Sebut
Saja Si Kumis
Aku
baru diperusahaan ini, bahagia rasanya dapat bergabung bekerja di perusahaan
ini. bidang yang ditawarkan adalah public relation sesuai dengan keahlianku.
ada seorang pegawai disini, bernama Putra Hadi. kami menyebutnya si kumis, ia
berbeda dengan lainny, kenapa berbeda ya dia sangat rakus dengan kekuasaan.
sombong sebagai asisten kepala, ia anggap dirinya bos dan semena-mena
memerintah pegawai lain.
tak
kusangka iming-iming kekuasaan bisa mengubah seseorang menjadi rakus.
seringkali aku diberi tugas translate proposal atau berkas-berkas asing, aku
lakukan sesuai deadline. ini hari kedua aku selesaikan pekerjaan. dan kuberikan
kepadanya, ia cek kembali pekerjaanku dan bertanya ini tensesnya dalah
kayaknya. betul aku katakan, itu sesuai buku pedoman yang kubuka. ternyata ia
menjaga prestise di depan bos, supaya kelihatan ia mengerti bahasa inggris.
ingin rasanya mencoba berbicara bahasa inggris dengan dia, jika benar ia
mengerti pasti bisa menjawab, tapi tak jadi kutes aku takut ia tersinggung.
hari ketiga. tetap diberikan tugas translate proposal Kali ini dari PBB
mengenai ISO (internasional standard organization) merupakan istilah baru yang
kupelajari.
halaman
2
ia
seringkali mengangapku salah dan salah, aku baru menterjemahkan kata-kata
pabrik. asing memang, apa begini sistem yang harus diberikan kepada pegawai.
berbicara keras, teriak-teriak seakan mempermalukan.
lebiah
baik diam dan kuiyakan, dan lambat laun hari berganti nyatanya ada hal baru
yang kudapat. tugas Pak Jansen diambil alihnya, sungguh rakus. ia ingin
segalanya ia kuasai. memang pada saat itu pak Jansen sedang dinas, tanpa
koordinasi ke yang bersangkutan ia langsung memberikan izin kepada masyarakat
untuk melintasi. sebenarnya ini pekerjaan bersama atau sendiri-sendiri? kenapa
tidak ads job desk yang jelas?
berikutnya
pada saat yang sama, pegawai mengadu tentang surat-surat STNK dan SIM truk,
tentu saja yang bersangkutan lebih paham. tapi lagi-lagi dia yang langsung
turun tangan tanpa koordinasi.
aku
pernah mendapat mandat dari pak Jansen, untuk mengurusi proposal K3, aku buat
dengan teliti selama 2 hari. kemudian kuletakkan di meja. alih-alih kembali
didepan bos, ia bertanya pak ian apakah sudah membuat proposal K3? sudah
jawabku.
langsung
dimintanya dan dikoreksinya, apa lagi ini. oke saatnya kubilang dengan pak
Jansen. kukatakan bahwa tugas ini diperiksanya dan diperiksanya.
halaman
3
ini
suatu sistem kerakusan dan ketamakan seorang pegawai. apa benar yang dikatakan
pegawai lain, bahwa ia sangat rakus dalam menjilat dikantor. akhirnya kusadari
dan kulihat sendiri caranya menjilat didepan bos. sudah sering kami
membicarakannya, tapi apalah guna melawan. biar kita lihat apa tindakan bos yang
netral kepada pegawai-pegawainya.
satu
yang kupegang dari hidup, orang hebat tidak akan mengatakan ia hebat dan orang
pintar tidak akan mengatakan dirinya pintar. cukup kujadikan pedoman dan
akhirnya pemberontakan kulakukan, aku muak dengan keadaan ini. aku bekerja
untuk mencari uang bukan seenaknya diperintah dan dicaci, cukup sudah.
pemberontakan kumulai dengan melawan, sudah saatnya keberanian kuletakan paling
atas dikantor ini. jika tidak habislah aku ditindas. karena aku hanyalah
karyawan baru, dia mengolok bos besar untuk memecatku. tanpa alasan yang jelas
oleh bos, ia bilang kau dipecat sampai disini. apa alasannya pak? tanyaku.
ia
diam sambil tersenyum, hanya masalah konflik pak Ian dengan Putra Hadi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar