Selasa, 08 November 2011

Ruang Tanpa Sapa

 Ruang Tanpa Sapa


ujaran-ujaran yang mendatangiku seakan menyembur memekat tanda tanya, hendak bernubuat hal-hal sepenuh apa adanya dan adanya ialah hal. kumulai dengan sebuah kata berabjad A, angin, angkara, aforisma, autum, aroma, ajian, serta antusias.

tanpa tersadar huruf demi hurf yang terangkai adalah karib yang tiada lelah menemani, tanpa kata tanpa lawan bicara. sebuah kertas lusuh yang tinggal 2 lembar adalah isi terakhri yang wajib kutuliskan dengan memori hari. jangan ragu kukatakan pada hati, teruslah merintis huruf apapun yang kau ketahui.

suasana yang dingin pada malam hari tak sedikitpun mengendorkan semangat untuk kutulis, ibarat mantra kata telah kutelan beberapa pil imaji yang siap disiratkan dengan emangat diksi-diksi membumbung awan.

4 gelas menamaniku sehari penuh dalam berbagai tulisan-tulisan yang tergeletak siap terbaca ulang. esok, lusa atau kapanpun inilah warisanku setelah aku pergi.

ibu, ayah, adik, kakak, serta istri dan anakku telah tertidur dalam mimpi-mimpi klasik mereka. apa harus kubangunkan mereka untuk menemaniku disini, atau melihat wajah lugu mereka ketika sedang tidur dan kuelus perlahan muka-muka mereka. ah... lebih baik aku tetap diruanganku menyelesaikan bait per bait kata ini karena esok aku aka menawari rangkaian kata-kata ini pada media.

mereka telah menunggu kedatanagn tulisan segarku, apa aku adalah penulis sejati yang telah menuliskan rangkain kata yang indah. ah... biarlah sebuah sajak yang menjawabnya, sebuah arti-arti dapat menjelaskan semuanya pada pembaca.

malam kali ini begitu dingin menusuk belikat tulang rusukku. selagi masih kuat tubuhku berkencan dengannya. mari seluruh hawa belahan dunia beri aku kecupan malm. agar indah kutatihkan serdadu kata untuk para idola. semoga malam-malam yang dingin mengubah darahku menjadi hangat. kental mencambur baurkan segala adukkan pahit dan manis rasa kehidupan.

selongsong awal abjad B, kemudian terpikir olehku untuk menuliskan baja, batu, barisan, benteng, bangau, baratayuda, serta bomerang.

dua abjad yang telah kupikirkan telah tertulis di sebuah kertas. pikirku, mau kujadikan apa ini, puisi, novel, cerpen, drama, lirik, prosa, essay, cerbr, cerbung, atau pantun.

sungguh banyak yang harus kupilih, ya hidup adalah pilihan. kumulai dengan barisan kata-kata puisi mantra dan gabungkan-gabungkan dari beberpa kataku menjadi ampuh untuk dibaca. hahahaaa.. ide mulai bercerita dalam awalan A dan B serta jadilah AB atau kubalik BA dan jadilah aba-aba serta siap untuk maju dan bertempur. pada hitungan ketiga, kuhitung mundur, 3...2...1. maka jadilah sebab aku berkata dan jadilah aba-aba, puah!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar