Selasa, 08 November 2011

Rumah Terapung


Rumah Terapung


Semangat para nelayan tak lelah menguras keringat yang dialiri semangat juang melanjutkan generasi nenek moyang. Disana adalah tempat bagiku mengarungi samudera luas, air oh air yang mengisi pelukan erat. aku tak merasa dingin hidup diatas rumah terapung, anak, istriku adalah surga yang menemani setiap haru dan bahagia di kehidupan ini.
Rumah terapung kami sekarang terletak di pulau weh, paling ujung Indonesia. setidaknya aku bisa tetap berteduh dari panas dan hujan dihari-hariku. biar miskin tapi kami hidup bahagia dengan laut menjadi lagu pagi mengantarkan semnagat, langit sore yang mengantarkan istirahat dan gelombang pasang maam yang mengantarku ke ruang rehat bersama keluarga.
kapal phinisi sederhana peninggalan kakekku masih kurawat dan kujadikan transportasi mencari ikan-ikan segar di pulau ini, anakku Teuku Genta seringkali menemani mencari ikan. lumayan laut memberikan kami penghasilan yang cukup. bahkan bisa berbagi dengan tetangga rumah terapung.
hari ini cuaca agak mendung, harusnya aku tidak turun ke laut. tapi harus kulakukan jika tidak mau makan apa anak istriku. jangkar kuturunkan di tengah laut, jarin-jaring siap dilempar. dalam doa sebelum melempar, Bismillah ya Allah berikan aku rezeki melimpahmu untuk anak istiriku. jaring kulempar pada ujung perahu, sambil duduk menunggu harap, mendung tidak menjadi penghalang untuk rezekiku hari ini.

halaman 2
2 jam berlalu, sebentar lagi akan kuangkat jaring-jaring raksasa. kusiapkan kantong-kantong besar untuk ikan. Teuku..tolong ambilkan tong besar disana.. (teriakku) iya pak, (sahut Teuku).
kuangkat jaring perlahan, hap..hap...Alhamdulilah, jaringku penuh ikan, hah! ada ikan pari terjerat dijaringku. ah, kupikir ikan ini hampir punah, lebih baik kulepaskan. ikan salmon, ikan tenggiri yang kudapatkan cukup besar-besar selebihnya ikan kecil-kecil.
Teuku tolong pisahkan ikan kecil ini ya.
baik pak, taruh ditong besar saja ya pak. banyak ini.
iya ku. campuarkan ikan kecil didalam tong itu.
lumayan Teuku kita dapat banyak ikan hari ini, iya pak Alhamdulilah lumayan banyak.
Mendung semakin gelap, aku harus cepat-cepat pulang kerumah. kuhidupkan mesin speed perahu dan mulai kembali pulang.
20 menit aku berlabuh di rumah, ikan-ikan segar siap kusimpan didalam rumah. esok hari akan kujual dipasar tumpah.
bu.. banyak ikan yang didapat ini bu.
iya pak, wah..lumayan pak, padahal hari mendung ya pak. Alhamdulilah pak.

Halaman 3
semua berkat Allah ma. jadi apa menu hari ini ma, ikan apa yang akan mama masak nanti?
hmm.. sepertinya ikan salmon enak pa, mama masak salmon goreng saus pedas ya.
oke istriku.. papa tunggu ya.
sementara istriku menyiapkan hidangan didapur, aku segera duduk didepan rumah terapungku. melihat datangnya hujan, alangkah indahnya bumiku, lautan yang biru membahana. nelayan-nelayan yang masih terjaga di lautan meski hujan telah turun. sungguh besar limpahanMu ya Allah. terima kasih telah menyuguhkan kesederhanaan hidup pada keluargaku, disini akan kugariskan sejarah turun-temurun dari kekek buyutku. generasi penerus setelah kutiada adalah Teuku Genta anak tunggalku.
Hidup di laut sangat tenang ketimbang di darat, minoritas suku disini sangat berbaur dan berkeluarga, maklum kami kaum terpingkirkan. semoga laut menjaga kami sampai ajal menjemput.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar