Berbagai hari
menjelang hari esok begitu sederhana, ini dunia punya siapa
tanyaku. Terlalu bebas untuk berbuat, aku telah jauhdariNya, dunia ini seperti
kosong dan hampa, ibarat kotak box kosong maka terserah tuan ingin mengisi
apadidalamnya, apresiasikah, ruangbukukah, imajinasi atau budaya. Terserah
orang mau menyebutnya apa, tetapiinilah hidupku. Aku bangga bergaya dengan
prinsipku. Betapasepi kurasakan seorang diri, hanya pada malam hari para teman
berkunjung. Mengobrol tentang makna hari, esok dan nanti. Tentang masa depan.
Sore telah mengajakku berkencan dengan mimpi, ah lebih baik aku sapa mimpi sekarang.
Lelapkan haus akan mimpi.
Ah tak terasa
hujan membangunkan tidurku pada pukul 22.00 wib mala mini, sungguh sepi disemai
Guntur malam. Tok…tokkk…tok..yan,.yan…Assalamualaikum…terdengar suara dari luar
pintu. Ini pasti rendy tebakanku. Walaikumsalam, eh ren, masuk…
Aku : waduh basah kuyup
gini ren?
Rendy : iya yan, tadi
dijalan tiba-tiba diguyur hujan, tiba-tibaaja hujan lebat.
Aku : mungkin kau belum
mandi, jadi langit tahu..hahaa…sebentar aku buatkan kopi dulu ren.
Rendy : oke bro…
Sembari kubuatkan kopi, aku
memikirkan pembahasan mengenai proyek buku yang akan ia kerjakan.
Aku : ngomong-ngomong
bagaimana proses bukumu ren?
Rendy : masih dalam tahap
pengeditan yan…doakan saja cepat selesai.
Aku : oo begitu, ya..yang
penting tetap semangat untuk menyelesaikannya ren, kelak kau akan terkenal dan
namamu dijajarkan dengan sekelas penulis nasional.
Rendy : ah kau terlalu
memuji yan, aku hanya mencoba menulis saja dan menerbitkannya. Untuk menjadi
terkenal itu diluar dari mimpiku.
Aku : ya, menjadi orang
terkenal memang tidak harus bermimpi, usaha yang perlu dilakukan. Seorang
penulis tidak dapat dikatakn penulis jika karyanyabelum pernah dipublikasikan.
Itu yang kutahu.
Rendy : ya benar yan,
pembaca akan tahu jika penulis menyebarkan karyanya ke khalayak luas.
Aku : dahulu aku pernah
bermimpi menulis tentang mimpi ren.
Rendy : hah…yang benar kau
yan? Bagaimana idenya, terdengar menarik ini.jarang kudengar penulis mengangkat
mimpinya menjadi tulisan yang selanjutnya diterbitkan. Kalaupun ada pastilah
penulis yang sudah besar namanya.
Aku : itulah sebabnya aku
ingin mengangkat tema mimpi ini ren. Idenya semua mimpiku kukaitkan kedunia
nyata dan masa depan. Jadi seperti medan magnet 3 waktu.
Rendy : wow…brilliant…keren
yan. Lanjutkanlah mimpi itu, aku orang pertama yang akan membacanya.
Aku : pasti kawan, aku
ingin menuliskannya.
***
Malam semakin larut obrolan
mengenai tulisan tidak berhenti samapai mata kami terkantuk-kantuk. Memang
seorang seniman selalu haus akan kata-kata. Jika telah mengobrolbisa menghabiskan
waktu bberjam-jam. Aku tak sabar menunggu tiga bulan kedepan,kekasihku ulang
tahun dan aku berniat memberinya hadiah terindah dalam hidup ini.
Namanya Rani Amalia Busyra,
cukup panjang namanya. Aku mengenalnya dari sejak semasa SMP sampai saat ini.
Dahulu aku mengira sebatas kekaguman semata akan menjadi persabatan, tetapi aku
malu untuk mengenalnya lebih jauh. Maklum aku hanyalah seorang lelaki bodoh dan
tidak punya nyali kepada wanita. Tetapi jangan ditanya kalau soal mengobrol
dengan sejenis bersama temanku. Hamper setiap harinya kubantai obrolan mereka
dan sampai-sampai mereka terdiam kehabisan kata-kata. Anehnya aku takut ke
wanita, para teman-temanku malah meminta pendapat mengenai pacarnya ke diriku,
dan aku bisa memberinya. Sedangkan aku sendiri tidak dapat mengabulkan masalah
ketakutanku sejak dulu untuk dekat dengan wanita bahkan untuk mengutarakan isi
hatinya. Siang itu aku bertemu rani, tubuhnya munggil dan imut terlihat. Ia
berjalan menuju kelas, aku berdiri didepan kelasku. Selalu kulihat dirinya.
Siapa yang tidak mengenal dirinya yang penuh talenta dalam prestasi dan
bakatnya. Dia seorang penyanyi dengan suara khas yang kusebut jazz klasik.
Sekarang teman-temanku hanya bisa bernyanyi nada pop, itupun kembung aku
mendengarnya, maklum sudah biasa kudengar di radio setiap malamnya. Berbeda
dengan dirinya, ia mempunyai suara yang khas, suara jazz yang lembut. Mesra
kudengar, hal inilah yang diam-diam telah memasuki ruang hatiku, aku
menyukainya dengan diam-diam. Sempat juga aku nervous ketika melihat dirinya berjalan dengan teman lelakinya yang
tak kutahu entah itu pacarnya atau bukan. Beginilah nasib seorang lelaki yang
menyukai secara diam-diam, harus kuat dan pantang menyerah. Ciri khas lainnya
yang ada pada dirinya ialah selalu memakai rok panjang, berbeda dengan cewek
lainnya yang mekakai rok pendek, bahkan sangat pendek sekali pun ada. Dengan
sengaja ingin memamerkan bagian tubuh mereka, hmm.. siapa yang menyukai wanita
seperti itu, lelaki cabul mungkin menyukai dan hasrat sementara tidaklah abadi.
Perasaanku padanya
untunglah hanya sebatas menyukai, aku belum berani menyatakan hatiku padanya.
Biar waktu yang akan menjawabnya nanti. Insyaallah akan ada jalan jika Tuhan
berkehendak mempertemukan kami nanti.
***
Kelas 3 SMP semester akhir mendekati
kelulusan, aku bersama teman-teman sibuk menyiapkan penampilan pada saat pentas
seni perpisahan nanti. Teman-temanku memang menyukai musik tentu mereka akan
menampilkan karya mereka.
Aku hanya
terbiasa menonton sebagai penikmat acara, ketika mereka membutuhkan
pertoonganku aku siap membantu, jika tidak ya sudah aku akan diam duduk manis
melihat aksi mereka. Setiap sorenya teman-temanku latihan band untuk
mempersiapkan penampilan di hari terakhir perpisahan.
Hari ini aku
merasa seorang diri, sangat sepi dan sedih memikirkan nasib, apa aku akan
bertemu Rani. Aku hanya bisa berdoa agar kelak aku akan bertemu dirinya lagi.
Suasana ramai diruang kelas yang bebas karena guru Bahasa Inggris tidak hadir
dikarenakan sakit, riuh membuatku pusing tak karuan. Ihdi,Najmi, Novri mulai
dengan canda mereka dipaling pojok belakang. Ah… aku pusing, tak dapat
berkonsentrasi mengerjakan soal-soal ini. Nanti juga mereka akan mencontek
hasil yang telah kukerjakan, mengapa mereka tidak bisa diam sejenak. Sialan,
mau kutegur malas, biarlah…aku mulai berpindah tempat duduk kebaris depan kiri.
Nah, disini aku mulai bisa berkonsentrasi mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris.
Sejam telah
berlalu, akhirnya tugasku selesai. Yan….yan….terdengar suara dari belakang.
Ihdi : yan,
sudah selesai (dengan memainkan alisnya)…aku contek dulu yan..
Aku : sudah
di, nih…salinlah, waktu tinggal 30 menit lagi. Cepat kau bereskan di.
Ihdi : siap
bos…
Bisanya Cuma
mencontek saja, setiap harinya begini. Mau jadi apa bangsa jika negaranya
berpaham copy paste. Alamak, regenerasi yang tidak memikirkan masa depan. Yang
penting aku tidak seperti mereka, cukup itu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar