setetes darah sejarah yang mengalir
feodalisme
pada tangan-tangan tirani besi, negara yang terhamburka oleh carut marut
politik adu kekuasaan dan demi apapun adalah ketidakwajaran terjadi dinegara
ini. almarhum ginanjar suparman adalah ayahku yang dulunya prajurit angkatan
'45 telah matiaimatian bertempur malawa penjajah dan akhirnya dengan semangat
dan jiwa prajuritnya ia meninggal di medan tempur sewaktu melawan jepang
ditanah -ndonesia, nganjuk jawa timur. sederet teman-teman ayah ikut tewas dikala
perlawanan menjaga keutuhan negara ini dari kekuasaan tirani jepang. nais
ketika kudengar cerita dari pak Tirno Yosningrat, ia bercerita "pada tahun
'45 kami berperang dengan senjata seadanya, semua prajurit menggunakan senjata
yang bisa dijadikan senjata. ada yang dari bambu, pisau, parang, besi, kayu
panjang, golok, keris, rencong, dan tombak. segala alat yang bisa dijadikan
alat berperang kami jadikan alat utama untuk melindungi diri. ketika itu ayahmu
dengan gagah menggunakan tombak yang sangat tajam, dengan gagah ia bunuh
tentara jepang satu per satu, tapi Tuhan berkata lain. ayahmu tewas ditembak
ketika sedang melawan ratusan tentara jepang. kami hanya 68 tentara yang
melindungi kota Nganjuk saat itu
saat
itu. dapat kau bayangkan jauh total perbandingan prajurit negara ini dibanding
tentara jepang yang dengan lengkap mempersenjatai diri mereka, tapi kami para
prajurit tida pernah patah semangat untuk terus mempertahankan negara ini
sampai tetes darah terakhir. ayahmu seorang prajurit sejati nak. ia tewas
dengan terhormat mempertahankan bangsa ini dari tangan jepang.
***
semua
yang diceritakan kepadaku adalah fakta nyata mengenai semangat juang yang
besar. seiring perkembangan waktu para veteran angkatan '45 hanya bisa terdiam
melihat nasib mereka, rumah-rumah yang mereka tempati tidak sesuai dengan upaya
dan kerja keras dahulu mempertahankan negara dari penjajah. apa ini yang
dinamakan negara, yang tidak menghormati para pejuang dahulu, selayak habis
manis sepah dibuang.
para
birokrat dan pemerintah seakan tak peduli dengan nasib-nasib mereka, apa yang
harus dilakukan anak muda saat ini adalh mencuatkan semangat angkatan terdahulu
untuk menghormati dan tetap menghormati sejarah, sangat mengahrukan melihat
teman-teman ayahku yang masih hidup sampai sekarang, senyum mereka adalah
tangis yang selalu tersimpan di hati. ya para pejuang-pejuang negara tanpa
mngenal tanda jasa.
sekaran
sudah 55 tahun kemerdekaan negara ini bebas dari jajahan para penjajah. tapi
tetap saja, para penerus yang benar-benar memegang arti sejarah hanyalah
segelintir orang. negara masih saja terjajah oelah produk-produk negara luar,
terjajah dengan kekuasaan negara-negara besar yang sedikit demi sedikit
mengabil kekayaan negara ini. siapa lagi penerus untuk mempertahankan negara
tercinta jika tidak ada orang yang peduli, aku heran jika melihat negara yang
sangat manja dengan kehidupan, hanya mementingkan pribadi semata dan tidak
peduli akan keutuhan negara dan kekayaan didalamnya.
"jangan
pernah meluapaan sejarah" kata-kata soekarno presiden RI pertama. dengan
intelektualitas yang tinggi ia dapat membuat para pemimpin negara lain tunduk,
menghormati segala tindakan yang dilakukannya dala masa kepemimpinannya saat
itu.
Haryono
Galuh Bratayuda ayahku meberi nama kepadaku, sebuah nama yang harus kujaga
sesuai pemberian pejuang. ayahku engkau adalah pejuanag sejati yang tidak akan
dilupakan sejarah sampai kapanpun jua.
saat
ini aku bekerja pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi Jawa Timur.
ya aku memilih jalur pegawai negeri, untuk tetap meneruskan nilai juanag
ayahku. berbeda kerja tapi nilai-nilailuhur yang aku dapatkan akan terus aku
terapkan dalam bekerja. mengherankan jika melihat kasus-kasua kolusi,korupsi
sert nepotisme. inilah budaya baru yang dibuat zaman milenium pada bangsaku,
setiap tahun korupsi terjadi di tubuh negara bakan yang terbesar terjadi pada
pegawai negeri sipil.
negara
ini telah lama melupakan sejarah, suatu saat jika budaya yang tidak seharusnya
dipertahankan terus dijalankan maka tidaklah heran, negara ini akan habis
dijajah oleh negara adikuasa.
siang
hari pada jam makan siang, aku sempatkan untuk ziarah kemakam ayah,
memebersihkan makam gagahnya dengan bendera tergantung disamping makamnya.
disinilah har berjanji ayah, akan terus mengikuti pedoman-pedoman yang ayah
ajarkan dan semangat juanag yang jujur. ayah jika kau mendengar ceritaku
tentang negara ini janganlah bersedih, karena kerja keras ayah dahulu hanyalah
dipandang sebelah mata oleh negara ini. jangan takut ayah, har tidak akan pernah
melupaan sejarah dan tidak akan pernah. (sambil kusentuh kepala makam berlapis
marmer putih ayahku, dan hormat kearahnya, aku pergi dengan hentakkan kaki
layak prajurit menghadap komandannya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar