Ruang Tanpa Sapa
ujaran-ujaran
yang mendatangiku seakan menyembur memekat tanda tanya, hendak bernubuat
hal-hal sepenuh apa adanya dan adanya ialah hal. kumulai dengan sebuah kata
berabjad A, angin, angkara, aforisma, autum, aroma, ajian, serta antusias.
tanpa
tersadar huruf demi hurf yang terangkai adalah karib yang tiada lelah menemani,
tanpa kata tanpa lawan bicara. sebuah kertas lusuh yang tinggal 2 lembar adalah
isi terakhri yang wajib kutuliskan dengan memori hari. jangan ragu kukatakan
pada hati, teruslah merintis huruf apapun yang kau ketahui.
suasana
yang dingin pada malam hari tak sedikitpun mengendorkan semangat untuk kutulis,
ibarat mantra kata telah kutelan beberapa pil imaji yang siap disiratkan dengan
emangat diksi-diksi membumbung awan.
4
gelas menamaniku sehari penuh dalam berbagai tulisan-tulisan yang tergeletak
siap terbaca ulang. esok, lusa atau kapanpun inilah warisanku setelah aku
pergi.
ibu,
ayah, adik, kakak, serta istri dan anakku telah tertidur dalam mimpi-mimpi
klasik mereka. apa harus kubangunkan mereka untuk menemaniku disini, atau
melihat wajah lugu mereka ketika sedang tidur dan kuelus perlahan muka-muka
mereka. ah... lebih baik aku tetap diruanganku menyelesaikan bait per bait kata
ini karena esok aku aka menawari rangkaian kata-kata ini pada media.
mereka
telah menunggu kedatanagn tulisan segarku, apa aku adalah penulis sejati yang
telah menuliskan rangkain kata yang indah. ah... biarlah sebuah sajak yang menjawabnya,
sebuah arti-arti dapat menjelaskan semuanya pada pembaca.
malam
kali ini begitu dingin menusuk belikat tulang rusukku. selagi masih kuat
tubuhku berkencan dengannya. mari seluruh hawa belahan dunia beri aku kecupan
malm. agar indah kutatihkan serdadu kata untuk para idola. semoga malam-malam
yang dingin mengubah darahku menjadi hangat. kental mencambur baurkan segala
adukkan pahit dan manis rasa kehidupan.
selongsong
awal abjad B, kemudian terpikir olehku untuk menuliskan baja, batu, barisan,
benteng, bangau, baratayuda, serta bomerang.
dua
abjad yang telah kupikirkan telah tertulis di sebuah kertas. pikirku, mau
kujadikan apa ini, puisi, novel, cerpen, drama, lirik, prosa, essay, cerbr,
cerbung, atau pantun.
sungguh
banyak yang harus kupilih, ya hidup adalah pilihan. kumulai dengan barisan
kata-kata puisi mantra dan gabungkan-gabungkan dari beberpa kataku menjadi
ampuh untuk dibaca. hahahaaa.. ide mulai bercerita dalam awalan A dan B serta
jadilah AB atau kubalik BA dan jadilah aba-aba serta siap untuk maju dan
bertempur. pada hitungan ketiga, kuhitung mundur, 3...2...1. maka jadilah sebab
aku berkata dan jadilah aba-aba, puah!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar