Melukis Dini Hari
Suara-suara
ini kembali terdengar dari balik pintu kamarku, ini kedua kalinya suara
hentakan kaki yang tiba-tiba hilang. Pukul 02.10 dini hari aku asyik melukis
kelakar pohon tua, dalam alunan kuasku tiba-tiba tak..tak..dua langkah
terdengar pelan. Dari arah belakang, seperti menuruni anak tangga. Kubuka pintu
kamar dan kulihat sekitar. Kosong,tiada orang satupun yang terdengar hanya
dengkuran kamar sebelah.
ah,
hanya halusinasiku saja. kulanjutkan melukis dan terdengar lagi
takk..tak..tak..kali ini tiga langkah dekat kamarku..Astafirugllah, Allahhu
Akbar. Bulu kudukku merinding mendengar suara langkah kaki itu, kulihat dari
balik pintu kamar. Tidak kutemukan orang satupun. Semakin merinding kurasakan
malam ini, cepat-cepat kubaca ayat kursi. Dan kuputar televisi agar terdengar
suara hingga hilang rasa takutku.
halaman
2
hari
selasa, aku terbangun pada pukul 07.20. Pagi yang segar, kuhirup udara pagi
dari pintu galeriku. ah, saatnya membuat kopi pagi seperti biasanya.
kubuka
pintu galeri dan menyapa tetangga depan, pagi bu. Selesai membuat kopi
kulanjutkan menambahkan warna pada lukisan semalam.
Tak
lama tamu datang dari depan galeri,
Mbah
Marjan : Assalamualikum dek,
Aku
: Walaikumsalam,eh bapak..masuk pak
Mbah
Marjan : lukis naon dek?
Aku
: ieu,pohon mbah. kumaha mbah rame ngamen?
Mbah
Marjan : ah, biasa dek.
Dipegangnya
lukisanku sambil komat-kamit tak jelas, entah doa atau mantra. Yang kutahu Mbah
bisa berhubungan dengan alam gaib.
Aha!
ini kesempatan meminta tolong mbah tentang kejadian semalam.
Mbah,
semalem abdi teh denger suara langkah kaki dibelakang. Gaib mbah, 2 kali abdi
denger jam 02.10.
Mbah
Marjan : eta penunggu sini dek, keliatan dari sini tah mahkluknya. Cewek.
Lalu
Mbah langsung kebelakang mengarah ke tangga. disinilah mulut Mbah komat-kamit
membaca doa. Setelah membaca doa, diajaknya ngobrol. Aku tak mengerti apa yang
dibicarakan, sunda lama lumayan membuatku bingung.
Mbah
Marjan : Jadi dia teh sudah lama didieu dek, namina Putri Sekar Ayu. Masih
muda, dulu
halaman
3
Meninggal
disini, arwahnya disini, tapi teu ganggu. Tersesat katanya, teu tau jalan
pulang.
Aku
: O gitu ya Mbah, teu ganggu kan Mbah?
Mbah
Marjan : Teu ganggu, cuma numpang lewat semalem. Bingung dia teh. tos Mbah
bilang jangan ganggu.
Aku
: Nuhun Mbah.
Bulu
kudukku merinding lagi mendengar cerita Mbah barusan, untunglah tidak ganggu.
Ternyata penunggu kosan ini, yang sudah lama semenjak sebelum dibangun kosan ia
telah ada disini. Wanita muda berumur 23 tahun yang meninggal bunuh diri,
hingga dia tetap gentayang disini. sudah 126 tahun sekarang umurnya kata Mbah.
Tapi tetap cantik dan baik tadi diajak ngobrol.
Syukurlah
kalau begitu, kami melanjutkan obrolan di ruang gelari. Mbah menasehatiku
dengan larangan-larangan berbicara kotor disini dan berbuat janggal.
Setelah
usai pembicaraan, kumulai dengan sesuatu yang baru. Tingkah laku yang sopan dan
melukis dengan meminta izin kepadanya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar