Kepada Ruang Sepi
Tak rupanya gelap serta enggan menciutkan beberapa letak jantung
Jam reyot purba seakan riang mengejek berbisik diam
Kalah oleh huruf-huruf sepi akan semesta
…dan jangrik memutar pelik di pasir berbisik
Disini pada pasir-pasir yang bertelisik bisik kutuliskan sepi yang dihinggapi debu pada lorong-lorong kata berbau sejarah
2011
Di Ruang Panjang
Dan kau adalah mata-mata yang sibuk mencari buku untuk dibaca; namun kemana hendak kau bawa mataku menamaimu tak tercatat dalam pandang
Mata-mata buku tarik-menarik ekor enggan dibawa
Pada rak-rak jati merangkul huruf palawa mengajak memahat rupa
Membawanya dengan embun tetes sehirup bacaan seharga pajangan
Dan teriak aku luka
Aku luka
Salinan meredup digores zaman asli menari bersama tinta seharga ketidaktahuanmu
2011
Kembali Lagi Esok
buat : TB. Bekas Kalapa
Berlalu dan begitu lagu disunyikan didengar pada riak-riak pintu beralas langit
Oh sungguh begitu senja kau tarik langkah
Sedang cumbu menukarkan mesra kata-kata
Maaf, setelah selembar hari perlembar hari akan menjadi cumbuan huruf untuk kubawa pulang
2011
Senja Merdu Pada Pintu Sepi
Buat Perpustakaan TB.PIK
Tetaplah sunyi berhimpitan dengan lambung celah-celah antara rak-rak berkerak
Pada ujung rak ia susun buku yang cacat letak
Sedang pilinan gaek menyapaku dengan siulan mesra wahai rupa sesunyi tawa menawai lambada hari
2011
Perjamuan I
Buat Perpustakaan SMA N 3 Jambi
Setelah kau peras keringatku ke cawan kertas berbentuk kertas
Puas menapaki selintas pada pertemuan ujung-ujung jendela dan cahaya memberi upeti pada orang-orang yang merobotkan dirinya dengan simpang berbuku kutuku
2011
Perjamuan Menit
Setelah kau peras keringatku ke cawan kertas berbentuk gelas
Teguklah dengan puas
Pada perjamuan yang diujung jendela menyapa tuan
Orang-orang sibuk merobotkan dirinya dengan persimpangan menikam waktu
2011
Perjamuan II
Buat TB. Gramedia
Perca-perca jejak ribuan kutu membukukan dirinya
Pada balik rak-rak ia enggan menyentuh tempelan hargaku
Hanya baca dan baca hanyalah baca
Pulang
2011
]
Kerak Menggerutu
Pelan ia menyusup genderang telinga;sisik-sisik menyerupai setajam debu
Terkibas sepi lalu hilang bersahut terbawa rapi
; wasiat sepi
2011
Pada Baris-Baris Menjorok Kiri
dan pada bab selanjutnya memutar arah lapisan depan menuju harta yang seragamkan penawar
Buah imaji mengakar bersam oasis yang mengalir pada ufuk timur
Secerca kata berurai tetesan air bah beriak menerpa wajah gemulai gelak
2011
Rak Ke-6
Pada sudut kiri beralas jati kain sejarah dikoyak zaman
Manusia-manusia merobek zaman
Melupakan rasa nyaman
Zaman enggan meninggal batas jejak pada rak-rak disudut-sudut perak
Sedang mataku asyik menjamu sepi pada sejumlah aliran monolog jiwa
2011
Bangku Tua
Pada bangku ini tertulis keropos-keropos tembesu diumat takdirnya
siapa lagi siap menggilir disini?
hah! tinggal menunggu guratan pena untuk berbaris menemaniku
2011
Lorong-lorong
Tulisan manja bercampur asa tak sampai-sampai dijumpai cicak sore mengatur pasangannya
Berdecak kracak pada lorong-lorong sepi dibatasi ruang sinis
Melumat kantunglelah untuk dipulangkan
Lihat! segerombolan sunyi menyergap lampu demu lampu yang kedap cahaya mengajak menyapa
2011
Jubah Buku
Ada banyak tangan yang digoreskan pada halaman-halaman reyot
Putih yang luaskan sesaat
Hitam yang melumatkan seluruh renta
Menarik ulur halaman dan seluas cahaya membayang labuh
2011
Terpantul Klausa Jendela
Seperti apa hari selanjutnya tanya peluh?
Mengajakku ke negeri cahaya hingga emas terang memantulkan guratan puluhan tahun
Sang priyayi meneguk kembali gerombolan pulih
Kaidah hari ini memang mereguk kencang; cahaya-cahaya lentunkan senyawa ria
Berkelok kau bawa sayatan tua
Melahap jendela yang haus cahaya/leburkan sapa hai! kau epos mari bertandang
2011
Mata-Mata-Mematai
Datang absensikan mata-mata-mematai diruang ini bukankah absah didepan dan haram didalam
Bahkan huruf-huruf diam menganyam tentram berkotak-kotak menyusup
Menusia-manusia-manusialah engan menyentuhku
2011
Pada Ruang Tangga
Langkah pertama menuju ruang tanpa sekat menapak kaca kata berkaca-kaca
Menembus senyap dan lenyap
Senyap dan sebab dan senyap yang serumpun tawarkan biduk-biduk tarian erotis bacaan bebas
Mari sambut jangkar kertas putih yang dimulai pada huruf a
2011
Para Tamu
Menyempatkan kutatap tangan-tangan yang haus kata tarik lepas mengoyak lepas halaman demi halaman
Hari lusuh yang dihimpun sekantung tangan-tangan sebelum dibasuh
Sesaat tinggalkan ruangan tanpa sudah tanpa sudah
Tanpa hah!
2011
Senja Tak Berdetak
Waktu tak jua menitipkan sempat pada angan memeluk rimbun huruf-huruf menunggu giliran digilir
Terlanjur sudah kau pindai memori hangatku
Esok adalah senja yang terus menyapa diiringi langkah tiada sudah
2011
Meja ke-4
Raut wajah itu memudarkan semangat ruangan beralas angin
Berkatalah sebab pada paceklik musiman yang horizontal mengarah belikat
Ada nyawa yang dibeli seharga sebutir pada namun belum menguning pada era aku masih ditimang dalam mimpi
2011
Meja Ke-5
Sebelum dan susudah mentari susahkan tenggelam
Nyawa-nyawa tercium hamburkan penghuni baru
2011
240 menit Bersandar
Seperti berdiriku yang dihempas lugu dan seperti lirik lagu yang sepoi ditiup kedalam memori berlapis-lapis sebab
Dan aku kembali dengan menyadur ukiran hidup untuk disyahkan
2011
Debu Berkelok Merdu
Ia menari menyapa hidungku untuk bersiul bersama sang tua
Terisi hamparan kata yang diselipkan pertama hingga episode terakhir sedang arah menunda kata untuk bercumbu mesra dengan debu-debu pewaris tunggal ruangan haus pelukan
2011
Mencatat Musim
Menarik ulur antara kata dan kata adalah pita suara yang terputus gembong manusia
Bergerak mundur dan tetap menatap secerca pribadi kuno
Tetap bercinta dengan kata sampai meminangnya hingga usai
2011
Huruf Palawa
Terisi pidato yang lumrah dizaman itu mengelok mengantarku kerunag tak bertiang
Berfantasi gegerkan otak kiri hingga sampai pada ruang yang kusebut berhala mumpuni sang raja
Bentangkan bendera mini sampai ke iga langit membentuk pusaran barisan
dan kalah
2011
Tak Sampai
Babak baru menginjak ruang sepi dan disambut gerimis bercampur tanah
Aroma tubuhku liangkan bara berkecapi seruni dibukit mekar
Bunga-bunga mengekor geliatkan gerak bulan kearah mendekat ruang
Walau kaupun tiada sungguhlah terselip di pedalaman isi otakku
2011
Cerita Perjalanan Kerangka Kertas
Coretan berwajah raja-raja meminta dicarikan muasal makna-makna ganda
Sesampainya disana ditepuknya punggungku sambil berkata, inilah usulku leluhur yang digempur haus keringat
2011
Zenith Berlapis Lambang
Tak usah kau ragukan petak kata yang terpeta seakan membuai semesta-semesta keagungan
Zenith berakar meruas biru bukan kelabu atau abu-abu dan bukan debu sebagai hiasan yang ditiup kian bernada keropos
Dengarlah detak jantungku nadanya serupa naynyian pelangi dimusim kemarau
2011
Selusin Yang Ditolak
Selusin kata pada tatapan pertamamu
HANYA BOLEH DIBACA DITEMPAT!
2011
Bau Ketek Yang Tertinggal
Konsonan pertamaku diundang kesudut tepian rak besi
Astaga ini aroma khas manusia melecehkan ilmu
2011
Bulan Madu Tak Terhingga
Ruang penuh bunga-bunga beraroma syahdu mengalun membawaku mengingat gulali tempo kecil
ah aku merasa kecil yang telah merasakan honeymoon pertamku
Mengelakkan waktu dan esok dan esok adalah tak tercukupi bagi kau dan mataku bersapa
Bertekuk lutut membuahi pinjaman imaji yang syah dan gelisah
2011
Wasiat Sepi
Segala yang dicukupi waktu adalah nista yang diharukan sandiwara senja dan senja
Belum apa-apa pada kesekian umur berlapis manja ia pinjami aku lapisan huruf mentah untuk menahan dari dingin dipinggir jalan malam itu
Teriak lugas para dedengkot sepi meludahi pajak jejak hanya untuk mengisi padanan kosakata
Senyap dan derap langkah bersengama tiada lelah sebab pada umur kesekian kalinya aku belum terlahir sebagai kata yang kau mengerti
Pada nisan beraroma tawa tulislah renyai-renyai hujan menyapa jendela merembes membasahi sadarku
2011
Bersandar Pintu Kedua
Ah belum apa-apa sudah disodorkan jamuan kawan lama
Bukumu membuatku kembali dimana menghias sore dengan kopi kata-kata
2011
Ruang Mabuk Senandung Keroncong
Ruang bebaskan hati diruang mabuk keroncong
2011
Terusan Setapak
Ini jalan punya siapa kok sepi ketika mata batin dicerca tembok berlapis krim cokelat
Ini tapak punya siapa berlumpur meninggalkan jejak ukuran 52;dan kekarlah elektomagnet penaku membariskan kertas lusuh pada ruang baca yang tutup pada pukul tiga sore
2011
Buku Yang Tersenyum
Walau gerakan angin kian dingin menyapa tanpa sekat tanpa lekat yang erat sejenak lapisi diri dengan senyuman;ia hangat dilebam malam
Sebab siapa yang menghapus jejak pada hari ke 367 setelah aku diselangkan bersama etalase berwujud barisan
2011
Huruf Menari
Bersama guyonan musim ia menari minta disapa mata-mata ‘tuk disapa rupanya
Menarilah ia memeras hari piawaikan serambi berbalas budi
;dan kau adalah nadi yang terus mengalir bersamaku diruangan hampa
2011
Teruntuk Entah
Entah siapa buku ini dibaca hingga lekukmu hilang bentuk hilang peluh
Entah kepada siapa buku ini dilecehkan hingga hilang jejak hilang warna dan entah kepada siapa harus kutorehkan kata sebab hanya luas pena yang setia menemani tanpa entah
2011
Diskusi Babak I
Hingga pada saat musim-musim kalender menyeret gugur pepohonan berbau kemenyan
Orang-orang sibuk menyadarkan dirinyalah yang empunya keadaan ruang
Puah! lemak huruf terbang 1/4 langit dan kembali kedalam diam
2011
Diskusi Babak II
Sedang diskusi langit sengit meruas-ruas bacaan separuh halaman separuh ruangan separuh hidangan yang tamat pada pukul sebelum azan subuh
2011
Gurindam Jembatan Tempo Dulu
Hitung-hitungan banci mulai tercium pada halaman pertama kian kedua kian selanjutnya merupakan muasal kayu ubah logam yang sekeras membatu purba
Jembatan tulang bambu meremas kaki memasuki aroma adat
Hingga dandanan hitam adalah kue hidangan tubuh yang menari bersama angin memanggil hujan
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar