Selasa, 08 November 2011

Melukis Dini Hari


Melukis Dini Hari

Suara-suara ini kembali terdengar dari balik pintu kamarku, ini kedua kalinya suara hentakan kaki yang tiba-tiba hilang. Pukul 02.10 dini hari aku asyik melukis kelakar pohon tua, dalam alunan kuasku tiba-tiba tak..tak..dua langkah terdengar pelan. Dari arah belakang, seperti menuruni anak tangga. Kubuka pintu kamar dan kulihat sekitar. Kosong,tiada orang satupun yang terdengar hanya dengkuran kamar sebelah.
ah, hanya halusinasiku saja. kulanjutkan melukis dan terdengar lagi takk..tak..tak..kali ini tiga langkah dekat kamarku..Astafirugllah, Allahhu Akbar. Bulu kudukku merinding mendengar suara langkah kaki itu, kulihat dari balik pintu kamar. Tidak kutemukan orang satupun. Semakin merinding kurasakan malam ini, cepat-cepat kubaca ayat kursi. Dan kuputar televisi agar terdengar suara hingga hilang rasa takutku.

halaman 2
hari selasa, aku terbangun pada pukul 07.20. Pagi yang segar, kuhirup udara pagi dari pintu galeriku. ah, saatnya membuat kopi pagi seperti biasanya.
kubuka pintu galeri dan menyapa tetangga depan, pagi bu. Selesai membuat kopi kulanjutkan menambahkan warna pada lukisan semalam.
Tak lama tamu datang dari depan galeri,
Mbah Marjan : Assalamualikum dek,
Aku : Walaikumsalam,eh bapak..masuk pak
Mbah Marjan : lukis naon dek?
Aku : ieu,pohon mbah. kumaha mbah rame ngamen?
Mbah Marjan : ah, biasa dek.
Dipegangnya lukisanku sambil komat-kamit tak jelas, entah doa atau mantra. Yang kutahu Mbah bisa berhubungan dengan alam gaib.
Aha! ini kesempatan meminta tolong mbah tentang kejadian semalam.
Mbah, semalem abdi teh denger suara langkah kaki dibelakang. Gaib mbah, 2 kali abdi denger jam 02.10.
Mbah Marjan : eta penunggu sini dek, keliatan dari sini tah mahkluknya. Cewek.
Lalu Mbah langsung kebelakang mengarah ke tangga. disinilah mulut Mbah komat-kamit membaca doa. Setelah membaca doa, diajaknya ngobrol. Aku tak mengerti apa yang dibicarakan, sunda lama lumayan membuatku bingung.
Mbah Marjan : Jadi dia teh sudah lama didieu dek, namina Putri Sekar Ayu. Masih muda, dulu 

halaman 3
Meninggal disini, arwahnya disini, tapi teu ganggu. Tersesat katanya, teu tau jalan pulang.
Aku : O gitu ya Mbah, teu ganggu kan Mbah?
Mbah Marjan : Teu ganggu, cuma numpang lewat semalem. Bingung dia teh. tos Mbah bilang jangan ganggu.
Aku : Nuhun Mbah.
Bulu kudukku merinding lagi mendengar cerita Mbah barusan, untunglah tidak ganggu. Ternyata penunggu kosan ini, yang sudah lama semenjak sebelum dibangun kosan ia telah ada disini. Wanita muda berumur 23 tahun yang meninggal bunuh diri, hingga dia tetap gentayang disini. sudah 126 tahun sekarang umurnya kata Mbah. Tapi tetap cantik dan baik tadi diajak ngobrol.
Syukurlah kalau begitu, kami melanjutkan obrolan di ruang gelari. Mbah menasehatiku dengan larangan-larangan berbicara kotor disini dan berbuat janggal.
Setelah usai pembicaraan, kumulai dengan sesuatu yang baru. Tingkah laku yang sopan dan melukis dengan meminta izin kepadanya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar