vi yang penting ada niat adekmu tu. "hehee iya ma, yang penting dia udah usaha. (sambil mengobrol diselingi makan malam, tiba-tiba hujan mengguyur dengan besar). suara guntur terdengar hebat diluar, kami panik memikirkan adek dan ayahku. bagaimana mereka pulag nanti. semoga saja tidak terjadi apa-apa. 
tak berapa lama, sabil menunggu kedatangan adek dan ayahku. petir kedua datang dengan teramat keras. semakin panik. vi, (dengan panik) bagaimana adek dan ayahmu ini. "ma,tenang dulu pasti papa dan adek baik baik saja dan menunggu hujan reda. kita tunggu saja ma." 
seling 10 menit menunggu, terdengar suara motor tua diteras rumah. Assalamualikum..ma..          Walaikumsalam.. papa, dek kehujanan, ayo cepat keringkan pakai handuk pa, adek juga. (aku ambilkan haduk buat ayah dan adikku) ini pa,keringkan dulu kepalanya (sambil tertawa kumelihat ayahku dan ia pun tertawa). aku dan ayahku memng sangat senang hujan-hujanan, ia lah yang mengajarkan aku untuk tak takut hujan dalam keadaan apapun. sehingga hujan adalh sahabat karib bagi aku dan ayahku, tak pernah kami menyingkir jika hujan datang. ibarat momentum yang teramat indah, mak akan kami nantikan hujan-hujan selanjutnya.
dengan sebuah hari yang dipenuhi hujan, sejumlah kosakata bahagia akan rintik masa kecilku kembali teringat. masa-masa bahagia yang dapat terus kupupuk menjadi tawa,selama hari dan mataku tetap bercahaya maka hujan adalah rindu-rindu yang siap kami sambut dengan gelak tawa.
hujan merundungka tawa semasa kecil,remaja dan sapai saat ini. aku tak pernah berpikir untuk megikuti jejak ayahku yang setia dengan tulisan-tulisan indanya, ayah adalah seorang pejuang kata-kata, berkat tulisan-tulisannya ia dikenal di negeri ini. harmanto adipati kusuma, orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan bang har. senang rasanya mepunyai seorang ayah yang dikenal orang banyak, sosoknya sangat dikenal dikalangan seniman dan penyair-penyair seangkatannya sampai detik ini. aku tida pernah mengira akan mengikuti jejak ayahku untuk terjun kedunia tulisan dan berkutat dengan kataikata. setiap harinya ada saja karya yang kutuliskan pada notebook kecilku. terkadang kukutik dengan rasa dan inspirasi yang meluas, ya mengenai hujan dan karena hujanlah aku mengerti upaya imaji-imaji timbul dengan segala isinya tanpa kusadari. berirama da menari dengan sendirinya.
dulu semenjak duduk dibangku kuliah semester awal, beberapa teman menjulukiku sastrawati sejati. memang hampir setiap minggunya tulisan-tulisan yang kubuat dimuat di mading kampus,koran kampus dan media masa. beberapa orang beranggapan bahwa pekerjaanku saat ini tidak ada dunanya, tapi tetap kuingat pesan ayah "jangan perna memikirkan apa kata orang tapi ikutalah hati nuranimu, karena disanalh kebulatan kejujuran terhanttarkan dengan nyata".
menjadi seorang penulis di koran kotagede press membuatku bersemangat untuk tetap menulis, bahkan tulisan-tulisan yang sengaja aku suguhkan dengan intrik gaya modern telah terbit di beberapa toko buku. semua berkat inspirasi murni yang berdatangan layak hujan yang selalu datang tanpa dipaksa. 

***

saat ini bulan desember, memang hujan sedang gencar terjadi di akhir tahun ini. aku bahagia menyambut hujan. setiap rintiknya membuat hati bercampur rasa dan warna yang beragam. pagi dengan cahaya lugas menerpa wajahku dari balik ventilasi udara kaca kamarku. detak jam menunjukkan pukul 06.05, aku harus bergega menuju kantor. cepat-cepat kubereskan tempat tidurku dengan beberapa buku yang berhamburan menemani tadi malam. 
"pagi ma,pa.."       
mama dan papa : pagi vi..
papa : vi, ayo cepat minum  teh hangatmu dulu, baru pergi kerja.
(sambil menyiapkan sepatu,teh hagat kuminum sekali teguk). pa,ma.. vi pergi dulu ya. Assalamualaikum.
mama dan papa : walaikumsalam.
mama : hati-hati vi, pulangnya jangan hujan-hujanan lagi. nanti sakit.
iya ma, (sambil tersenyum dengan memberikan kode ke ayahku)
keluar dari rumah, kuhirup aroma tanah segar setelah hujan deras semalam. sungguh alai aromanya. ya inilah hidupku yang diselinggi guyuran hujan dan imajinasi-imajinasi yang lahir adalah guyuran hujan deras tanpa henti. terima kasih ayah, aku mencintaimu.




tokohnya wanita sayang, namanya vallerina soebrino. jogja. kerja penulis di media masa jogja


Rintik Merupa Nada
by Mahabrata Liwangi @Liwangi

Ruang baca penuh dengan buku-buku sastra, pedoman hidup, sejarah dan  beragam lainnya. Huufft... sesekali aku benar-benar kerepotan membereskan buku-buku kesayanganku.
Nyawa pada hidupku telah ditularkan buku, ruh yang ada adalah kata-kata, dan ruangan ini adalah surga kecilku untuk berkarya. Sengaja kubuat senyaman mungkin untuk membaca.
Ruangan berukuran 3x4 ini telah kuimpikan semenjak semester akhir kuliah. Jauh hari telah kusiapkan rancangan untuk menempatkan buku-buku istimewa. Ya, ibarat manusia jua, kusuguhi jamuan ringan kebersihan setiap harinya pada tumpukan buku di bawah meja, di lantai sebelah kiri, dan di rak-rak buku yang terbuat dari kayu jelutung melingkar ruang baca.
Ruangan ini adalah ruang favoritku dan suamiku. Terkadang kami habiskan akhir minggu untuk menulis, membaca dan berdiskusi berdua.
Petang hari sangat mendung ketika kurapikan ruang baca. Kutatap jam di atas rak buku, waktu menunjukkan pukul 16.45. Sebentar lagi suamiku pulang kerja. Secepat kilat kubersihkan tempat ini. Tak lama, sekitar sepuluh menit, semua buku kembali ke tempat semula dan rapi tertata. Suamiku merupakan tipikal lelaki yang rapi, perfeksionis. Ia selalu ingin segala sesuatunya bersih dan indah dipandang. Tak berbeda denganku, hanya terkadang aku lambat dalam merapikan.
Kubuka pintu depan rumah dan menunggu suamiku. Seperti biasa, ia tidak pernah pulang kerja jauh lewat dari pukul 17.00. Tampak dari luar pagar suamiku pulang dengan mengendarai vespa tua berwarna biru muda, warna favoritnya.
“Assalamualaikum, Ma,” suamiku mengecup keningku.
“Waalaikum salam...” sambil kubawakan tas kerjanya yang berwarna hitam, “Gimana hari ini di kantor, Pa?”
“Ya, begitulah, Ma. Seperti biasa. Kerja, kerja dan kerja, sebuah rutinitas yang membikin jenuh. Tapi semua pekerjaan selesai, Ma.”
“Alhamdulillah kalau begitu, yang penting semua beres. Ini tehnya, Pa, tadi mama buat sebelum menyambut Papa pulang. Mau minum di tempat biasa atau di sini?”
“Di tempat biasa dong, Ma,” suamiku tersenyum sambil merangkulku.
Kami menuju beranda belakang yang menghadap ke halaman penuh dengan tanaman-tanaman kecil dan sebuah kolam dengan air mancur yang riaknya sangat tenang. Kami terbiasa mendengar air, karena suaranya dapat membangkitkan gairah menulis.
Langit semakin mendung.
“Sebentar, Pa, Mama ke dapur dulu,” melihat suamiku menyeruput tehnya dengan nikmat, aku pun ingin menikmati teh bersamanya.
“Iya, Ma.”
Setelah aku membuat secangkir teh hangat, terdengar di luar hujan mengguyur dengan lebatnya. Ini yang kutunggu, sebuah undangan untuk kudengar nada-nada indah hujan dan aroma tanah yang meringankan suasana.
Kuhampiri suamiku di beranda. Dari dekat kulihat ia termenung. Ini merupakan hal biasa dari dirinya.
“Pa, termenung ya? Hayoo... mikirin apa?”
“Ah, nggak kok, Ma. Cuma mikirin karya-karya untuk pameran bulan depan.”
“Semua pasti berjalan dengan sempurna. Mama percaya. Yakinlah, Pa.”
“Amien, semoga ya, Ma.”
Setelah puas mengobrol sambil menikmati teh, suamiku menuju ke kamar mandi. Aku masuk ke kamar dan menatap ke luar jendela yang kubuka. Sungguh indah tetes demi tetes air yang jatuh.
Lama aku berdiri di balik jendela kaca berlapis kayu jelutung plitur hitam ini. Tak kusadari setengah jam sudah aku berdiri menatap hujan.
Aku teringat pada suamiku yang sejak tadi belum kembali dari kamar mandi. Ke mana dia? Tanyaku dalam hati.
Ah, mungkin di ruang baca. Aku bergegas menuruni anak tangga untuk menemui suamiku.
Kulihat dari balik pintu ruang baca, suamiku sedang menulisi secarik kertas, entah apa yang ditulisnya. Terus saja kuintip ditemani heningnya hujan senja ini. Ia begitu sejati dalam menulis, itulah yang membuatku jatuh hati kepadanya. Cinta sejati yang kunantikan semenjak lama, dan akhirnya Allah mempertemukan hatiku dengannya.
Kusudahi melihat suamiku menulis dan masuk ke ruangan tersebut, “Pa, sedang menulis apa?”
“Biasa, Ma, puisi untuk dikirim ke koran besok.”
“Iya, menulislah, Pa. Apalagi sekarang adalah suasana yang kita sukai. Hujan,” kataku sambil memijit pundaknya.
“Benar, itu juga yang mengundang inspirasi Papa untuk menulis. Jika tidak ditulis, nanti kata-kata itu hilang. Kan rugi, Ma.”
Kubiarkan suamiku melanjutkan tulisannya. Aku menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
 Hujan begitu bersahabat dengan jiwa kami. Jika saja setiap harinya hujan, maka tulisan-tulisan yang ditulari oleh inspirasi rintiknya akan bebas mengalir.
Bumi ini sangat indah untuk dilukiskan dengan kata-kata, dan aku telah menyempurnakan baris per baris lirik lagu dan puisi hasil karyaku untuk dinyanyikan oleh teman-teman dan para pemusik yang datang tiap minggunya.
Intonasi nada pada lirik lagu yang kubuat adalah tarian hujan yang mendenting pelan kemudian keras, sehingga itulah yang menjadi gaya tulisan pada setiap nafas-nafas lirik dan puisi-puisi yang aku dan suamiku ciptakan di selang hari demi hari.
Hujan merupakan semangat yang siap dilukiskan di balik embunnya pada kaca jendela. Hujan adalah elegi-elegi bahagia yang mengerucutkan vertikal transendensi struktur kata menjadi baris indah. Karenanyalah aku namai buku antologi pertamaku Rintik Merupa Nada.
Bermimpi dan bermimpi, menulis dan untuk menjadi penulis. Semuanya telah berjalan sebagaimana mestinya.
Hidup akan terus mengalir bak air yang tenang hingga bermuara pada telaga-telaga sepi yang indah.



Jambi, 13 Maret 2011
Teruntuk Rani Amalia Busyra



Menyibak Wajah Meja 7
Mahabrata Liwangi @Liwangi

Serasa mimpi dan berkali-kali mimpi, wajahnya seperti dewi yang tiada cacat sedikitpun. Ah! Apa benar aku bermimpi? Kutepuk wajahku. Aku tidak bermimpi, kawan...
“Ky, lihat aku tak bermimpi. Hahaaa...” kataku setengah sadar mencolek-colek keras bahu Ricky.
“Lah piye toh? Memang itu wanita sungguhan, Bro,” kata Ricky sambil menghindar dari colekanku. Kesakitan.
“Ah payah kau ini. Dari kemarin gak berani kenalan. Sudah lima hari kita berulang datang ke kafe ini,” kata Sitorus sambil merentangkan kedua tangannya ke sandaran sofa.
“Bukan gitu, Bro. Aku harus cari waktu yang tepat buat dekatin dia. Kita harus punya mapping love dong, alias peta cinta,” aku berdalih.
“Bah, bicara apa kau ini? Mapping love, mapping love... Ah, repot kali. Love langsung lah! Gak usah kau pake mapping-mapping. Nanti keriting kau!” Sitorus menepuk bahuku. Keras. Membuatku nyaris mencium meja.
“Hahahahaha...” semua terbahak melihatku dan Sitorus.
Aku seperti tak sanggup menahan kekaguman melihat keanggunannya. Mataku tak henti memelototinya. Kulit putih, wajah polesan asia, tubuh molek bak model, artis pun kalah dengan gadis ini. Sangat luarrr biasa! Cepat atau lambat aku harus mengenalnya. Ia idaman setiap lelaki, calon ibu yang baik. Alah, dari mana aku tahu? Apakah ia baik secara batiniah? Semoga saja.
Dalam diam, aku tak berdaya melihat tarian wajahnya, tiap malam ia hadir di mimpiku. Seakan ada kaitan hati yang teramat kuat.
Hai, pekalah. Aku disini menunggu sapamu.
Kuserahkan seluruh tatapanku ke arahnya. Ini hari keenam, semoga ia bertekuk melihat sapa mataku. Di hadapannya ada tiga wanita yang sedang asyik saling tertawa. Mungkin membicarakan hal-hal lucu.
Hei, lihat ke sini! Ah kaca mata kuda juga ni cewek.
Gaun merah yang ia kenakan membuat warna hatiku memerah penuh cinta.
Kasih, aku ingin kamu. Kapan kita bertatap dekat? Kuingin menjadi satu dalam tubuh, meliukkan tubuh kita jadi satu di meja ini.

Hari ketujuh di meja yang sama, kupikir inilah saatnya kuberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Ia duduk di meja biasa, meja 7. Kebetulan ia sedang sendiri. Ini waktu yang tepat. Aku bergegas merapikan rambut dengan sisir tuaku dan menghampirinya.
“Hai...” suaraku sedikit bergetar grogi ketika menyapanya.
“Hai juga...” gadis itu menjawab ramah, tiba-tiba keningnya sedikit berkerut “Hei, Lintang?”
Hah! Dia tahu namaku! Dari mana dia tahu namaku? Aku terpaku.
“I...iiya. Kok tahu namaku?” aku tergagap terkejut.
“Ini aku, Lintang. Ayuni, teman SMA-mu.”
Aku sama sekali tidak ingat padanya, ada apa dengan memoriku? Sampai melupakan temanku sendiri.
“Ayuni??? Teman?? Aku baru mengenalmu sekarang. Aku sering memandangmu dari meja depan,” aku menunjuk-nunjuk meja dan sofa tempat aku biasa duduk.
“Lintang…” katanya penuh prihatin, “Aku tahu semua kejadian di dirimu. Dulu kita teman dekat. Kau hilang ingatan lima tahun lalu gara-gara kecelakaan beruntun di jalan Sudirman. Kau mengendarai Honda Civic waktu itu.”
“Aaaa..aku hilang ingatan?!” aku masih tak percaya.
“Iya, sepertinya kamu melupakan segalanya. Tapi kami tetap ingat kamu, Lintang.”
Aku berbalik dan berlari menjauh dari mejanya.
“Lintang... Lin...” Ayuni berusaha memanggilku kembali.
Tak kuhiraukan teriakan Ayuni. Aku hilang ingatan, dan sekarang aku baru tahu ia temanku.
Aku hilang ingatan! Sungguh hilang atau memoriku sementara dipindahkan Tuhan ke kantong celanaku?

***




Nama      : Mahabrata Liwangi
TTL        : Jambi, 22 Agustus
E-Mail     : mahabrataliwangi@yahoo.com
Twitter     : @Liwangi
Secarik Tawa Untuk Masa Depan
by Mahabrata Liwangi
@liwangi


Dear my beloved sweetheart Rani Amalia Busyra

Keseimbangan itu adalah kayuh yang tanpa lelah
dan kumulai dari sini, alur yang kunantikan

Sayang, apa kabar di sana? Semoga baik-baik saja, karena doa-doa yang terpancar ke arah kehidupan kita tidak pelak kuhiraukan, selalu tergagas di otak. Karena satu, karena dirimu adalah wasiat hidupku.

Aku ingin kelak dapat hidup dengan berbagai mimpi kita. Di daerah persawahan, sunyi dan tidak begitu bingar di situasi hari-hari, menghabiskan masa tua dengan anak-anak yang kita didik dengan berbagai kata, berbagai seni dan budaya agar kelak mereka mengimani dunia yang sebenarnya. Setujukah dirimu, Sayang?

Aku bekerja di sini, mengumpulkan sebanyak-banyaknya bekal agar kelak kita bisa sempurna menjalani kisah hidup.

Bagaimana dengan rencana-rencana terdahulu yang kita lontarkan di sebuah pohon tua, merbabu senja di pelupuk hari? Sering kuutarakan ingin mempunyai 11 anak nanti.

Jangan terkejut, Sayang. Orang-orang terdahulu sebelum kita berkata: banyak anak pasti banyak rejeki. Selain itu dari segi masuk akalnya, mempunyai banyak anak dapat menimbulkan keramaian suasana di rumah. Sangat indah, bukan? Aku yakin dirimu satu pikiran denganku. Semoga.

Setiap saat terpikirkan harapan-harapanku padamu, Sayang: Agar bisa tetap menjadi istri yang baik untuk keluarga kita kelak; Tetap berkarya, karena itu adalah hal terpenting, agar kita habiskan masa tua kita dengan kata-kata tersirat dalam kertas-kertas yang hangat; Tak pula kulupa harapanku agar dirimu menjadi istri yang penurut dan soleh.

Amin ya Allah, semoga Kau kabulkan segala permohonanku ini.




Sayang, jangan ragu dan jangan pernah berubah…

Aku padamu, dan karena kobar hidupmu aku memilihmu untuk masa depan. Aku mencintaimu apa adanya; yang sebisa mungkin disampaikan angin manapun, sapalah ia dan rautan yang terjadi telah terjajal siap ditarikan.

Semoga dengan surat ini kita bisa saling menyayangi dan memperkuat kembali apa yang dinamakan Cinta, Hidup dan Kelak. Gapailah keindahan antara kita karena hanya itulah senyum, semoga membara abadi. Itu harapanku.


Tidak akan kukatakan dengan berbagai kata-kata yang terbuang dan tidak mempunyai arti apa-apa
Sebuah tanda adalah arti
Semoga engkau adalah kekasih hati
Kekasih untuk anak-anakku
Dan belaian abadi di saat lelahku


In
Jambi, 07 Maret 2011
Mahabrata Liwangi



Nama    : Mahabrata Liwangi
E-Mail  : mahabrataliwangi@yahoo.com
Twitter  : @liwangi
HP        : 0831 7146 3077
Lahir     : Jambi, 22 Agustus