Rumah
Terapung
Semangat para nelayan tak lelah menguras
keringat yang dialiri semangat juang melanjutkan generasi nenek moyang. Disana
adalah tempat bagiku mengarungi samudera luas, air oh air yang mengisi pelukan
erat. aku tak merasa dingin hidup diatas rumah terapung, anak, istriku adalah
surga yang menemani setiap haru dan bahagia di kehidupan ini.
Rumah terapung kami sekarang terletak di
pulau weh, paling ujung Indonesia. setidaknya aku bisa tetap berteduh dari
panas dan hujan dihari-hariku. biar miskin tapi kami hidup bahagia dengan laut
menjadi lagu pagi mengantarkan semnagat, langit sore yang mengantarkan
istirahat dan gelombang pasang maam yang mengantarku ke ruang rehat bersama
keluarga.
kapal phinisi sederhana peninggalan
kakekku masih kurawat dan kujadikan transportasi mencari ikan-ikan segar di
pulau ini, anakku Teuku Genta seringkali menemani mencari ikan. lumayan laut
memberikan kami penghasilan yang cukup. bahkan bisa berbagi dengan tetangga
rumah terapung.
hari ini cuaca agak mendung, harusnya aku
tidak turun ke laut. tapi harus kulakukan jika tidak mau makan apa anak
istriku. jangkar kuturunkan di tengah laut, jarin-jaring siap dilempar. dalam
doa sebelum melempar, Bismillah ya Allah berikan aku rezeki melimpahmu untuk
anak istiriku. jaring kulempar pada ujung perahu, sambil duduk menunggu harap,
mendung tidak menjadi penghalang untuk rezekiku hari ini.
halaman
2
2 jam berlalu, sebentar lagi akan
kuangkat jaring-jaring raksasa. kusiapkan kantong-kantong besar untuk ikan.
Teuku..tolong ambilkan tong besar disana.. (teriakku) iya pak, (sahut Teuku).
kuangkat jaring perlahan,
hap..hap...Alhamdulilah, jaringku penuh ikan, hah! ada ikan pari terjerat
dijaringku. ah, kupikir ikan ini hampir punah, lebih baik kulepaskan. ikan
salmon, ikan tenggiri yang kudapatkan cukup besar-besar selebihnya ikan
kecil-kecil.
Teuku tolong pisahkan ikan kecil ini ya.
baik pak, taruh ditong besar saja ya pak.
banyak ini.
iya ku. campuarkan ikan kecil didalam
tong itu.
lumayan Teuku kita dapat banyak ikan hari
ini, iya pak Alhamdulilah lumayan banyak.
Mendung semakin gelap, aku harus
cepat-cepat pulang kerumah. kuhidupkan mesin speed perahu dan mulai kembali
pulang.
20 menit aku berlabuh di rumah, ikan-ikan
segar siap kusimpan didalam rumah. esok hari akan kujual dipasar tumpah.
bu.. banyak ikan yang didapat ini bu.
iya pak, wah..lumayan pak, padahal hari
mendung ya pak. Alhamdulilah pak.
Halaman
3
semua berkat Allah ma. jadi apa menu hari
ini ma, ikan apa yang akan mama masak nanti?
hmm.. sepertinya ikan salmon enak pa,
mama masak salmon goreng saus pedas ya.
oke istriku.. papa tunggu ya.
sementara istriku menyiapkan hidangan
didapur, aku segera duduk didepan rumah terapungku. melihat datangnya hujan,
alangkah indahnya bumiku, lautan yang biru membahana. nelayan-nelayan yang
masih terjaga di lautan meski hujan telah turun. sungguh besar limpahanMu ya
Allah. terima kasih telah menyuguhkan kesederhanaan hidup pada keluargaku,
disini akan kugariskan sejarah turun-temurun dari kekek buyutku. generasi
penerus setelah kutiada adalah Teuku Genta anak tunggalku.
Hidup di laut sangat tenang ketimbang di
darat, minoritas suku disini sangat berbaur dan berkeluarga, maklum kami kaum
terpingkirkan. semoga laut menjaga kami sampai ajal menjemput.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar