Selasa, 08 November 2011

setetes darah sejarah yang mengalir


setetes darah sejarah yang mengalir

feodalisme pada tangan-tangan tirani besi, negara yang terhamburka oleh carut marut politik adu kekuasaan dan demi apapun adalah ketidakwajaran terjadi dinegara ini. almarhum ginanjar suparman adalah ayahku yang dulunya prajurit angkatan '45 telah matiaimatian bertempur malawa penjajah dan akhirnya dengan semangat dan jiwa prajuritnya ia meninggal di medan tempur sewaktu melawan jepang ditanah -ndonesia, nganjuk jawa timur. sederet teman-teman ayah ikut tewas dikala perlawanan menjaga keutuhan negara ini dari kekuasaan tirani jepang. nais ketika kudengar cerita dari pak Tirno Yosningrat, ia bercerita "pada tahun '45 kami berperang dengan senjata seadanya, semua prajurit menggunakan senjata yang bisa dijadikan senjata. ada yang dari bambu, pisau, parang, besi, kayu panjang, golok, keris, rencong, dan tombak. segala alat yang bisa dijadikan alat berperang kami jadikan alat utama untuk melindungi diri. ketika itu ayahmu dengan gagah menggunakan tombak yang sangat tajam, dengan gagah ia bunuh tentara jepang satu per satu, tapi Tuhan berkata lain. ayahmu tewas ditembak ketika sedang melawan ratusan tentara jepang. kami hanya 68 tentara yang melindungi kota Nganjuk saat itu 

saat itu. dapat kau bayangkan jauh total perbandingan prajurit negara ini dibanding tentara jepang yang dengan lengkap mempersenjatai diri mereka, tapi kami para prajurit tida pernah patah semangat untuk terus mempertahankan negara ini sampai tetes darah terakhir. ayahmu seorang prajurit sejati nak. ia tewas dengan terhormat mempertahankan bangsa ini dari tangan jepang.
          ***
semua yang diceritakan kepadaku adalah fakta nyata mengenai semangat juang yang besar. seiring perkembangan waktu para veteran angkatan '45 hanya bisa terdiam melihat nasib mereka, rumah-rumah yang mereka tempati tidak sesuai dengan upaya dan kerja keras dahulu mempertahankan negara dari penjajah. apa ini yang dinamakan negara, yang tidak menghormati para pejuang dahulu, selayak habis manis sepah dibuang.
para birokrat dan pemerintah seakan tak peduli dengan nasib-nasib mereka, apa yang harus dilakukan anak muda saat ini adalh mencuatkan semangat angkatan terdahulu untuk menghormati dan tetap menghormati sejarah, sangat mengahrukan melihat teman-teman ayahku yang masih hidup sampai sekarang, senyum mereka adalah tangis yang selalu tersimpan di hati. ya para pejuang-pejuang negara tanpa mngenal tanda jasa.
sekaran sudah 55 tahun kemerdekaan negara ini bebas dari jajahan para penjajah. tapi tetap saja, para penerus yang benar-benar memegang arti sejarah hanyalah segelintir orang. negara masih saja terjajah oelah produk-produk negara luar, terjajah dengan kekuasaan negara-negara besar yang sedikit demi sedikit mengabil kekayaan negara ini. siapa lagi penerus untuk mempertahankan negara tercinta jika tidak ada orang yang peduli, aku heran jika melihat negara yang sangat manja dengan kehidupan, hanya mementingkan pribadi semata dan tidak peduli akan keutuhan negara dan kekayaan didalamnya.

"jangan pernah meluapaan sejarah" kata-kata soekarno presiden RI pertama. dengan intelektualitas yang tinggi ia dapat membuat para pemimpin negara lain tunduk, menghormati segala tindakan yang dilakukannya dala masa kepemimpinannya saat itu.

Haryono Galuh Bratayuda ayahku meberi nama kepadaku, sebuah nama yang harus kujaga sesuai pemberian pejuang. ayahku engkau adalah pejuanag sejati yang tidak akan dilupakan sejarah sampai kapanpun jua.
saat ini aku bekerja pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi Jawa Timur. ya aku memilih jalur pegawai negeri, untuk tetap meneruskan nilai juanag ayahku. berbeda kerja tapi nilai-nilailuhur yang aku dapatkan akan terus aku terapkan dalam bekerja. mengherankan jika melihat kasus-kasua kolusi,korupsi sert nepotisme. inilah budaya baru yang dibuat zaman milenium pada bangsaku, setiap tahun korupsi terjadi di tubuh negara bakan yang terbesar terjadi pada pegawai negeri sipil.

negara ini telah lama melupakan sejarah, suatu saat jika budaya yang tidak seharusnya dipertahankan terus dijalankan maka tidaklah heran, negara ini akan habis dijajah oleh negara adikuasa.
siang hari pada jam makan siang, aku sempatkan untuk ziarah kemakam ayah, memebersihkan makam gagahnya dengan bendera tergantung disamping makamnya. disinilah har berjanji ayah, akan terus mengikuti pedoman-pedoman yang ayah ajarkan dan semangat juanag yang jujur. ayah jika kau mendengar ceritaku tentang negara ini janganlah bersedih, karena kerja keras ayah dahulu hanyalah dipandang sebelah mata oleh negara ini. jangan takut ayah, har tidak akan pernah melupaan sejarah dan tidak akan pernah. (sambil kusentuh kepala makam berlapis marmer putih ayahku, dan hormat kearahnya, aku pergi dengan hentakkan kaki layak prajurit menghadap komandannya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar