Selasa, 08 November 2011

Sebut Saja Si Kumis

Sebut Saja Si Kumis

Aku baru diperusahaan ini, bahagia rasanya dapat bergabung bekerja di perusahaan ini. bidang yang ditawarkan adalah public relation sesuai dengan keahlianku. ada seorang pegawai disini, bernama Putra Hadi. kami menyebutnya si kumis, ia berbeda dengan lainny, kenapa berbeda ya dia sangat rakus dengan kekuasaan. sombong sebagai asisten kepala, ia anggap dirinya bos dan semena-mena memerintah pegawai lain.

tak kusangka iming-iming kekuasaan bisa mengubah seseorang menjadi rakus. seringkali aku diberi tugas translate proposal atau berkas-berkas asing, aku lakukan sesuai deadline. ini hari kedua aku selesaikan pekerjaan. dan kuberikan kepadanya, ia cek kembali pekerjaanku dan bertanya ini tensesnya dalah kayaknya. betul aku katakan, itu sesuai buku pedoman yang kubuka. ternyata ia menjaga prestise di depan bos, supaya kelihatan ia mengerti bahasa inggris. ingin rasanya mencoba berbicara bahasa inggris dengan dia, jika benar ia mengerti pasti bisa menjawab, tapi tak jadi kutes aku takut ia tersinggung. hari ketiga. tetap diberikan tugas translate proposal Kali ini dari PBB mengenai ISO (internasional standard organization) merupakan istilah baru yang kupelajari.

halaman 2
ia seringkali mengangapku salah dan salah, aku baru menterjemahkan kata-kata pabrik. asing memang, apa begini sistem yang harus diberikan kepada pegawai. berbicara keras, teriak-teriak seakan mempermalukan.

lebiah baik diam dan kuiyakan, dan lambat laun hari berganti nyatanya ada hal baru yang kudapat. tugas Pak Jansen diambil alihnya, sungguh rakus. ia ingin segalanya ia kuasai. memang pada saat itu pak Jansen sedang dinas, tanpa koordinasi ke yang bersangkutan ia langsung memberikan izin kepada masyarakat untuk melintasi. sebenarnya ini pekerjaan bersama atau sendiri-sendiri? kenapa tidak ads job desk yang jelas?

berikutnya pada saat yang sama, pegawai mengadu tentang surat-surat STNK dan SIM truk, tentu saja yang bersangkutan lebih paham. tapi lagi-lagi dia yang langsung turun tangan tanpa koordinasi.

aku pernah mendapat mandat dari pak Jansen, untuk mengurusi proposal K3, aku buat dengan teliti selama 2 hari. kemudian kuletakkan di meja. alih-alih kembali didepan bos, ia bertanya pak ian apakah sudah membuat proposal K3? sudah jawabku.

langsung dimintanya dan dikoreksinya, apa lagi ini. oke saatnya kubilang dengan pak Jansen. kukatakan bahwa tugas ini diperiksanya dan diperiksanya.


halaman 3
ini suatu sistem kerakusan dan ketamakan seorang pegawai. apa benar yang dikatakan pegawai lain, bahwa ia sangat rakus dalam menjilat dikantor. akhirnya kusadari dan kulihat sendiri caranya menjilat didepan bos. sudah sering kami membicarakannya, tapi apalah guna melawan. biar kita lihat apa tindakan bos yang netral kepada pegawai-pegawainya.

satu yang kupegang dari hidup, orang hebat tidak akan mengatakan ia hebat dan orang pintar tidak akan mengatakan dirinya pintar. cukup kujadikan pedoman dan akhirnya pemberontakan kulakukan, aku muak dengan keadaan ini. aku bekerja untuk mencari uang bukan seenaknya diperintah dan dicaci, cukup sudah. pemberontakan kumulai dengan melawan, sudah saatnya keberanian kuletakan paling atas dikantor ini. jika tidak habislah aku ditindas. karena aku hanyalah karyawan baru, dia mengolok bos besar untuk memecatku. tanpa alasan yang jelas oleh bos, ia bilang kau dipecat sampai disini. apa alasannya pak? tanyaku.
ia diam sambil tersenyum, hanya masalah konflik pak Ian dengan Putra Hadi.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar